Syahdan seorang pria berhasil selamat dalam sebuah kecelakaan
kapal di tengah samudera yang luas. Dengan sebuah bongkahan kayu pecahan kapal
dia berhasil menepi ke sebuah pulau kecil terasing yang tidak dihuni oleh satu
orangpun.
Dalam keputusasaannya ia berdoa dengan sangat dan memohon
kepada Allah untuk dapat menyelamatkannya dari pulau tersebut. Setiap hari dia
memandangi cakrawala berharap ada sebuah kapal yang datang dan
menyelamatkannya.
Lelah dan putus harapan, akhirnya ia mencoba untuk hidup dan
mempertahankan diri dengan membuat gubuk dan pondok kecil untuk berlindung dan
mulai mencoba bertahan hidup. Setelah beberapa lama ia mulai terbiasa hidup
sendiri di pulau tersebut.
Suatu hari ia mencoba berburu di hutan di belakang pantai
mencoba mencari hewan buruan yang sekiranya dapat dimakan. Setelah lelah
seharian berburu, ia kembali ke pondok yang telah dihuninya selama beberapa
waktu. Tapi alangkah terkejutnya ketia ia mendapati gubuknya telah rata dengan
tanah, terbakar habis.
yang tersisa hanyalah api dan asap pekat yang membubung
tinggi. Apa yang telah diusahakannya selama terdampar dan tinggal di pulau
tersebut habis tak bersisa. Alam hatinya ia mulai marah dan putus asa.
"Ya Allah, mengapa Engkau timpakan ini semua
padaku!" jeritnya sambil menyalahkan Allah atas musibah tersebut. Dan
malam itu ia lewatkan dengan tidur di alam terbuka dekat gubuk yang terbakar
tersebut.
Hari berikutnya ia terbangun dari tidurnya oleh suara kapal
yang perlahan mendekat ke pulau tersebut. Perahu tersebut menurunkan sebuah
sekoci yang segera merapat ke pulau terpencil tersebut. Tampaknya perahu
tersebut tahu bahwa ada orang di pulau tersebut.
"Bagaimana kau tahu di sini ada orang yang perlu pertolongan?"
tanyanya pada penumpang sekoci tersebut.
"Kami melihat tanda asap yang engkau nyalakan",
jawabnya.