Syafaat yang Dimaksud dengan al-Maqam al-Mahmud


Dalam Alquran surah al-Isra ayat 79, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam

أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Al-Maqam al-Mahmud dalam ayat ini tentu bukanlah kata atau kalimat yang asing lagi bagi kita seorang muslim.

Pasalnya, ayat tersebut sering kita ucapkan saat memanjaatkan doa selepas azan berkumandang.

Sebenarnya, apa makna di balik ungkapan Al-Maqam al-Mahmud tersebut?

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Aku adalah junjungan anak manusia padahari Kiamat, tetapi aku tidak berbangga. Di tanganku tergenggam panji al-Hamd, tetapiaku tidak bangga diri. Pada hari itu, tidak seorang nabi, baik Nabi Adam maupun lainnya, kecuali bernaung di bawah panjiku dan aku adalah orang yang pertama muncul dari bumi, tetapi aku tidak bangga diri.”

Rasulullah bersabda, “Selanjutnya, manusia mengalami tiga kali ketakutan. Mereka mendatangi Adam dan berkata:‘Engkau adalah bapak kami maka mintakanlah kami syafaat kepada Tuhan kami.’

Adam menjawab:‘Aku pernah berbuat dosa yang membuatku diturunkan ke bumi. Datanglah kepada Nuh!’

Mereka pun mendatangi Nuh, tetapi Nuh menjawab:‘Aku pernah mendoakan penduduk bumi agar binasa maka merekapun binasa. Pergilah kepada Ibrahim!’

Lantas mereka pergi menemui Ibrahim dan Ibrahim pun menjawab: ‘Aku pernah berdusta tiga kali. (Rasulullah bersabda, “Tidak ada satu pun dari tiga dusta itu, kecuali yang halal menurut agama Allah.”) Pergilah kepada Isa!’

Selanjutnya, mereka mendatangi Isa dan beliau pun menjawab:‘Aku pernah disembah selain Allah. Datanglah kepada Muhammad shalallahu alaihi wa sallam!’

Ibnu Jad’ân mengatakan bahwa Anas berkata, “Aku mendengar Rasulullah bercerita: ‘Selanjutnya, aku pegang gagang pintu surga dan aku guncangkan. Lantas ada suara yang bertanya: ‘Siapakah itu?’ Ada suara menjawab: ‘Muhammad.’ Mereka pun membukakan pintu untukku. Mereka menyambutku dengan hangat dan berkata: ‘Selamat datang.’ Aku pun jatuh tersujud kepada Allah kemudian Dia mengilhamkan nikmat pujian dan sanjungan kepadaku. Dia berfirman kepadaku: ‘Bangunlah hai Muhammad dan mintalah, niscayaengkau diberi dan mohonlah syafaat maka engkau pasti diberi syafaat! Bicaralah, niscaya kata-katamu didengar’.” (HR. At-Tirmidzi)

Inilah yang disebut dengan al-maqam al-mahmud sebagaimana firman Allah:

“Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isrâ`: 79)

Sufyan mengatakan, “Tidak ada yang diriwayatkan dari Anas selain kalimat: ‘Selanjutnya, aku pegang gagang pintu surga dan aku guncangkan’.”

Tirmidzi mengatakan, “Ini adalah hadis hasan.”

Abu Dawud ath-Thayalisi meriwayatkan hadis semakna dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Hammad ibn Salmah meriwayatkan dari Ahmad, dari Ali ibn Zaid, dari Abu Nadhrah bahwa Ibnu Abbas menyampaikan khutbah di atas mimbar Basrah. Ia memuji dan menyanjung Allah kemudian berkata: ‘Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

‘Setiap nabi pasti memiliki doa (yang mustajabah). Semuanya sudah menggunakan doa itu di dunia, tetapi aku menyimpan doa tersebut untuk memberi syafaat kepada umatku pada hari kiamat nanti. Aku adalah junjungan anak manusia padahari Kiamat dan aku tidak berbangga. Aku adalah orang yang pertama muncul dari bumi, tetapi aku tidak bangga diri.

Di tanganku tergenggam panji al-Hamd, tetapi aku tidak berbangga diri. Kepayahan pada hari itu semakin menekan manusia hingga mereka berkata: ‘Bawalah kami menemui Adam, bapak manusia, agar ia memintakan syafaat untuk kita kepada Tuhan kita hingga Dia putuskan perkasa di antara kami’.” (Al-Hadis)

Dalam hadis ini disebutkan: “Selanjutnya, mereka mendatangi Isa a.s. dan b