Peringatan atas Kelengahan


Aduhai orang ini, mana harta yang telah kamu kumpulkan, dan mana kekayaan yang telah kamu persiapkan untuk menghadapi berbagai krisis dan kesulitan? Ternyata, setelah kamu mati, semua terlepas dari tanganmu. Dan setelah mengenyam kekayaan dan kejayaan, kamu beralih menjadi hina dan tidak punya apa-apa.

Bagaimana keadaanmu sekarang, hai orang yang tergadaikan oleh dosa-dosanya, hai orang yang terbuang dari keluarga dan rumahnya?

Sebenarnya jalan kebenaran tidaklah samar bagimu, tapi sedikit sekali perhatianmu untuk membawa bekal perjalanan yang jauh ini, dan untuk menghadapi kesulitan hebat yang akan kamu alami berikutnya.

Atau, tidakkah engkau mengerti, hai orang yang terpedaya, bahwa keberangkatan ini pasti terjadi, menuju hari yang amat ngeri. Pada saat itu tidak berguna lagi bagimu segala alasan ini dan itu. Tetapi semuanya akan berbalik kepadamu di hadapan Ilahi, Raja Yang Maha Bijak-Bestari. Semua akan berbalik, apa saja yang pernah diperbuat oleh kedua tanganmu, apa saja yang dilalui oleh kedua telapak kakimu, apa saja yang diucapkan oleh lidahmu, dan apa saja yang dilakukan anggota tubuhmu. Kalau Dia mengasihimu, maka kamu akan dibawa ke dalam surga-Nya. Dan kalau tidak, maka kamu akan dicampakkan ke dalam neraka.

Hai orang yang lalai terhadap keadaan ini, sampai kapankah kelalaian dan penundaan ini? Apakah kamu kira kecil perkara ini? Atau kamu anggap mudah? Atau kamu kira keadaanmu akan berguna bagimu, ketika saat perjalananmu tiba? Dapatkah hartamu menyelamatkan dirimu, di kala kamu dibinasakan oleh perbuatanmu sendiri? Atau adakah gunanya penyesalanmu, ketika kamu digelincirkan oleh kakimu sendiri? Atau bisakah keluargamu mengasihimu, ketika kamu dihimpun di padang Mahsyar? Tidak, demi Allah betapa keliru dugaanmu itu, dan kelak kamu pasti tahu itu.

Rupaya kamu tidak puas dengan rezeki yang cukup, tidak kenyang dengan harta haram, tidak sudi mendengar nasehat, dan tidak jera dengan ancaman. Kamu terbiasa bergelimang dengan kesenangan, tenggelam dalam kemewahan tiada batas, terpedaya untuk bermegah-megah dengan apa yang kamu miliki, dan sedikit pun tidak mengingat apa yang bakal kamu hadapi.

Hai orang yang terlelap dalam kelalaian, dan baru bangun setelah jauh terlempar, sampai kapankah kelalaian dan penundaan ini? Apakah kamu kira dirimu akan dibiarkan begitu saja, tanpa dihisab besok? Apakah kamu kira kematian itu bisa disuap? Tidak bisakah kamu membedakan antara singa dan semak belukar tempat tinggalnya?

Tidak, demi Allah, kematian sekali-sekali tidak bisa ditolak dengan harta maupun anak-anak. Tidak ada yang berguna bagi ahli kubur selain amalnya yang diterima. Maka beruntunglah orang yang mendengar dan memperhatikan, lalu menahan diri dari hawa nafsunya, dan menyadari bahwa yang berbahagia adalah orang yang berhenti dari kebodohannya, (dan menyadari firman Allah):

“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan [kepadanya].” (an-Najm: 39-40)

Maka dari itu bangunlah kamu dari tidur ini, dan jadikanlah amal shalih sebagai bekal bagimu. Jangan bermimpi memperoleh kedudukan orang-orang baik, sedang kamu terus-menerus melakukan dosa dan perbuatan orang-orang jahat. Tetapi perbanyaklah amal shalih, dan waspadalah terus terhadap ujian-ujian Allah dalam kesendirian-kesendirianmu, Dia-lah Tuhan bumi dan langit. Jangan terpedaya oleh angan-anganmu, sampai kamu malah tidak beramal. Tidakkah kamu mendengar sabda Rasulullah saw., ketika beliau duduk di sisi sebuah kubur, “Hai saudara-saudaraku, untuk hal seperti ini hendaknya kamu sekalian bersiap siaga.”

Atau tidakkah kamu mendengar firman Allah yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu. Maka penuhilah seruan Allah Ta’ala.

“Berbekallah kamu, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (al-Baqarah: 197)

At-Tadzkirah; Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi; Imam Syamsuddin al-Qurthubi