3. Kosmologi Cahaya


Sesuai sekali dengan pandangan ibn Sina dan para pendahulunya yang lain, ibn Tufail menerima prinsip bahwa dari satu tidak ada lagi apa-apa kecuali satu itu. Manifestasi kemajemukan kemaujudan dari yang satu dijelaskan dalam gaya Neo-Platonik yang monoton, sebagai tahap-tahap berurutan pemancaran yang berasal dari cahaya Tuhan.

Proses itu, pada prinsipnya, sama dengan refleksi terus menerus cahaya matahari pada cermin. Cahaya matahari yang jatuh pada cermin dan yang dari sana menuju ke yang lain dan seterusnya, menunjukkan kemajemukan.

Semua itu merupakan pantulan cahaya matahari, dan bukan matahari itu sendiri,juga bukan cermin itu sendiri bukan pula sesuatu yang lain dari matahari atau cermin itu.

Kemajemukan cahaya yang dipantulkan itu hilang menyatu dengan matahari kalau kita pandang sember cahaya itu, tapi timbul lagi kalau kita pandang cermin, yang di situ cahaya tersebut dipantulkan. Hal yang sama berlaku juga pada cahaya pertama beserta perwujudanya di dalam kosmos.



Menu