ALLAH telah mengambil persaksian dari anak keturunan Adam supaya mereka mengesakan-Nya dalam beribadah. Artinya ialah agar mereka hidup di atas aqidah tauhid dan menjauhkan diri dari dosa syirik. Hat ini dilakukan agar umat manusia, anak keturunan Adam tidak berdalih dean berkelit di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.
Allah berfirman dalam kitab-Nya:
Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkun keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil persaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini sesembahanmu?” Mereka menjawab: “Betul!” (Engkau adalah sesembahan kami), Kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat nanti kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang lengah terhadap hal ini (mengesakan Allah), atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Allah sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu. (al-A’raf: 172-173)
Ayat di atas menunjukan bahwa kebanyakan orang yang terjerumus ke dalam perbuatan syirik, melanggar persaksian mereka sendiri disebabkan dua hal:
1. Jahil (bodoh) dan lalai dari memahami tauhid dan syirik.
2. Taqlid buta kepada adat kebiasan nenek moyang.
Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengetengahkan selayang pandang tentang syirik dan macam ragamnya, sehingga hal itu bisa dijauhi. Sebab seluruh model dari bentuk syirik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat pada hari ini berpangkal dari dua faktor di atas. Sehingga banyak sekali praktek-praktek syirik yang dianggap biasa dan lumrah.
Dengan harapan semoga pembaca yang mulia dapat memetik faedah dari tulisan yang sederhana ini. Ada sebuah pepatah Arab yang berbunyi:
Aku kenali kejahatan bukan untuk melaksanakannya,
Namun untuk menjaga diri darinya,
Barang siapa yang tidak mengenal kebaikan dan kejahatan,
Dikhawatirkan ia akan terperosok ke dalamnya.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [Luqman :13]
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ (ثَلاَثًا)، قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: َاْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ -وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ-: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ.
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab: “Tentu saja, wahai Ra-sulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.” [HR. Al-Bukhari (no. 2654) dan Muslim (no. 88)]
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling besar, karena ia me-nyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.[Aqiidatut Tauhiid (hal. 74) oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan]