Adapun nyawa orang kafir, maka dicabut secara paksa. Oleh karena itu, mukanya seketika berubah menjadi seperti orang yang memakan buah labu pahit, sementara malaikat berkata, “Keluarlah hai nyawa yang busuk, dari jasad yang busuk.” Maka berteriaklah si kafir itu sekeras-kerasnya, lebih keras dari teriakan keledai.
Dan apabila Izra’il telah mencabutnya, maka dia serahkan nyawa si kafir itu kepada para malaikat juru siksa (Zabaniyah) yang berwajah buruk, berbaju hitam dan berbau busuk. Di tangan mereka ada kain kasar dari rambut. Mereka membungkus nyawa itu di dalamnya, maka berubah menjadi sesosok manusia seukuran belalang. Padahal orang kafir itu sebenarnya lebih besar tubuhnya daripada orang mukmin. Maksudnya, besar tubuhnya kelak di akhirat, sebagaimana diriwayatkan dalam kitab shahih, “Bahwa geraham orang kafir di neraka adalah sebesar gunung Uhud.” (Shahih Muslim [2851])
Selanjutnya nyawa orang kafir itu dibawa naik sampai langit terendah, lalu ketua rombongan malaikat yang bertugas membawanya mengetuk pintu, maka ditanya, “Siapa kamu?”
“Aku Daqyail,” jawab malaikat itu. Daqyail adalah nama ketua rombongan yang memimpin para malaikat juru-siksa.
“Siapakah yang kamu bawa?” tanya penjaga pintu.
“Fulan bin Fulan.” Jawab Daqyail, dia menyebut nama terburuk dari orang yang dibawanya, dan yang paling dibencinya di dunia.
Kata penjaga pintu, “Tidak ada ucapan selamat datang baginya, dan tidak ada ucapan ahlan wa sahlan,” sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an: “Sekali-sekali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, dan tidak [pula] mereka masuk surga.” (al-A’raaf: 40)
Ketika Daqya’il mendengar perkataan tersebut, maka dia buang nyawa dari tangannya. Begitulah kiranya yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla: “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (al-Hajj: 31)
Ketika nyawa itu sampai ke bumi, para malaikat Zabaniyah segera menangkapnya dan membawanya ke Sijjin, yaitu sebuah batu besar tempat kembali roh orang-orang jahat.
Adapun orang-orang Nasrani dan Yahudi, mereka ditolak dari Kursi lalu dikembalikan ke kuburan mereka. ini apabila mereka masih mengikuti syariat masing-masing. Karena dengan mengikuti syariatnya, berarti nyawa mereka sempat menyaksikan pemandian maupun penguburan jasadnya sendiri.
Sedangkan orang-orang musyrik, dia sama sekali tidak sampai menyaksikan peristiwa tersebut, karena dia dijatuhkan.
Adapun orang-orang munafik, dia seperti orang kedua tadi, ditolak dalam keadaan dimurkai dan diusir, lalu dikembalikan ke lubang kuburnya.
Sedangkan orang-orang mukmin yang lalai, mereka berbeda-beda nasibnya. Di antara mereka ada yang ditolak justru oleh shalat yang telah dilakukannya. Karena orang yang melalaikan shalat dan tidak melakukannya dengan sempurna adalah seperti pencuri. Di waktu itu shalatnya dilipat seperti kain usang, lalu dihantamkan ke wajahnya. Sesudah itu shalat itu sendiri naik seraya berkata, “Semoga Allah menyia-nyiakan kamu, sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku.” (Dlaif: Dlaif al-Jami’ [301] karya al-Albani)
Ada yang ditolak oleh zakatnya sendiri, karena dia berzakat hanya karena ingin dikatakan, “Fulan suka bersedekah.”
Dan ada yang ditolak oleh puasanya, karena hanya berpuasa dari makan saja, dan tidak berpuasa dari perkataan, yakni perkataan keji dan semua perkara yang merugikan. Maka dari itu bulan Ramadlan muncul lalu memalingkannya.
Ada pula yang ditolak oleh hajinya, karena dia berhaji hanya supaya dikatakan, “Fulan itu haji.” Atau dia berhaji dari harta yang kotor.
Dan ada juga yang ditolak karena kedurhakaannya, atau karena amal kebajikan lainnya, yang hanya diketahui oleh para ulama yang mengerti rahasia-rahasia muamalah dan bagaimana cara membersihkan amal, yang semestinya dilakukan semata-mata karena Allah, Raja Yang Maha Pemberi.
Ketika nyawa telah dikembalikan lagi kepada jasad, dan dia dapati jasadnya telah diangkat untuk dimandikan, maka apabila telah hampir usai dimandikan, dia duduk di kepalanya, sampai kepala itu dimandikan.
Saat mayit itu sudah dimasukkan ke dalam kafan, maka nyawa itu menempel pada dada dari luar kain. Ia berteriak keras-keras, “Cepatlah kalian bawa aku kepada rahmat Allah, yakni rahmat yang andaikan kalian tahu maka aku bawa aku menuju kepadanya.”
Setelah diberitahu akan bernasib celaka, maka ia berkata, “Perlahankanlah kalian, jangan cepat-cepat membawaku pada adzab, yang andaikan kalian tahu, betapa dahsyat adzab yang kalian bawa aku menuju kepadanya.”
Ketika dimasukkan ke dalam liang kubur lalu ditimbun tanah, maka kubur itu berseru kepadanya, “Dulu kamu bersenang-senang di atas punggungku, sekarang kamu bersedih di dalam perutku. Dulu kamu makan bermacam-macam makanan, sekarang kamu menjadi makanan ulat dan cacing dalam perutku.” Dan masih banyak lagi kata-kata kecaman lainnya sampai tanah diratakan. Lalu datanglah seorang malaikat yang bernama Malaikat Ruman memanggilnya. Dia adalah malaikat yang pertama-tama menemui mayit apabila telah dimasukkan ke dalam kubur.