Dalam perjalanan pulang dengan kereta listrik jabodetabek
terjadi percakapan antara anak dengan ayahnya, yang terjadi sambil menunggu
kereta datang.
Anak : “Pa, kenapa sih di kereta ada tempat duduk prioritas?”
Ayah : “itu karena kita harus memberikan tempat duduk
terlebih dahulu kepada orang-orang yang mempunyai kondisi kekurangan. Misalnya
orang yang sedang sakit, ibu hamil dan ibu bawa anak, orang yang sudah tua.”
Anak : “kalau seperti itukan gak harus pake tempat duduk
prioritas pa, di manapun kita berada harus kasih tempat duduk ke orang – orang
seperti itu terlebih dahulu..”
Ayah : “Memang seharusnya seperti itu, tapi kenyataannya
kesadaran masyarakat kita masih kurang...terutama karena mereka belum bisa
mensyukuri nikmat sehat dan kekuatan yang diberikan Allah SWT kepada kita..”
Anak : “maksudnya?”
Ayah : “begini, sebenarnya kalau kita orang-orang yang
beriman tentu akan berlomba-lomba untuk memberikan tempat duduk kita ke orang
yang lebih membutuhkan itu..kenapa? karena setiap orang yang beriman tentu akan
berusaha untuk beramal dan berbuat baik terhadap orang lain. Selain itu juga
sebagai wujud syukur karena kita masih di pilih oleh Allah SWT karena kita
masih di berikan kesehatan dan kekuatan untuk bisa beramal dan berbuat baik
untuk orang lain...
itu berarti kita ini orang pilihan...tapi sayangnya banyak
yang tidak menyadarinya...sehingga seringkali kita justru iri terhadap orang
yang kekurangan itu...misalnya enak banget tuh orang baru naik udah dapet
duduk..padahal harusnya kita yang bersyukur karena masih di beri kesehatan
sehingga bisa memberikan tempat duduk kita pada orang lain...coba kalau nikmat
itu di cabut dan di kasih ke orang lain..”
Anak : “ooh gitu ya...”
Ayah : “iya, dan semakin kita bersyukur maka akan semakin
banyak nikmat yang akan di berikan pada kita..selain itu sebagai orang muda
kita memang harus sehat dan kuat..sekarang bagaimana kamu bisa melindungi adik
kamu dan mama kamu?..kalau untuk berdiri saja kamu tidak mampu...bahkan lebih
lemah dari orang tua, atau ibu hamil....bagaimana negeri ini bisa hebat kalau
anak mudanya mentalnya lemah seperti itu....? karena seringkali justru pikiran
kitalah yang membuat kita lemah...”
Anak : “iya sih pa...”
Sebuah percakapan yang banyak memberikan perenungan bagi
saya, dan bagaimana menanamkan jiwa dan mental yang kuat serta kepedulian
terhadap sekeliling atau lingkungan.
Memang seringkali kita merasa sebagai orang yang bersyukur
dengan banyak melakukan ritual ibadah dan beramal secara materi, tapi dalam
kehidupan sehari-hari kita masih enggan untuk berbagi. Enggan untuk memberikan
sesuatu yang kita miliki justru pada orang yang membutuhkan. Padahal konsep
berbagi dan beramal dalam agama adalah bagaimana kita bisa memberi terhadap
yang membutuhkan. Bukan sekedar memberi apa yang ingn kita beri.
Dari percakapan di atas saya berfikir alangkah menyedihkannya
kita karena ternyata kita tidak dapat melihat apa yang menjadi prioritas dalam
hidup kita. Karena prioritas dalam memberikan tempat duduk lebih di pahami
sebagai tempat yang prioritas bukan siapa yang menjadi prioritas untuk
mendapatkan duduk. Itu menandakan lemahnya kesadaran kita akan nilai-nilai
moral dan akhlak yang baik. Itu juga yang menunjukkan mengapa bangsa yang besar
ini tidak bisa menjadi besar, karena ternyata pemikiran kita masih kerdil.
Kita
masih menganggap diri kita lemah sehingga tidak mampu bersaing dengan kerasnya
dunia ini. Kehidupan kita sehari-hari adalah cermin bagaimana kita bisa berbuat
dan bertanggung jawab atas apa yang di berikan kepada kita. Baik itu kesehatan,
materi, kekuatan, kekuasaan dan lain sebagainya.
Saya berpendapat bahwa saat kita bisa menolong orang lain,
atau membantu orang lain baik itu dalam bentuk materi atau apapun itu, itu
semata-mata bukan karena kemampuan kita. Tetapi karena kita di berikan
kesempatan dan kepercayaan oleh yang Kuasa untuk menjadi perantara Nya dalam
menyampaikan pemberian Nya ke orang lain.
Semestinya kita bersyukur dan
berbahagia karena bisa mendapatkan kepercayaan itu, bukan berbangga diri dan
takabur, apalagi berfikir seolah-olah kalau bukan kita tidak akan ada yang bisa
menolong orang tersebut.
Buat saya hidup ini bagaikan sebuah PUZZLE, di mana setiap
potongan puzzle akan memiliki bentuk dan tempat yang berbeda sehingga bisa di
susun sedemikian rupa untuk menjadi sebuah gambaran utuh, itulah kehidupan.
Namun bagaimana bentuk dan posisi kita dalam puzzle itu, kita sendiri yang
menentukan. Dan bagaimana kita mewujudkan rasa syukur kita dalam kehidupan kita
sehari-hari adalah sebagai bentuk dan posisi kita dalam bingkai puzzle
tersebut.
Semoga kita bisa mensyukuri nikmat yang di berikan kepada
kita dalam kehidupan kita sehari-hari sebelum nikmat itu di cabut dan di
berikan kepada orang lain.