Teks Hadits
قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari)
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلْتَ عَلَى مَرِيضٍ فَمُرْهُ أَنْ يَدْعُوَ لَكَ فَإِنَّ دُعَاءَهُ كَدُعَاءِ الْمَلآئِكَةِ. رواه إبن ماجة
Umar Ibn Khattab berkata, "Rasulullah bersabda kepadaku, "Ketika engkau menjenguk orang yang sakit, mintalah dia berdoa untukmu, karena doa orang yang sakit seperti doa para malaikat." (HR Ibn Majah)
B. Hadits penguat
إذا أحب الله عبدا إبتلاه ليسمع تضرعه
“Jika Allah mengasihi Hamba-Nya, maka ia menurunkan cobaan padanya untuk mendengar permohonannya” (HR. Baihaqi dari Abu Hurairah).
C. Analisa Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam jam’u sahih-nya berarti tidak diragukan lagi tentang kesahihannya.
D. Kandungan Hadits
Kandungan dari hadits pertama menegaskan bahwa orang mukmin yang terkena penyakit atau musibah lalu ia bersabar atas musibah tersebut dan senantiasa ia berikhtiar dengan maksimal, maka Allah akan menyediakan pahala yang sangat besar yaitu gugur/ hilangnya dosa-dosa yang pernah ia lakukan seperti bergugurannya dedaunan.
Adapun dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah Rasulullah memberikan gambaran lebih hebat lagi yaitu ketika beliau (Rasulullah) memberikan anjuran kepada Umar Ibn Khattab untuk meminta do’a dari orang yang sedang sakit karena do’a orang yang sedang sakit tersebut cepat diijabah oleh Allah SWT beliau tamtsil-kan seperti do’a malaikat.
Nabi Muhammad menganjurkan untuk menjenguk orang yang sakit. Ada hikmah tersendiri yang dapat direnungi yaitu kesadaran akan pentingnya nikmat sehat yang diberikan Allah kepada kita.
Oleh karena itu, mumpung belum sakit gunakanlah nikmat kesehatan ini dengan sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Bila sakit sudah menimpa kita, maka ibadah kita menjadi kurang sempurna. Bila salat pada waktu sehat bisa dengan berdiri, maka kalau sakit kita hanya bisa salat dengan duduk atau berbaring. Nikmat sehat inilah yang sering kita abaikan. Biasanya, ketika sakit barulah kita sadar bahwa sehat itu sangat penting dan mahal harganya.
Dan Allah telah megaskan dalam surat al-Baqarah yang berbunyi :
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (155) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ إِذَا ضَرَبُوا فِي الْأَرْضِ أَوْ كَانُوا غُزًّى لَوْ كَانُوا عِنْدَنَا مَا مَاتُوا وَمَا قُتِلُوا لِيَجْعَلَ اللَّهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (156) وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (157)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqarah : 155-157).
Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”.
Orang yang beriman ketika menghadapi apapun yang ditakdirkan Allah kepadanya, menganggapnya sebagai suatu kebaikan. Jika ia ditimpa kesusahan dan kesempitan hidup, maka ia sabar terhadap takdir Allah tersebut. Di samping itu, ia mencari jalan keluarnya dan mengharap pahala dari Allah . Sikap yang demikian itu baik baginya, sebab dengan kesabaran itu dia mendapatkan ganjaran bagi orang-orang yang bersabar.
Jika dia mendapatkan kenikmatan, baik nikmat agama seperti ilmu dan amal shalih, maupun nikmat dunia seperti harta, anak, dan istri, dia bersyukur kepada Allah. Ketika ia bersyukur kepada Allah, maka yang demikian itu baik baginya.
Sedangkan orang kafir, dia selalu dalam keburukan. Jika mendapatkan kesusahan dia tidak sabar tapi mengumpat, melakukan sumpah serapah, mencela waktu, mencela zaman dan bahkan mencela ketetapan Allah .
Sikap sabar dan bersyukur pada seorang mukmin menjadikan Rasulullah begitu kagum dan terkesan kepadanya. Bila manusia mewujudkan kedua sikap ini, maka mereka dapat meraih dan menggapai kebahagiaan hidup. Dengan sikap sabar beban dan masalah yang menimpanya menjadi ringan, bahkan ia ridha dan berhati lapang terhadap segala ketetapan dari Allah . Sebab segala apa yang ditakdirkan Allah mengandung kebaikan dan kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya.