Baik kekekalan dunia maupun creatio ex nihilo-nya bagaimana pun membawa kepada eksistensi suatu Kemaujudan Nonfisik yang kekal. Penciptaan dunia yang bersangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya suatu Pencipta, sebab dunia tak bisa maujud dengan sendirinya.
Juga, sang Pencipta mesti bersifat immaterial, sebab materi yang merupakan suatu kejadian dunia, diciptakan oleh satu Pencipta. Di pihak lain, anggapan bahwa Tuhan bersifat material akan membawa suatu kemunduruan yang tiada akhir yang adalah musykil.
Oleh karena itu, dunia ini pasti mempunyai Penciptanya yang tidak berujud benda. Dan karena Dia bersifat immaterial maka kita tidak dapat mengenali-Nya lewat Indera kita ataupun lewat imajinasi sebab imajinasi hanya menggambarkan hal-hal yang dapat ditangkap oleh indera.
Kekekalan dunia, berarti kekekalan geraknya juga dan gerak, sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles, membutuhkan penggerak atau penyebab efisien dari gerak itu. Jika penyebab efisien ini berupa sebuah benda, maka kekuatannya tentu terbatas dan karenanya tidak mampu menghasilkan suatu pengaruh yang tak terbatas.
Oleh sebab itu, penyebab efisien dari gerak kekal harus bersifat immaterial. Ia tidak boleh dihubungkan dengan materi ataupun dipisahkan darinya, ada di dalam materi itu atau tanpa materi itu sebab penyatuan dan pemisahan, ketergantungan atau keterlepasan, merupakan tanda-tanda material, sedang penyebab efisien itu, sesungguhnya, lepas sama sekali dari itu semua.
Bagaimana pun juga, ada sebuah pertanyaan di sini. Tuhan dan dunia yang keduanya kekal, bagaimana bisa yang pertama dianggap sebagai penyebab adanya yang kedua? Dengan mengikuti pandangan ibn Sina, ibn Tufail membuat perbedaan antara kekekalan dalam esensi dan kekekalan dalam waktu, dan percaya bahwa Tuhan ada sebelum adanya dunia dalam hal esensi tapi tidak dalam waktu.
Ambillah satu contoh. Jika kau pegang sebuah benda dengan tanganmu dan kau gerakkan tanganmu maka benda itu, tak pelak lagi, akan bergerak dikarenakan gerak tangan itu, jadi gerak itu bergantung pada gerak tangan. Gerak tangan mendahului gerak benda dalam esensinya, dan gerak benda diambil dari gerak tangan tersebut, meskipun dalam waktu keduanya tak saling mendahului.
Mengenai pandangan bahwa dunia dan Tuhan sama-sama kekal, ibn Tufail mempertahankan pendapat mistisnya bahwa dunia itu bukanlah sesuatu yang lain dari Tuhan.
Dan mengenai esensi Tuhan yang ditafsirkan sebagai cahaya, yang sifat esensialnya merupakan penerangan dan pengejawantahan, sebagaimana dipercaya oleh al-Ghazali, ibn Tufail memandang dunia ini sebagai pengejawantahan dari esensi Tuhan sendiri dan bayangan cahaya-Nya sendiri yang tidak berawal ataupun berakhir. Dunia tidak akan hancur sebagaimana yang ada pada kepercayaan akan Hari Penentuan.
Kehancurannya berupa keberalihannya memnjadi bentuk lain dan bukannya merupakan suatu kehancuran sepenuhnya. Dunia mesti terus berlangsung dalam satu atau bentuk lain, sebab kehancurannya tidak sesuai dengan kebenaran mistis yang tinggi, yaitu bahwa sifat esensi Tuhan merupakan penerangan dan pengejawantahan kekal.