1. Merasa ada kekurangan dan kelemahan di dalam diri.
Karena orang yang zalim tidak memiliki sifat-sifat yang baik, dan dia mengetahui hal ini, maka dia justru mengkompensasinya dengan melakukan perbuatan zalim. Karena itulah Allah tidak mungkin berbuat zalim, karena Dia Maha sempurna dalam segala aspek dan tidak membutuhkan apa pun. Karena itu, untuk apa Dia berbuat zalim.
Di dalam hadits diterangkan,
إنما يحتاج إلى الظلم الضعيف
Yang merasa perlu berbuat zalim hanyalah orang yang lemah.
2. Tidak dapat mengendalikan syahwat.
Allah hanya menciptakan yang baik-baik saja. Syahwat Dia berikan kepada manusia demi kebaikan manusia. Cinta pada diri sendiri membuat orang mau memperhatikan dan menjaga dirinya. Cinta pada harta membuat orang mau bekerja untuk memperolehnya. Cinta pada lawan jenis membuat orang dapat menjaga kelangsungan umat manusia. Dst.
Tapi, jika syahwat ini melewati batasannya, maka itu karena perbuatan manusia semata-mata dan itu akan menjadi penyebab kesengsaraannya. Orang yang tidak dapat mengendalikan syahwat boleh jadi akan berbuat zalim, merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, menyusahkan orang lain, bahkan membunuh orang lain, karena dia menyangka hal itu akan memuaskan syahwatnya.
Allah SWT berfirman:
واتبع الذين ظلموا ما أترفوا فيه وكانوا مجرمين
“Dan orang-orang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan mereka itu adalah orang-orang yang berdosa/pelaku kejahatan.” (Hud: 116)
3. Mempertahankan kekuasaan
Cinta pada kekuasaan adalah salah satu nafsu manusia yang paling berbahaya. Orang yang terkena penyakit cinta pada kekuasaan akan berusaha mempertahankan jabatan dan kedudukannya dengan berbagai cara, hingga dengan membunuh, memberangus suara orang lain, dan menelantarkan orang lain sekalipun karena dia menyangka bahwa hal ini akan melanggengkan kursinya. Padahal, keadilanlah yang melanggengkan seseorang pada kedudukan dan jabatannya, dan bukannya kezaliman.
Nabi saw bersabda:
إن الملك يبقى مع الكفر ولا يبقى مع الظلم
“Kekuasaan itu dapat langgeng sekalipun sang penguasa kafir kepada Allah, tapi tidak akan langgeng jika sang penguasa berbuat zalim.”
4. Mental jongos.
Maksudnya, seseorang berbuat zalim demi seseorang yang dituankannya. Seseorang yang bermental jongos akan berusaha menjaga kepentingan tuannya agar tetap bertahan sebagai tuan. Dia bersedia melakukan kezaliman dan kejahatan apa pun semata-mata agar tuannya memandang dirinya pantas menjadi jongos sang tuan.
Sifat orang zalim
Al-Quran menggambarkan secara sempurna sebab-sebab yang mendorong seseorang berbuat zalim di dalam banyak ayat dan memotivasi kita untuk menghindarinya. Secara ringkas sebab-sebab itu sebagai berikut:
a. Menentang dan berpaling dari ayat-ayat Allah.
وما يجحد بآياتنا إلا الظالمون
“Hanya orang-orang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (al-Ankabut: 49)
Allah menyediakan ayat-ayat-Nya sebagai hidayah dan pengarah. Mengingkarinya berarti tidak mengamalkannya. Ini adalah pengantar menuju kezaliman, bahkan kezaliman itu sendiri.
b. Melanggar batasan-batasan Allah.
Maksudnya, tidak berkomitmen pada jalan yang benar sehingga pada waktu yang sama seseorang menyimpang dari jalan yang lurus dan terjebak di padang kesesatan.
Allah SWT berfirman:
تلك حدود الله فلا تعتدوها، ومن يتعد حدود الله فأولئك هم الظالمون
“Itulah batasan-batasan Allah, janganlah kalian melanggarnya. Orang-orang yang melanggar batasan-batasan Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 223)
Mereka menzalimi diri sendiri dengan menempatkan diri mereka dalam hidup yang serba sulit dan serba sempit, juga menzalimi orang lain dengan menimbulkan berbagai masalah di masyarakat.
c. Tidak menjadikan hukum Allah sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Perbedaan poin ini dengan poin sebelumnya, poin terdahulu dilakukan oleh masyarakat secara keseluruhan, sedangkan poin ini dilakukan oleh para penguasa. Kadang kala masyarakat ingin menerapkan ajaran Tuhan, tapi penguasa menghalang-halanginya dengan cara mengaburkan hukum Tuhan dan mengedepankan hukum manusia.
Allah SWT berfirman:
ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الظالمون
“Orang-orang yang tidak mengambil keputusan dengan berdasarkan kepada hukum Allah, mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 45)
d. Mengikuti orang-orang kafir.
Salah satu sebab terbengkalainya hukum Allah dan terjerumusnya kita di padang kesesatan dan kelemahan adalah membiarkan orang kafir menguasai diri kita. Orang-orang kafir tentu saja ingin menerapkan ideologi yang mereka yakini, yaitu ideologi yang selaras dengan kepentingan dan hawa nafsunya. Karena itu, masyarakat kita melangkah ke arah yang tidak memberi manfaat, tapi justru membahayakan diri sendiri.
Allah SWT berfirman:
يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا آبائكم وإخوانكم أولياء إن استحبوا الكفر على الإيمان ومن يتولهم منكم فأولئك هم الظالمون
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kalian yang menjadikan mereka sebagai pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (at-Taubah: 23)
5. Mengikuti hawa nafsu.
Al-Quran telah menjelaskan alasan-alasan seseorang menuruti bisikan hawa nafsunya, yaitu:
a. Menipu orang lain demi melindungi kepentingannya.
Allah SWT berfirman:
ومن أظلم ممن افترى على الله كذباً ليضل الناس بغير علم
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” (Al-An’am: 144)
b. Menghalang-halangi dilaksanakannya ajaran Allah jika bertentangan dengan kepentingannya.
Allah SWT berfirman:
ومن أظلم ممن منع مساجد الله أن يذكر فيها اسمه
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencegah disebutnya nama Allah di masjid-masjid?” (al-Baqarah: 114)
c. Membelot dari kebenaran dan tidak mendukungnya.
Allah SWT berfirman:
ومن أظلم ممن كتم شهادة عنده من الله
“Siapakah orang yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” (al-Baqarah: 140)
Bolehkah tunduk kepada kezaliman?
Islam melarang ketundukan kepada kezaliman.
Allah SWT berfirman:
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار وما لكم من دون الله من أولياء ثم لا تنصرون
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai penolong seorang pun selain Allah sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Hud: 113)