5. APAKAH DALIL IBADAH KURBAN DARI SUNNAH?

- Dalil dari Sunnah, antara lain:

مَا عَُمِلَُ آُدَمِ ىُ مُِنُْ عَُمَ لُ يُوَْمَُ اُلنَّحْرُِ أَُ بَََُّ إُِلَُ اُلَّلَُِّ مُِنُْ إُُِرَاقَةُِ اُلدَّمُِ، إُِنهََّا لَُتَأْتِى يُوَْمَُ اُلْقِيَامَةُِ بُِقُرُونَِِا وَُأَشْعَارِهَا وَُأَظْلاَ هََِا. وَُإُِنَُّ اُلدَّمَُُ

لَيَقَعُُ مُِنَُ اُلَّلَُِّ بَُِِكَا نُ قَُبْلَُ أَُنُْ يُقََعَُ مُِنَُ اُ رََْضُِ طََُِيبُوا بَُِِا نُفَْ ا سا

Tidaklah seorang manusia melakukan suatu amal pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) yang lebih dicintai Allah SWT daripada menumpahkan darah (menyembelih Qurban). Sesungguhnya hewan Qurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Sesungguhnya Allah SWT telah menerima niat berkurban itu sebelum darahnya jatuh ke tanah. Maka bersihkanlah jiwamu dengan beribadah Qurban”. (HR.Al-Hâkim, Ibnu Mâjah dan at-Tirmidzi).

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

ضَحَّى رَُسُولُُ اُلَّلَُِّ صَُلَّى اُلَّلَُُّ عَُلَيْهُِ وَُسَلَّمَُ بُِكَبْشَيُِْ أَُمْلَحَيِْ، أَُُقْرَُُنيَُُِْ، ََُرَُُأَُيْتُُُهُُ وَُُاضُِعااُ قَُُدَُمَُهُُ عَُُلَُى صُِفَا هََُُِا، يُُسَُ مِيُ

وَُيُُك بُُ، ذََُُبَََُهُُمَُا بُُِيَُدُِهُُِ

“Rasulullah SAW berkurban dua ekor domba berwarna putih bersih dan bertanduk bagus. Aku melihat Rasulullah SAW meletakkan kakinya keatas sisi tanduk (kanan) hewan Qurban itu sambil menyebut nama Allah dan bertakbir. Rasulullah SAW menyembelih kedua hewan Qurban itu dengan tangannya sendiri”. (HR. al-Bukhâri dan Muslim).

14

Hadits diatas menunjukkan bahwa berkurban adalah ibadah yang sangat dicintai Allah SAW pada hari Nahar. Allah SWT menerima pahala Qurban sebelum darah hewan Qurban yang disembelih itu menetes ke tanah, menunjukkan betapa cepatnya keridhaan Allah SWT diberikan kepada orang-orang yang melaksanakan ibadah Qurban. Ibadah Qurban ini juga merupakan Sunnah Nabi Ibrahim AS., sebagaimana firman Allah SWT:

وَ دَََيْنَاهُ بُِذِبْ حُ عَُظِي مُ

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Qs. Ash-Shâffât [37]: 107).

- Ibadah Qurban juga ditetapkan berdasarkan Ijmâ’ (kesepakatan ulama).