Malaikat Maut adalah pencabut nyawa semua makhluk yang bernyawa. Dia berdiri di pintu tiap-tiap rumah setiap hari lima kali, dan memperhatikan kepada tiap-tiaop yang bernyawa sekali setiap jam, dan memandangi wajah-wajah manusia setiap hari tujuh puluh kali.
Firman Allah: “Katakanlah: ‘Malaikat Maut yang diserahi untuk [mencabut nyawa]mu akan mematikan kamu.” (as-Sajdah: 11)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa ia berkata, “Apabila malaikat maut telah mencabut nyawa seorang mukmin, maka ia berdiri di ambang pintu, sementara keluarga mayit itu sedang ribut. Ada yang memukul-mukul mukanya, ada yang mengurai rambutnya, dan ada yang berseru ‘Celaka! Celaka!’. Melihat itu semua maka berkatalah malaikat maut, “Mengapa kalian mesti gusar? Demi Allah sedikitpun aku tidak mengurangi umur seorang pun dari kalian, aku tidak menghilangkan rizki seorang pun dan aku tidak menganiaya seorang pun. Kalau kalian sakit hati dan jengkel kepadaku, maka demi Allah, aku hanyalah disuruh. Kalau sakit hati dan kejengkelan kalian ditujukan kepada mayit, dia sekarang sudah tidak berdaya lagi. Dan kalau semua itu kalian tujukan kepada Tuhan kalian, berarti kalian kafir kepada-Nya. Dan bagaimanapun, aku pasti akan kembali lagi menemui kalian, kemudian kembali lagi, dan kembali lagi.”
Andaikan mereka melihat dimana malaikat maut itu berdiri, atau mendengar perkataannya, niscaya mereka tidak peduli lagi pada si mayit, bahkan akan menangisi diri mereka sendiri. (Diriwayatkan oleh Abu Muthi’ Makhul bin Fadhal an-Nasafi dalam kitabnya, al-Lu’lu’iyyah)
Adapun hadits lain yang semakna dengan hadits di atas, diriwayatkan secara marfu’ pada khabar yang masyhur dalam kitab al-Ar’bain, dan Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak satupun rumah, melainkan malaikat maut berdiri di pintunya lima kali sehari. Apabila ia menemukan seseorang sudah habis jatah makanannya dan berakhir ajalnya, maka dia menimpakan sakaratul maut kepadanya, sehingga orang itu diliputi kesusahan-kesusahan maut dan dihimpit tekanan-tekanannya. Lalu di antara keluarganya ada yang mengurai rambutnya, memukul-mukul mukanya, menangis saking sedihnya, dan berteriak menyesali kecelakaannya. Maka berkatalah malaikat maut ‘alaihis salam, “Celaka kalian, kenapa kalian kaget, kenapa kalian gusar? Aku tidak menghilangkan rizki seorang pun dari kalian, aku tidak memperpendek ajalnya, dan aku tidak datang kepadanya kecuali diperintah, dan aku tidak akan mencabut nyawanya kecuali setelah aku baca daftarnya. Tapi aku pasti akan datang lagi kepada kalian, kemudian akan datang lagi, sampai tidak ada seorang pun dari kalian yang aku biarkan hidup.”
Nabi saw bersabda, “Demi Allah yang menggenggam jiwaku, andaikan orang-orang itu melihat dimana malaikat maut itu bediri dan mendengar perkataannya, niscaya mereka tidak peduli lagi dengan keluarga mereka yang mati itu, dan niscaya mereka menangisi diri mereka sendiri.
Sehingga manakala mayit itu dibawa di atas keranda, nyawanya melambai-lambai di atas keranda itu seraya berseru, “Hai keluargaku, hai anakku, jangan sekali-sekali kalian dipermainkan oleh dunia, sebagaimana yang telah aku alami. Aku telah mengumpulkan harta dari yang halal dan yang tidak halal, kemudian aku tinggalkan harta itu untuk orang lain. Enak dia dan aku yang susah. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kalian ditimpa oleh sesuatu yang menimpaku.” (Hadits ini tidak dikenal oleh Imam al-Quthubi)
Ja’far bin Muhammad telah meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata, “Rasulullah saw. pernah melihat malaikat maut berada di dekat kepala lelaki anshar. Maka beliau berkata kepada malaikat itu, “Bersikap lembutlah kepada shahabatku, karena dia seorang mukmin.”
Malaikat Maut menjawab, “Wahai Muhammad, senangkan hatimu dan tenangkan pandangan matamu. Sesungguhnya aku selalu bersikap lembut terhadap setiap mukmin. Dan ketahuilah, bahwa tidak ada satu keluarga pun, baik dari dusun maupun kota, di darat maupun di laut, melainkan aku jabati tangan mereka dalam sehari lima kali, sehingga aku kenal anak mereka yang kecil maupun dewasa, melebihi mereka terhadap diri mereka sendiri. Demi Allah, wahai Muhammad, kalau aku hendak mencabut nyawa seekor nyamuk sekalipun, aku tidak akan lakukan sebelum Allah menyuruh mencabutnya.” (Hadits ini tidak dikenal oleh Imam al-Quthubi)
Ja’far bin Muhammad berkata, “Telah sampai berita kepadaku, bahwa malaikat Maut menyalami manusia setiap kali masuk waktu shalat.” Demikian disebutkan oleh al-Mawardi.
Khabar ini menunjukkan bahwa malaikat maut adalah malaikat yang ditugasi mencabut nyawa setiap makhluk yang bernyawa, dan bahwa semua tindakannya adalah atas perintah Allah dan atas penciptaan dan perbuatan-Nya.
Berbeda dengan pandangan Ibnu Athiyah, dia berkata, “Dalam kaitan ini ada riwayat yang mengatakan, bahwa semua binatang dicabut nyawanya langsung oleh Allah swt, bukan oleh Malaikat maut. Jadi rupaya, Allah sendirilah yang meniadakan hidup mereka.”
Dan dia dikatakan pula, “Sebenarnya manusia juga sama. Hanya saja manusia adalah jenis makhluk yang mulia. Maka pencabutan nyawa mereka diurus oleh Malaikat Maut dan beberapa malaikat lainnya yang membantunya. Maksunya, Allah swt menciptakana malaikat maut, dan lewat tangannya Dia melakukan pencabutan nyawa manusia, melepaskan dan mengeluarkannya dari tubuh mereka, serta menciptakan balatentara bersama malaikat maut itu, untuk bekerja bersamanya atas perintah-Nya.
“Andaikan kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir.” (al-Anfaal: 50)
“Dia diwafatkan oleh delegasi-delegasi Kami.” (al-An’am: 61)
Dan pada hakekatnya Allah ta’ala, Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan yang melakukan segala perbuatan dengan sebenarnya. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
“Allah memegang jiwa [orang] ketika matinya, dan [memegang] jiwa [orang] yang belum mati di waktu tidurnya.” (az-Zumar: 42)
“[Allah] Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu.” (al-Mulk: 2)
“[Allah] yang menghidupkan dan mematikan.” (al-Baqarah: 258)
Maksudnya, malaikat maut mencabut nyawa, dibantu sebelumnya oleh para malaikat lainnya yang berdaya-upaya mengeluarkannya, dan Allah lah yang pada hakekatnya yang melakukan semua pekerjaan itu. Demikianlah hasil dari penggabungan ayat-ayat dan hadits-hadits mengenai masalah ini. Tetapi, oleh karena malaikat maut itulah yang melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana perantara dan pelaksana langsung, maka pencabutan nyawa dinisbatkan kepadanya, sedang penciptaan itu semua dinisbatkan kepada Allah swt.
Begitulah, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Mas’ud ra, dia berkata, telah bercerita kepada kami Rasulullah saw. dan beliaulah yang jujur dan terpercaya menyampaikan,
“Sesunguhnya seorang dari kamu sekalian dihimpun penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama sekian hari pula, kemudian menjadei segumpal daging selama sekian hari pula, kemudian Allah mengutus Malaikat, maka ia meniupkan nyawa ke dalamnya…. [dan seterusnya]” (Shahih Bukhari [3208] dan Shahih Muslim [2643])
Sabda Rasulullah, “Dihimpun penciptaannya dalam perut ibunya,” ada keterangannya yang lebih rinci dari Ibnu Mas’ud ra, diriwayatkan oleh al-A’masy dari Khaitsamah, dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sesungguhnya apabila nuthfah telah masuk ke dalam rahim, lalu Allah Ta’ala berkehendak menciptakannya jadi manusia, maka nuthfah itu menyebar ke dalam kulit perempuan di bawah tiap-tiap kuku dan rambut, kemudian tinggal di sana selama 40 hari, kemudian turun menjadi darah dalam rahim. Itulah yang dimaksud dengan dihimpunnya nuthfah.”
Dalam shahih Muslim juga, dari Hudzaifah bin Usaid al-Ghifari berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Apabila nuthfah melewati 42 malam, maka Allah mengutus malaikat untuk membentuknya, menciptakan pendengarannya, penglihatannya, rambutnya, kulitnya, dagingnya dan tulangnya. Kemudian malaikat itu berkata, ‘Ya Tuhanku, apakah lelaki atau perempuan?’ [dan seterusnya, dia sebutkan hadits ini selengkapnya]” (Shahih Muslim [2645])
Agaknya hadits ini ditafsiri dan diterangkan oleh hadits sebelumnya, karena diutusnya malaikat kepada nuthfah barulah dilakukan setelah genap 42 hari dalam rahim, maka camkanlah.
Dinisbatkannya penciptaan dan pembentukan janin manusia kepada malaikat adalah penisbatan majazi, bukan hakiki. Karena perbuatan yang dilakukan manusia terhadap janin [mudghah], yakni pembentukan dan pemberian rupa, hakekatnya adalah atas kekuasaan, penciptaan dan kreasi Allah Ta’ala. Pada beberapa ayat Al-Qur’an, Allah menisbatkan pada kepada Diri-Nya dalam penciptaan hakiki, dan sama sekali tidak menisbatkannya kepada siapapun. Misalnya dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu, lalu Kami bentuk tubuhmu.” (al-A’raf: 11)
Dan ayat-ayat lainya, di samping sekian banyak dalil-dalil qath’i, karena memang tidak ada Pencipta makhluk apapun selain Rabbul ‘Aalamiin.
Demikian pula sabda Nabi saw. “Kemudian Allah mengutus malaikat, maka dia meniupkan nyawa ke dalamnya.” Maksudnya bahwa peniupan nyawa itu lewat suatu sebab. Dengan sebab itu Allah Ta’ala menciptakan roh dan kehidupan pada janin manusia.
Demikian pula halnya tentang sebab-sebab lain yang biasa berlaku. Sesungguhnya sebab-sebab itu sengaja diadakan oleh Allah Ta’ala, bukan oleh yang lain. Maka camkanlah.
Ini prinsip yang mesti dipegang teguh. Karena dengan berpegang teguh pada prinsip ini, maka akan selama dari madzhab-madzhab yang sesat dan golongan yang berpendapat bahwa hal itu terjadi karena tabiat-tabiat alam atau lainnya. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala adalah yang mencabut nyawa semua makhluk-Nya, demikian menurut pendapat yang benar, dan bahwa Malaikat maut dan para pembantunya hanyalah perantara belaka.
Malik bin Anas ra. pernah ditanya tentang kutu, apakah binatang itu nyawanya dicabut oleh malaikat maut? Sebelum menjawab dia menunduk beberapa saat, lalu balik bertanya, “Apaah kutu itu bernyawa?” “Ya,” jawab si penanya. Maka Malik menjawab, “Malaikat maut-lah yang mencabut nyawanya. ‘Allah memegang nyawa-nyawa ketika matinya.’ (az-Zumar: 42).”
Dalam sebuah khabar, bahwa pernah terjadi suatu perbincangan antara Malaikat maut dan Malaikat Hayat:
“Aku mematikan yang hidup,” kata malaikat maut. Maka malaikat Hayat pun berkata, “Aku menghidupkan yang mati.”
Maka Allah menurunkan wahyu kepada keduanya, “Tetaplah kalian berdua pada tugas dan pekerjaan masing-masing, yang telah Aku mudahkan untuk kalian. Akulah sesungguhnya Yang Mematikan dan Menghidupkan. Tidak ada yang mematikan maupun yang menghidupkan selain Aku.” (Demikian disebutkan oleh Abu Hamid dalam kitabnya, al-Ihya’)
Abu Nu’aim menyebutkan dari Tsabit al-Bunani, dia berkata, “Malam dan siang ada 24 jam. Tidak satu jam pun yang dialami setiap makhluk bernyawa, kecuali malaikat maut berdiri memperhatikan nyawanya. Apabila dia disuruh mencabut nyawanya, maka dia cabut. Dan kalau tidak, maka dia pergi. Ini berlaku umum pada semua makhluk yang bernyawa.”
Dan dalam khabar tentang Isra’, dari Ibnu ‘Abbas ra. dikhabarkan bahwa Nabi saw. bercerita, “Aku menegurnya, ‘Hai malaikat Maut, bagaimana kamu dapat mencabut nyawa orang di muka bumi, di darat maupun di laut?’…[dan seterusnya]” sebagaimana disebutkan dalam judul “Cara Malaikat Mencabut Nyawa Manusia di Tempat-tempat yang Berbeda-beda dalam Saat yang Sama”
Menurut riwayat Abu Hadbah Ibrahim bin Hadbah, dari Anas bin Malik ra, Sabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya Malaikat Maut benar-benar memperhatikan wajah-wajah manusia pada setiap hari tujuh puluh kali. Apabila orang yang didatangi itu tertawa, maka malaikat maut itu berkata, ‘Heran, aku diutus untuk mencabut nyawanya, kenapa ia tertawa?’” (Maudlu: disebutkan dalam at-Tahrir al-Murassakh [250]. Abu Hadbah adalah pendusta, demikian kata Abu Hatim)
At-Tadzkirah; Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi;
Imam Syamsuddin al-Qurthubi