Kisah Raja Zulkarnain


Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya".
(QS. Al-Kahfi: 83)

Kaum Yahudi akan menanyakan seorang petualang kepadamu untuk mengujimu. Dia berpetualang hingga sampai ke dunia belahan barat dan timur. Dia adalah Zulkarnain Yang Agung yang nama aslinya Iskandar Filakus, seorang berkebangsaan Yunani yang menguasai seluruh dunia.

Mujahid berkata: Ada 4 orang Mukmin dan kafir yang menguasai dunia. Dua orang yang Mukmin ialah Sulaiman dan Zulkarnain, sedangkan yang kafir ialah Namrud dan Bukhtun Nashr. Zulkarnain hidup setelah Raja Namrud yang hidup pada zaman Nabi Ibrahim as. Namun, dia berumur panjang.

Ibnu Katsir berkata: Zulkarnain bukan seorang nabi dan bukan pula seorang malaikat. Dia adalah seorang raja yang saleh, adil, menguasai berbagai wilayah, dan menaklukkan para raja yang menguasai wilayah itu. Dia berhasil menebus sejumlah negeri.

Dia disebut Zulkarnain (pemilik dua tanduk), karena berhasil mencapai “dua tanduk matahari”, yaitu sisi timur dan sisi barat matahari. Adapun Zulkarnain II bernama asli Iskandar ar-Rumi yang memimpin Romawi.

Dia hidup 2000 tahun setelah Iskandar yang pertama. Zulkarnain II hidup sekitar 300 tahun sebelum al-Masih Isa bin Maryam.

Wazir Zulkarnain II ialah Aristhoteles, seorang ahli filsafat Yunani terkemuka. Dialah yang menyerang wilayah lain, menaklukkan Raja Persia, dan menduduki wilayah mereka.

Dia seorang kafir yang hidup selama 36 tahun. Yang dimaksud dengan Zulkarnain dalam Al-Qur’an ialah Zulkarnain yang pertama, bukan yang kedua.

Wa yas-aluunaka ‘an dzil qarnaini qul sa atluu ‘alaikum minhu dzikraa. (QS Al-Kahfi, 18: 83)

Artinya: 'Mereka juga bertanya kepadamu tentang Zulkarnain. Katakanlah kepada mereka bahwa tentang hal ini pun aku akan ceritakan kepadamu sedikit'.

Al Qarnain adalah bentuk majemuk-dua dari al qarn. Alqarnu berarti tanduk hewan, seratus tahun. Kata alqarnani secara kiasan bisa diartikan negeri-negeri Timur dan negeri-negeri Barat. (Aqrab)

Kisah tentang Zulkarnain ini pun seperti kisah Ashabul Kahfi, memunculkan banyak simpang siur. Dalam Injil tercantum sebuah rukya atau mimpi dari

Nabi Daniel sebagai berikut:
Kulihat seekor domba jantan yang bertanduk dua. Domba itu menanduk ke Barat, ke Utara dan ke Selatan; tiada seekor binatang pun dapat melawannya; dibuatnya barang kehendaknya.
(Daniel pasal 8: 3-4)

Adapun tabir domba jantan yang kulihat dengan tanduk dua itu adalah raja-raja Media dan Persia. (Daniel pasal 8: 20)
Berdasarkan rukya ini, di mana diperlihatkan raja-raja Media dan Persia seperti seekor domba jantan


Zulkarnain adalah salah seorang raja Media dan PersiaKisah Zulkarnain Dalam Al-Qur'an

Mengapa kejadian Zulkarnain diterangkan dalam Al-Qur’an, dan mengapa diletakkan dalam surah Al Kahfi ini setelah menerangkan Isra Nabi Musa as.?

Dalam surah Al Kahfi ada penjelasan tentang pertentangan Islam dengan Masehi, bahkan perlawanan dari segi semi-politik. Yakni, sebenarnya pertentangan agama, tetapi banyak sekali kaitannya dengan politik keduanya.

Mula-mula sekali diterangkan kejadian Ashabul Kahfi, yaitu bagaimana permulaan terjadinya agama Masehi, dan kemudian bagaimana penyelewengannya. Sesudah itu diterangkan Isra Nabi Musa as.

Yang menyebutkan terhentinya kemajuan keturunan Ashabul Kahfi sampai di suatu batas tertentu, dan diutus-nya seorang nabi dari Allah. Juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kaum Nabi Musa as. itu ialah bagian terakhir dari silsilah Musawi, yaitu kaum Masehi; sedang umat Musawi yang asal, yaitu Yahudi, telah lama mati. Ringkasnya, menyebutkan Isra Nabi Musa as. Setelah menceritakan Ashabul Kahfi adalah isyarat bahwa kemajuan kaum Masehi pada giliran pertama akan berakhir dengan diangkatnya Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw.

Terbukti, kejadian-kejadian berikutnya membuktikan kebenaran kabar gaib ini, yang karenanya iman kaum beriman bertambah tebal. Sebabnya, memberitahukan ketika kaum Muslim masih di Mekkah bahwa mereka akan dapat mengalahkan kaum Masehi, adalah suatu kabar gaib yang amat hebat yang tidak ada tolok bandingannya. Sesudah itu kejadian Zulkarnain disebutkan untuk pemberitaan kemenangan kaum Masehi pada gilirannya yang kedua.

Mengapa Zulkarnain disebutkan di tengah-tengah, padahal dia ada sebelum Rasulullah saw.? Jawabnya begini: Nama dari dua kemajuan Masehi itu berbeda dalam kitab-kitab Ilahi. Giliran pertama disebut Ashabul Kahfi, yaitu mereka mengalami keadaan seperti orang-orang yang tinggal di pekuburan zaman dahulu atau, mereka masih bisa menjadi orang-orang baik seperti Ashabul Kahfi, meskipun praktiknya mereka tidak baik.

Giliran kedua mereka disebut Ya’juj wa Ma’juj, yakni mereka sama sekali tidak akan jadi orang-orang baik. Dengan lahirnya seorang nabi baru, mereka masih bisa berhubungan dengan Allah asal mereka mau mengubah keadaan bangsanya; jika tidak, ya tidak!

Giliran kedua ini ada kaitannya dengan Zulkarnain, yaitu karena sebagian perbuatan Zulkarnainlah terjadi giliran kedua ini. Kisahnya begini: Ya’juj wa Ma’juj sebenarnya adalah nama dari suku-suku bangsa yang berdiam di daerah-daerah Utara Asia dan daerah-daerah Timur Eropa.

Tertarik oleh kesuburan dan kemakmuran daerah-daerah Asia, mereka selalu menyerang daerah-daerah itu. Bila mereka berhasil dalam serangan-serangan itu, mereka akan jadi seperti bangsa Aryan yang terus menetap di Hindustan bercampur dengan suku-suku bangsa tua di situ

Dan mereka akan bertebaran di berbagai daerah Asia dan akan bercampur gaul dengan suku-suku bangsa di situ, serta akan memeluk bermacam-macam agama dari suku-suku bangsa yang mereka datangi, dan mereka tidak akan menganut satu agama.

Namun, atas kehendak Allah, Zulkarnain bisa membendung serangan-serangan mereka, sehingga akhirnya suku-suku bangsa Ya’juj wa Ma’juj ini masuk ke dalam agama Masehi, dan mereka menjadi suatu kekuatan sangat dahsyat dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Seiring dengan itu tertanamlah bibit permusuhan dalam agama.

Selain itu, karena strategi dan taktik Zulkarnain, seluruh Asia mendesak dan menohok mereka ke sebelah Utara, yang di masa itu terkenal sebagai daerah yang paling jelek dan miskin. Oleh karena itulah dalam hati mereka bersemi ambisi sangat kuat untuk datang ke daerah-daerah Timur dan negeri-negeri Asia, yang terus menyala turun-temurun hingga saat ini. Dengan demikian tertanamlah benih permusuhan dalam politik.

Jadi, Zulkarnain dari satu segi adalah sosok yang menyebabkan timbulnya fitnah Ya’juj wa Ma’juj atau fitnah Dajjal. Allah sengaja membawakan kejadian Zulkarnain sebelum menceritakan giliran kedua kemenangan Masehi di akhir zaman. Apalagi, perbuatan khusus Zulkarnain menyebabkan pembinaan Ya’juj wa Ma’juj sebagai suatu kesatuan bangsa yang memiliki politik dan kebangsaan yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa lain.

Ada satu hikmah lagi mengapa Zulkarnain disebutkan di sini, yaitu Zulkarnain adalah seorang raja dari Media dan Persia. Jadi, boleh dikatakan timbulnya Ya’juj wa Ma’juj itu oleh karena seorang yang berbangsa Persia. Dan kebiasaan atau sunnah Ilahi ialah, bila atas reaksi suatu perbuatan hamba-hamba-Nya yang saleh timbul suatu keburukan atau kejahatan, biasanya Dia lenyapkan kejahatan itu dengan perantaraan salah seorang dari keturunan orang saleh itu, atau orang-orang yang senegeri dengan dia, atau seorang yang serupa dengan dia, agar tidak ada aib yang tidak langsung pun menodai nama baik hamba-Nya itu.

Jadi, hikmah Zulkarnain disebutkan di sini adalah agar berita ini menjadi suatu kabar gaib tentang kedatangan Zulkarnain yang kedua, yang juga keturunan Persia, yang nanti akan berhadapan dengan Ya’juj wa Ma’juj dan yang melumpuhkan mereka. Dengan demikian, dia dapat menghapus tuduhan yang melekat pada nama Zulkarnain pertama.

Dia dijuluki Zulkarnain oleh karena Allah menganugerahkan dua kekuatan kepadanya, yaitu kekuatan yang bersifat Mahdi dan kekuatan yang bersifat Al Masih.

Dia digelari Mahdi karena menerima ilmu-ilmu pengetahuan dari Yang Mulia Rasulullah saw., dan digelari Al Masih karena mengambil sifat-sifat dari Al Masih yang pertama. Hal ini tersebut dalam hadis “La Mahdiyu illa ‘Isa”, yang artinya “Mahdi itu juga yang disebut Isa. (Ibnu Majah, jilid 2, h. 1341) Jadi, karena mendapat dua kekuatan inilah dia dijuluki Zulkarnain.

Dia juga dinamai Zulkarnain oleh karena dia akan mengalami dua abad seperti yang tersebut dalam sebagian kabar gaib, yaitu pada akhir suatu abad dia akan menerima ilham-ilham dari Allah, dan pada permulaan abad berikutnya dia akan menyelesaikan tugasnya, kemudian baru dipanggil pulang oleh Allah. Ini yang diisyaratkan oleh hadis Ibnu Majah tadi, yaitu dari satu segi dia bernama Mahdi, dan dari segi lain dia bernama Isa.

Dalam beberapa hadis lain ada tersebut bahwa, pada suatu hari para sahabat ra. bertanya kepada Yang Mulia Rasulullah saw., siapakah golongan yang tersebut dalam Al-Qur’an yang kelak akan diajari Qur’an oleh Rasulullah saw. Yakni, bila Rasulullah saw. telah wafat, bagaimana tugas ini akan dijalankan?

Rasulullah saw. menjawab sambil meletakkan tangan beliau pada pundak sahabat Salman Al Farsi:

“Walladzi nafsi biyadihi law kanal imanu bitstsurayya lanaalahu rijaalun min haaulaai”.
(Bukhari)

Artinya:

Demi Dzat yang jiwaku dalam tangan-Nya, apabila nanti iman terbang ke bintang Tsurayya, akan diraih kembali oleh beberapa orang dari mereka ini (keturunan bangsa Persia).

Dalam riwayat lain tersebut rijaalun min faris, yaitu beberapa orang keturunan Persia yang akan membawa kembali iman itu ke dunia. Ada juga riwayat rajulun, artinya seorang istimewa yang dijanjikan.
(Bukhari)

Dari semua riwayat ini bisa diketahui bahwa, ketika iman telah terbang di akhir zaman, ada seorang istimewa dari bangsa Persia yang akan membawa iman itu kembali, dan dalam tugasnya ini dia ditolong oleh beberapa orang dari bangsa Persia juga.


Perjalanan Masa Remaja Zulkarnain Menakhlukan Yakjuz Makjuz Dan Bertemu Nabi Khidir

Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman:

“Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada disegala penjuru bumi. Mereka terbagi dalam beberapa golongan.

Mendapat amanat tersebut, Zulkarnain lalu berkata: “Wahai Tuhanku, Engkau telah menugasiku melakukan seuatu hal yang aku tidak kuasa melakukannya kecuali engkau sendiri, maka beritahukan kepadaku tentang umat-umat itu, dengan kekuatan apa aku bisa melawan mereka? Dengan kesabaran apa aku bisa menahan mereka? Dan dengan bahasa apa aku harus bicara dengan mereka? Bagaimana pula aku bisa memahami bahasa mereka sedangkan aku tidak mempunyai kemampuan.”

Kemudian Allah SWT berfirman:

”Aku membebanimu sesuatu yang kamu mampu melakukannya, aku akan melapangkan pendengaran dan dadamu hingga kamu bisa mendengar dan memperhatikan segala sesuatu. Memudahkan pemahamanmu sehingga kamu bisa memahami segala sesuatu, meudahkan lidahmu, hingga kamu bisa berbicara tentang sesuatu, membukakan penglihatanmu, sehingga kamu bisa melihat segala sesuatu, melipatgandakan kekuatanmu hingga tak terkalahkan oleh sesuatu apapun, menyingsingkan lenganmu, hingga tidak ada sesuatupun yang berani meyerangmu, menguatkan hatimu, hingga kamu tidak takut pada apapun, menguatkan kedua tanganmu hingga kamu bisa menguasai segala sesuatu, menguatkan pijakanmu hingga kamu bisa mengatasi segala sesuatu, memberimu kemuliaan hingga tidak ada apapun yang menakutimu, menundukkan untukmu cahaya dan kegelapan dan menjadikan salah satu tentaramu. Cahaya itu akan menjadi petunjuk di depanmu, dan kegelapan itu akan berkeliling di belakangmu."

Sejak kecil, Iskandar sudah tidak senang melihat peperangan antara timur, yaitu kerajaan Persia, dan Barat, Kerajaan Romawi. Perang itu tak ada hentinya dari tahun ke tahun, malah dari abad ke abad. Ribuan manusia tewas, kerugian harta benda tak terhitung lagi jumlahnya, apalagi kerusakan lingkungan hidup, merugikan manusia itu sendiri.

Untuk menghentikan permusuhan antara timur dan barat, Iskandar bercita-cita mendirikan sebuah kerajaan yang dapat menyatukan wilayah timur dan barat.

Iskandar pun tumbuh menjadi manusia dewasa yang saleh, berakhlak dan berbudi tinggi. Atas segala kesalehannya itu, Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, lalu Allah memerintahkan untuk menyeru manusia kepada agama Muslim.

Mula-mula dengan tentaranya yang lengkap dan kuat, dia menuju ke barat wilaya Maroko, tempat terbenamnya matahari. Dilihatnya matahari itu terbenam di mata air yang berlumpur, lautan Atlantik sekarang ini.

Di situ ia bertemu dengan bangsa yang senantiasa berbuat kerusakan dan kejahatan. Bukan saja merusak permukaan bumi dan mengacaukannya, tetapi juga sudah menjadi tabiat mereka suka membunuh orang-orang yang tidak bersalah sekalipun. Bahkan mereka tidak beragama.

Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam, apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan, atau akan dibiarkan begitu saja?

Allah lalu memberinya dua pilihan: digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka, atau di ajar dan didik agar mereka kembali kepada kebenaran dan menyembah Allah serta meninggalkan segala kejahatan.

Iskandar Zulkarnain memutuskan menggempur mereka yang durhaka dan jahat, sedangkan orang yang baik akan dilindungi. Sebelumnya ia berkata kepada bangsa tersebut: “Siapa yang aniaya, akan kami siksa dan dikembalikan kepada Tuhan, agar Tuhan memberikan siksa yang lebih pedih lagi. Adapun orang-orang yang saleh dan baik, akan kami lindungi, dan kepadanya kami hanya akan memerintahkan kewajiban-kewajiban yang ringan.”

Kemudian tentaranya bergerak menewaskan setiap orang yang kejam, melindungi setiap orang yang baik. Akhirnya negeri itu dapat diamankan dan di tentramkan serta di atur sebaik-sebaiknya, penuh dengan kehidupan bahagia dan makmur.

Setelah selesai menunaikan kewajiban terhadap bangsa dan negeri itu, Iskandar dengan tentaranya menuju ke arah timur, India. Dilihatnya matahari di atas bangsa yang musyrik, yang menyembah banyak tuhan, yaitu bangsa Hindustan.

Bangsa dan negeri itu pun dapat ditaklukkan, diamankan dan ditentramkannya, serta diatur sebaik-baiknya sehingga setiap orang dapat merasakan hidup aman, tentram dan bahagia. Bangsa itu juga dapat dikeluarkan dari lembah kesesatan.

Selesailah sudah kewajibannya terhadap bangsa dan negeri itu. Ia lalu menuju ke utara, negeri Armenia, melalui Persia dan Azarbaijan. Kemenangan demi kemenangan dicapainya selama dalam perjalanan itu, akhirnya sampailah di suatu tempat, di sana ia bertemu dengan suatu bangsa yang selalu dalam ketakutan dan ke khawatiran, karena ternyata negeri itu berbatasan dengan bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang terkenal kuat dan kejam. Bukan sekali dua kali saja, tetapi seringkali bangsa Ya’juj dan Majuj itu datang menyerang mereka, menghancurkan apa saja yang didapatinya dan membunuh siapa saja yang dijumpainya.

Kedatangan Iskandar ini, mereka sambut dengan segala kehormatan dan kegembiraan, karena mereka tahu dari kabar yang beredar bahwa Iskandar adalah Raja yang kuat dan paling adil di muka bumi ini.

Lalu mereka meminta bantuan kepada Iskandar, agar dilindungi dari serangan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka memohon supaya antara negeri mereka dan negeri Ya’juj dan Ma’juj dibangun dinding raksasa yang tidak dapat ditembus. Sebagai imbalannya mereka sanggup membayar mahal Iskandar.

Mendengar permohonan itu, Iskandar Zulkarnain menjawab: “Saya tidak mengharapkan upah dari kalian, nikmat dan pemberian Tuhanku lebih berharga daripada upah itu. Hanya kepada kalian saya minta kaum pekerja dan alat-alatnya: besi, tembaga, arang batu dan kayu.”

Setelah semuanya terkumpul, ia mulai bekerja dengan bantuan para pekerja.

Mula-mula menyalakan api dengan kayu dan arang batu, diambilnya besi, lalu dileburkannya dengan api, setelah besi itu mencair, dituangkannya tembaga, dan diaduk menjadi satu. Dengan bahan campuran inilah di dirikan dinding raksasa antara negeri itu dan negeri Ya’juj dan Ma’juj. Dinding besi raksasa itu tidak dapat di tembus dan di lubangi oleh siapapun dan oleh apapun.

“Dinding ini adalah rahmat dari Tuhan kepada kalian, hanya tuhanlah yang dapat menembus dinding ini, jika dikehendakinya,” kata Iskandar. Maka aman dan tentramlah negeri tersebut.

Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri yang terbentang antara timur dan barat. Dengan demikian cita-citanya untuk mempersatukan kerajaan di timur dan barat tercapai. Negeri yang berada di bawah kekuasaannya, antara lain Maroko, Romawi, Yunani, Mesir, Persia dan India.

Berkat ilmu dan pengetahuannya yang luas, serta dasar ketuhanan yang selalu dipagang teguh dalam mendirikan kerajaan yang besar itu. Penduduknya hidup dengan aman, tentrem dan makmur. Kebesaran dan kejayaan itu tidak membuatnya buta dan lupa akan nikmat yang diberikan Allah SWT.

Menurut Khair Ramdhan Yusuf, dalam bukunya Iskandar Zulkarnain, Panglima Perang, penakluk dan pemerintah yang saleh, kajian terperinci menurut Al-Qur’an, Sunah dan Sejarah, terbitan Malaysia, ada empat sosok yang berkaitan dengan nama Iskandar Zulkarnain. Yaitu, Iskandar Macedonia, Zulkarnain Al-Hamiri, Raja Himyar, seorang lelaki saleh pada zaman Nabi Ibrahim, dan Kursh Al-Akhmini Al-Farisi.

Kendati begitu kita dapat membaca dengan jelas kisah Iskandar Zulkarnain ini dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 83 sampai 98, yang artinya:

“Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad, tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”

“Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di bumi, dan kami telah menberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu, maka ia pun menempuh jalan tersebut. Hingga apabila telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan ia mendapatinya di situ segolongan umat”.

Kami berkata: “Hai Zulkarnain kamu boleh menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.”

Berkata Zulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, kami kelak akan mengazabnya, kemudian ia kembali kepada Tuhannya, lalu tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada taranya. Adapun orang yang beriman dan beramal saleh, baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya yang mudah dari perintah-perintah kami.”

Kemudian ia menempuh jalan lagi, hingga apabila telah sampai ke tempat terbitnya matahari ia mendapati matahari yang menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari matahari itu.”

Demikianlah, dan sesungguhnya ilmu kami meliputi segala apa yang ada padanya, Zulkarnain. Kemudian ia menempuh suatu jalan lagi, sehingga apabila telah sampai diantara dua buah gunung ia mendapati kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

Mereka berkata: “Hai, Zulkarnain sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”

Zulkarnain berkata: “apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.”

Hingga ketika besi itu telah sama rata dengan kedua gunung itu, berkatalah Zulkarnain: “Tiuplah, dan katika besi itu sudah menjadi api, ia pun berkata, berilah aku tembaga untuk aku tuangkan ke atas besi panas itu.”

Maka mereka, Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa melubanginya.

Zulkarnain berkata: “Ini adalah rahmat dari Tuhanku. Maka apabila sudah datang janji tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar.”

Sungguhpun kekuasaan dan keperkasaannya tak tertandingi, akhlak dan hatinya selembut sutra, hingga karenanya ia mudah menyerap bukti kebenaran Ilahi. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menceritakan, suatu ketika Iskandar Zulkarnain mendatangi suatu kaum yang tidak memiliki harta benda apapun yang bisa di nikmati. Lalu ia mengirim surat kepada Raja mereka dan berpesan agar Raja bersedia membalas suratnya.

Namun Raja itu menolak permintaan Zulkarnain, malah sebaliknya, ia berkata, jika Zulkarnain merasa ada kepentingan dengannya, sebaiknya dialah yang datang menemuinya.

Maka Zulkarnain pun pergi menemui Raja mareka: “Aku telah mengirimkan surat kepadamu dan memintamu datang kepadaku, tetapi kamu menolak, maka aku datang kepadamu,” kata Zulkarnain setelah sampai di istana Raja.

Sang Raja pun berkata: “Seandainya aku membutuhkanmu, aku pasti akan datang kepadamu.”

Sebagaimana jika aku melihatmu berada dalam suatu keadaan yang tak pernah dialami oleh siapapun?” tanya Zulkarnain. “Apa itu?” sang Raja balik bertanya. “Kalian tidak memiliki harta dunia apapun. Kenapa kalian tidak memiliki emas dan perak hingga kalian bisa menikmatinya?” balas Zulkarnain.

“Tetapi kami membenci dua hal tersebut, karena seorang tidak mendapat apapun dari emas dan perak itu, kecuali hanya menginginkannya lebih dari itu,” jawab raja itu dengan tangkas.

Zulkarnain melanjutkan pertanyaannya: “Apa maksud kalian menggali kuburan lalu setelah itu kalian menjaganya, membersihkannya, dan sembahyang di sana?”

Raja itu kembali menjawab: “Kami ingin, jika kami memandang kuburan-kuburan itu dan mengharapkan dunia, kuburan-kuburan itu akan menghalangi kami dari harapan itu.”

Zulkarnain bertanya lagi: “Aku melihat kalian tidak memiliki makanan kecuali sayur sayuran, kenapa kalian tidak memiliki hewan ternak, hingga kalian dapat memerah susunya, menungganginya dan menikmatinya?”

Mereka menjawab: “Kami tidak suka menjadikan perut kami sebagai kuburan bagi binatang itu. Dan kami melihat di dalam tumbuh-tumbuhan itu faedah yang besar. Cukuplah anak adam memiliki kehidupan yang rendah karena makanan. Dan makanan apa saja yang melewati rahang bawah kami rasanya sama saja seperti makanan yang pernah kami makan sebelumnya.”

Setelah Zulkarnain meninggalkan raja itu dengan kagum dan menjadikan penjelasannya sebagai sebuah nasehat yang berharga.

Dalam setiap perjalananya, Zulkarnain selalu memperlakukan bangsa dan suku yang ditaklukkannya dengan amat baik dan santun. Tak mengherankan jika ia menuai kesuksesan dan selalu mendapatkan dukungan dari daerah yang telah di kuasainya.

Selain itu, Zulkarnain juga didampingi seorang penasihat kerajaan yang baik dan sangat luas pengetahuannya, yang tiada lain adalah Nabi Khidir AS. Sebagian ulama menyebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Khidir AS, lalu mengajarkan Wahyu tersebut kepada Zulkarnain.

Seorang mufassir lain, Al-Alusi, dalam kitab tafsirnya Ruhul Ma’ani, berkata: “Mungkin Khidir adalah salah satu pembesar kerajaan, seperti perdana mentrinya, karena tidak tertutup kemungkinan bahwa Zulkarnain bermusyawarah dengan orang lain saat menghadapi suatu masalah. Sebab pada saat itu, istilah yang dikenal untuk menyebut orang pandai, termasuk Nabi, adalah “Ahli Hikmah”. selain itu, pada masa-masa dahulu, para Nabi juga sering disebut dengan istilah “Orang bijak,” atau “Hakim”.

Wahab bin Munabbah dalam kitabnya At-Tijan mengisahkan, pada suatu ketika Nabi Khidir AS berkata kepada Zulkarnain, Wahai Tuanku, tuan membawa suatu amanat yang seandainya diberikan kepada langit, langit itu akan runtuh, jika diberikan kepada Gunung, maka Gunung itu akan roboh, dan jika diberikan kepada Bumi, maka bumi itu akan terbelah. Tuanku telah diberi kesabaran dan kemenangan. Tuanku akan melihat suatu kaum yang menyembah sesama manusia dan mereka adalah musuh-musuh Allah, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Allah adalah penuntut tidak akan terkelabui oleh orang-orang yang melarikan diri, dan tidak akan dikalahkan oleh orang yang “Menang”.

Kata Nabi Khidir lagi: “Wahai tuanku, ambillah apa yang telah diberikan Allah SWT kepada tuan dengan keteguhan hati dan sungguh-sungguh. Jadikanlah kesabaran sebagai pakaian, kebenaran sebagai pegangan hidup, dan takut kepada Allah sebagai perlindungan yang menumbuhkan amal pada tuan, dan tuan akan tenang dari ketakutan akan datangnya ajal. Ambillah pedang Allah dengan tangan tuan, karena tidak ada orang yang dapat menolong dan tidak ada orang yang dapat mencegah kemenangan. Cukuplah bagi tuan, Allah sebagai penolong tuan.”

Dalam Almuhadlarah al-Awali, kitab yang dikutip Ibnu Katsir, disebutkan, suatu ketika Nabi Ibrahim AS bertemu dengan Zulkarnain di Mekah. Nabi Ibrahim Memeluk dan menjabat tangan Zulkarnain serta memberinya bendera. Lalu ia mengikuti syariat yang dibawa oleh Nabi itu dan menyeru kepada manusia agar berpegang teguh pada syariat tersebut.

Hal ini dikuatkan kembali oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat Nabi SAW, Ubaid bin Umair dan anaknya, Abdullah, yang menyatakan, selama masa jayanya, Iskandar Zulkarnain pernah melaksanakan haji dengan berjalan kaki. ketika Nabi Ibrahim mendengar berita tersebut, beliau menemuinya seraya menyeru kepada agama Muslim dan memberikan beberapa nasehat.

Nabi Ibrahim juga membawakan Zulkarnain seekor kuda agar dinaikinya. Akan tetapi Zulkarnain menolak, seraya berkata, “Saya tidak akan menaiki suatu kendaraan di suatu tempat yang di dalamnya ada Ibrahim Al-Khalil, yang dikasihi Allah.


Kaitan kedatangan Zulkarnain dengan zaman Ya’juj wa Ma’juj

Jawabnya: Dari Al-Qur’an dan Hadis bisa diketahui bahwa keadaan Islam demikian akan terjadi di akhir zaman ketika muncul Ya’juj wa Ma’juj dan Dajjal; diketahui juga bahwa kedua nama ini adalah untuk kaum yang agamanya satu. Perbedaannya satu, nama Ya’juj Ma’juj dikenakan pada fitnah politik mereka, sedang nama Dajjal pada fitnah agama mereka.

Jadi, dengan menyatukan kedua riwayat (Zulkarnain dan Ya’juj Ma’juj), nyatalah bahwa penyiaran kesesatan pada masa Ya’juj Ma’juj akan dihadapi oleh seorang Persia, yang akan dibantu oleh beberapa orang Persia juga.Jadi, kritik yang dikenakan pada perbuatan Zulkarnain yang pertama dulu dengan penjelasan ini dapat dihilangkan.

Dengan mencantumkan kejadian ini dalam Al-Qur’an sebagai suatu kabar gaib diberitakanlah bahwa, bila seorang Zulkarnain dahulu pernah membendung serangan-serangan fisik duniawi Ya’juj Ma’juj, seorang Zulkarnain yang lain akan membendung pula serangan-serangan mereka secara agama, yang akan terjadi di akhir zaman.

Setelah pendahuluan ini, sekarang tinggal penentuan jatidiri Zulkarnain pertama yang adalah seorang raja Media dan Persia. Siapa persisnya Zulkarnain itu?

Ada yang mengatakan dia itu Alexander Agung, ada lagi yang mengatakan dia Darius I. Sebenarnya, kita perlu lebih dulu mempertimbangkan ciri-ciri atau sifat-sifat Zulkarnain yang tersebut dalam Al-Qur’an sebelum bisa menentukan sosoknya yang sejati.
Al-Qur’an mengatakan bahwa:

  • Zulkarnain mendapat ilham dari Allah dan melihat mimpi-mimpi benar.
  • Dia keluar dari daerahnya menaklukkan negeri-negeri hingga sebelah Barat tempat matahari terbenam di sebuah laut yang berwarna hitam.
  • Dia juga pergi ke sebelah Timur dan menaklukkan negeri-negeri Timur itu.
  • Dia juga pergi ke daerah tengah tempat Ya’juj Ma’juj sering melancarkan serangan-serangan. Di sana dia mendirikan sebuah tembok untuk menghambat masuknya Ya’juj Ma’juj.
  • Sekarang kita periksa siapa dari antara raja-raja Media dan Persia memiliki semua ciri tersebut di atas.
    Ciri terpenting ialah penerimaan ilham Ilahi. Bila kita kaji sejarah, dapat diketahui bahwa, dari antara raja-raja Persia itu ada seorang raja yang selalu mendapat ilham, dan yang tentang ketakwaan dan keadilannya bisa kita ketahui dari pujian seorang nabi terhadap dirinya.

    Raja ini adalah CYRUS. Tentang raja ini Nabi Yesaya berkata dalam kitabnya sebagai berikut:
    Bahwa demikianlah firman Tuhan akan hal Koresy (Cyrus) Masih: Ialah yang Kupegang tangan kanannya supaya dihempaskannya bangsa-bangsa di hadapan mukanua; bahwa ikat pinggang raja-raja Kuuraikan dan segala pintu Kubukai untuknya, sehingga tiada sebuah gerbang pun yang terkatup untuknya.

    (Kata “Masih” di sini diterjemahkan oleh penerjemah Injil dengan “yang telah disiramkan”, padahal seharusnya ditulis sebagai namanya, yaitu “Koresy Masih”)
    Bahwa Aku juga berjalan di hadapanmu serta meratakan segala jalan yang berliku-liku; maka pintu-pintu tembaga akan Kupatahkan dan segala kancing besi pun akan Kupatahkan.

    Maka akan Aku anugerahkan kepadamu harta benda yang tertaruh di tempat-tempat yang gelap dan harta yang tersembunyi, supaya diketahui olehmu bahwa Aku ini Tuhan,

    yaitu Allah orang Israil, yang memanggil engkau dengan namamu! Yaitu karena Yakub hamba-Ku, dank arena Israil, pilihan-Ku; bahwa Aku sudah memanggil engkau dengan namamu dan dengan gelaranmu pun pada masa engkau belum mengetahui Daku.

    (Yesaya, pasal 45: 1-4)
    Dari perkataan Nabi Yesaya ini nyatalah bahwa raja Cyrus dari Media dan Persia diberkati oleh Allah karena disebut dengan nama Masih. (Harus diingat bahwa Cyrus yang nyatanya Zulkarnain diberi nama Masih, sementara Masih Yang Dijanjikan diberi nama Zulkarnain.)

    Cyrus dikaruniai kerajaan oleh Allah semata-mata karena anugerah-Nya; hal inilah yang disebutkan dalam ayat setelah ini. Pernyataan “Aku berjalan di hadapanmu serta meratakan segala jalan yang berbelok-belok” mengisyaratkan bahwa dia banyak melakukan perjalanan; hal ini pun tersebut dalam ayat-ayat setelah ini.

    Tentang pernyataan “Aku ini Tuhan, yaitu Allah orang Israil, yang memanggil engkau dengan namamu”, ini pun tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu Qulna ya Dzulqarnain, yang artinya, Kami panggil Zulkarnain dengan menyebut namanya.

    Kemudian pernyataan “Aku memanggil engkau dengan namamu dan dengan gelaranmu pada masa engkau belum mengetahui Daku” mengisyaratkan bahwa Cyrus beribadah kepada Allah bukan atas nama Taurat, tetapi dengan yang lain. Terbukti menurut sejarah, Cyrus adalah pengikut Nabi Zoroaster.

    Kesucian dan keadilan Cyrus juga tercatat dalam sejarah. Jangankan kawan dan sahabat, musuhnya pun sayang kepadanya.
    Sering terjadi saat dia sedang menyerang suatu negeri para penduduk negeri itu membukakan pintu gerbang kota baginya tanpa mempedulikan raja mereka sendiri, karena mendengar keadilan dan kebaikan pekertinya.

    Tentang kejujuran dan akhlak Cyrus, sejarawan menulis sebagai berikut, yang tersebut dalam buku “Historian’s History of the World”:
    “Pada suatu kali saya renungkan fitrat manusia; akhirnya saya sampai pada suatu kesimpulan yaitu, manusia, oleh sifatnya, mudah menguasai hewan-hewan lain, tetapi tidaklah mudah baginya memerintah manusia.

    Saya lihat banyak orang besar yang di rumahnya punya sedikit atau banyak pembantu atau pelayan, tetapi terhadap para pelayan ini pun mereka tidak bisa berkuasa sepenuhnya. Dari sini timbul pikiran saya, mungkin tidak seorang pun manusia dapat memerintah manusia lain.

    Untuk menguasai hewan-hewan lain kita banyak lihat orang-orang bisa melakukannya. Namun, selagi saya berpikir demikian, teringat pada saya Raja Cyrus, yang karenanya saya terpaksa mengubah pendirian saya tadi.

    Sekarang saya berkata, memerintah atas manusia pun bukanlah suatu pekerjaan sukar. Saya lihat banyak orang yang atas kemauannya sendiri memilih tinggal di bawah kekuasaan Cyrus, padahal sebagiannya tinggal sejauh 2 bulan perjalanan dari Cyrus, sebagian lagi sejauh perjalanan 4 bulan, bahkan ada yang belum bertemu dengan Cyrus, atau sama sekali tidak punya harapan untuk bertemu dengan Cyrus karena jauhnya

    Cyrus telah dapat menanamkan dalam hati orang bahwa dia sayang kepada mereka, dan mereka mau agar Cyrus selamanya memerintah atas mereka. Dia banyak sekali memerintah atas bermacam suku bangsa, yang sukar sekali dihitung.

    Pemerintahannya meluas dari Timur ke Barat Jika yang dikatakan “kebesaran” itu adalah berperang untuk keadilan, dan bersedia mengorbankan jiwa untuk itu, maka Cyrus adalah seorang raja yang besar

    Dia tidak pernah berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Ketika pemerintah Media, pemerintah Babylonia dan pemerintah Mesir semua sepakat melawan dia, dia terpaksa mengangkat senjata untuk membela diri.

    Lebih dari itu, Cyrus adalah semata-mata rahmat dan belas kasihan. Di atas tamengnya tidak pernah tertumpah darah yang tidak wajar. Dari tangannya tidak pernah terjadi kezaliman atau pembalasan dendam yang mengerikan.

    Dia tidak pernah membakar kota seperti raja Macedonia, tidak pernah memotong tangan dan kaki raja-raja yang dikalahkannya seperti yang sering dilakukan oleh raja-raja yang menang di zaman itu,

    dia tidak pernah menyeret tawanan-tawanan di atas tembok-tembok kota seperti dikerjakan oleh raja-raja Yahudi, dan tidak pernah menggantung raja-raja yang ditaklukkannya seperti perbuatan raja-raja Romawi,

    dan tidak pula seperti perbuatan tuhan yang gila dari bangsa Yunani, Alexander the Great yang senang sekali menumpahkan darah. Benar dia seorang Asia, tetapi termasuk dalam golongan orang-orang yang telah menjadi jauh sebelum masa lahirnya.

    Dia orang yang sangat lemah lembut hatinya dibandingkan dengan orang lain. Dia jauh lebih maju daripada adat istiadat dan tradisi kaumnya. Kemajuan terakhir yang akan dicapai oleh keturunan manusia di masa yang akan datang, dia berdiri di atasnya.

    Kerajaannya yang besar didasarkan pada tujuan memajukan daerah-daerah yang ditaklukkannya, dan memberikan hak yang sama kepada mereka.

    Kota Tyre yang baru menyerah kepada raja Nebukhadnezar dan kepada Alexander the Great sesudah mengalami pengepungan yang amat dahsyat, telah membukakan pintu kotanya dengan kemauan sendiri ketika Cyrus datang ke sana

    Lebih hebatnya, bangsa Yahudi yang kecil itu telah menyambut kedatangannya di tepi sungai Babylon dengan begitu meriah, yang seperti itu belum pernah dilakukan mereka terhadap penyambutan seorang manusia yang fana ini

    Dia bukan dijadikan oleh zamannya, tetapi dialah yang menjadikan zaman itu dan sebagai bapaknya. Dalam sejarah dunia dia seorang raja yang tidak ada tolok bandingannya.”


    Iskandar Zulkarnain Sang Penakluk Agung

    KISAH tentang Iskandar Zulkarnain, sebagaimana diceritakan dalam Alquran (QS. Al-Kahfi: 83-98) sudah banyak dikaji dan ditulis orang.

    Cerita heroik sang penakluk yang menguasai wilayah dari ujung Timur hingga ujung Barat itu, tak hanya popular di kalangan umat Islam saja,
    tapi juga terkenal di kalangan non-muslim baik di Timur maupun Barat.

    Bahkan, Oliver Stone, seorang sutradara film Amerika Serikat, mengangkat cerita sang penakluk hebat itu ke layar film dengan judul Alexander.

    Film produksi 2004 yang turut dibintangi Angelina Jolie sebagai pemeran utama wanita itu, kini sudah diterjemahkan --baik melalui proses dubbing maupun text subtitle-- ke dalam berbagai bahasa termasuk Indonesia.

    Semua ahli sejarah dan para peneliti termasuk sineas film kolosal tersebut sepakat bahwa kisah tentang Zulkarnain sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Alquran itu memang benar adanya. Ini real history, real story; bukan dongeng, bukan pula fiksi.

    Meski demikian, satu hal yang sampai sekarang masih berbalut misteri dan terus dipertanyakan dan kerap mengundang perdebatan sengit adalah terkait sosok Iskandar Zulkarnain itu sendiri.

    Apakah sosok Zulkarnain yang disebutkan dalam Alquran sama dengan Alexander the Great (Alexander yang Agung) seperti kerap dipahami oleh kalangan Barat?

    Soalnya, baik Iskandar Zulkarnain maupun Alexander yang diangkat ke layar lebar itu, meninggalkan jejak dan bukti-bukti sejarah yang nyaris sama.

    Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda.

    Menurut Ibnu Katsir, Zulkarnain adalah nama gelar (julukan) bagi seorang penglima penakluk sekaligus raja saleh, yang selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Iskandar mendapat julukan “Zulqarnain” yang secara harfiah “Zul” berarti “memiliki” dan “Qarnain” berarti “dua tanduk”.

    Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara Timur dan Barat.
    Sedangkan Alexander yang Agung adalah pemimpin di abad ke-3 Sebelum Masehi (SM) yang menaklukkan dunia dari daratan Yunani, Laut Tengah, Mesir, Asia Minor, Persia hingga India Utara. Nama tersebut diabadikan menjadi kota di Mesir, Alexandria atau Iskandariyah.

    Ada pendapat yang menyebutkan bahwa Alexander yang Agung itu tidak lain adalah Iskandar Zulkarnain. Namun hal ini bukan Alexander meskipun jika kita baca memiliki plot cerita yang mirip yaitu “tempat terbenam matahari” adalah wilayah penguasaan pertama Alexander (matahari terbenam di pantai Laut Tengah), ke arah Timur (India) dan wilayah dua gunung (antara Laut Hitam dan Laut Kaspia).

    Sosok yang berbeda
    Di samping persamaan seperti disinggung di atas, beberapa fakta sejarah lainnya juga menunjukkan bahwa keduanya adalah sosok yang berbeda. Alexander the Great bukan Zulkarnain seperti yang disebutkan dalam Alquran (QS. Al-Kahfi: 83-98).

    Lagi pula, sosok itu dalam Alquran hanya disebut Zulkarnain, tanpa Iskandar di depannya. Lalu, siapa Zulkarnain yang disebut dalam kitab suci yang dijamin kebenarannya itu? Apakah seseorang di masa lalu ataukah di masa depan? Belum ada yang tahu, tapi kita bisa mengambil hikmah ceritanya dan terus mencari tafsir dan fakta apa yang telah disebutkan dalam Alquran.

    Menurut mufassir terkemuka Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam kitab tafsir Ath-Thabari, dikatakan bahwa Iskandar Zulkarnain berasal dari Romawi. Ia anak tunggal dari seorang warga yang paling miskin di antara penduduk kota.

    Namun, dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan pemuda-pemuda dan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.

    Tak mengherankan jika kemudian Iskandar Zulkarnain muda tumbuh menjadi pemuda yang memiliki otak pintar, memiliki mimpi dan juga berbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu politik, ilmu teknik dan ilmu perang.

    Zulkarnain muda selalu galau dan gelisah melihat perang yang selalu timbul antara Timur (kerajaan Persia) dan Barat (kerajaan Romawi). Perang yang tidak henti-hentinya dari tahun ke tahun dan bahkan dari abad ke abad itu telah menelan korban ribuan manusia dan menghancurkan banyak harta benda.

    Dia memiliki visi dan mimpi yang sangat menggelora, bahwa suatu saat dia akan menyatukan bangsa Barat dan Timur agar perang antara Timur dengan Barat yang sudah berlangsung lama itu berakhir. Dia ingin mendirikan sebuah kerajaan besar yang meliputi Timur dan Barat.

    Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya yang populer, tafsir Al-Qurthubi, lebih banyak menceritakan akhlak Iskandar Zulkarnain dengan menyebutkan bahwa sejak masih kecil dan selama masa pertumbuhannya, Iskandar memiliki akhlak yang sangat mulia.

    Atas segala kesalehannya, Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Saat itu, cita-citanya memimpin negeri yang kuat telah dicapai. Allah lalu memerintahkan untuk menyeru manusia kepada agama tauhid.

    Mula-mula dengan tentaranya yang lengkap dan kuat, dia menuju ke barat wilayah Maroko, tempat terbenamnya matahari (negeri Maghribi). Dilihatnya matahari itu terbenam di mata air yang berlumpur (lautan Atlantik saat ini).

    Di situ ia bertemu dengan bangsa yang senantiasa berbuat kerusakan dan kejahatan. Bukan saja merusak bumi dan mengacaukannya, mereka juga suka membunuh dan menghukum orang-orang yang tidak bersalah, sedangkan yang salah justru dibiarkan.

    Sebelum melakukan tindakan, terlebih dulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa tersebut, apakah akan digempurnya habis-habisan atau akan dibiarkan begitu saja?

    Allah lalu memberinya dua pilihan: digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka, atau diajar dan didik agar mereka kembali kepada kebenaran dan menyembah Allah serta meninggalkan segala kejahatan.

    Iskandar Zulkarnain memutuskan untuk menggempur mereka, namun warga yang merupakan orang-orang yang baik akan dilindungi. Setelah ia dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya di Timur, Barat, di Utara dan di Selatan

    Maka kerajaannya kini meliputi:
    Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India,
    sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana penduduknya kini hidup dengan aman tenteram dan makmur.

    Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya berkat kerja keras dan pertolongan dari Allah Swt. Iskandar Zulkarnain yang berarti raja Timur dan Barat, berhasil mempersatukan kerajaan Timur dan Barat berdasarkan ketuhanan dan ilmu pengetahuan, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur.

    Sayangnya, setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, imperium besar itu terpecah-belah karena ketamakan pengikut/penguasa sesudahnya yang kerap berebut kekuasaan.

    Ada banyak hal positif yang bisa kita ambil dari kisah Iskandar Zulkarnain, baik dia sebagai individu yang mana dia adalah orang saleh dan taat kepada Allah, maupun dia sebagai pemimpin yang luar biasa hebat.

    Satu karakter kepemimpinan Iskandar yang paling menonjol adalah kreativitas dia dalam berpikir. Jika kita baca lagi kisah di atas, cara berpikir kreatif sudah dimiliki dan dipupuk oleh Iskandar semenjak dia kecil.

    Bagaimana dia bergaul, bagaimana dia bercita-cita dan bagaimana dia bermimpi. Di saat orang lain menyerah dengan keadaan dan krisis yang terjadi, Iskandar tetap optimis dan yakin bahwa semua pasti dapat diatasi.

    Di saat kebanyakan hanya menerima saja kondisi saat itu, dan hanya hidup pada saat itu, pikiran Iskandar Zulkarnain telah melompat jauh ke masa depan.

    Kelebihan ini diperoleh Iskandar Zulkarnain karena dia tidak hanya melihat krisis yang terjadi saat itu pada level yang tampak. Dia secara cerdas dan intens melihat lebih dalam lagi dan bertanya mengapa terjadi kerusakan dan penyelewengan

    Mengapa terjadi penindasan dan pengingkaran terhadap tauhid, dan seterusnya. Lalu secara cerdas, sabar dan tidak gegabah mencari cara-cara paling efektif untuk menuntaskannya tanpa terjebak pada pusaran masalah itu.

    Dalam dunia modern, cara berpikir seperti ini adalah satu cara pemecahan masalah (problem solving) yang efektif. Cara kreatif untuk memecahkan masalah adalah keluar dari kotak masalah, lalu buka hati dan pikiran sehingga terbukalah banyak kemungkinan solusi.

    Itulah yang dilakukan Iskandar Zulkarnain, sehingga meski orang lain menyerah dan melihat visinya itu berat dan tak mungkin, dia tetap optimis dan akhirnya dia mampu mencapainya.


    Misteri Sejarah Yajuj Majuj Dan Raja Zulkarnain

    Salah satu tanda-tanda terjadinya kiamat adalah keluarnya bangsa Yajuj Majuj. Sebenarnya siapa bangsa Yajuj Majuj ini ?
    Pada zaman dahulu, di masa kenabian Ibrahim, hidup seorang raja yang saleh bernama Zulkarnain. Rakyat sangat menyukainya karena sang raja amat bijaksana.

    Pasca kepemimpinan raja Namrud yang kejam, Zulkarnain hadir sebagai pengganti yang membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Tak hanya itu, Zulkarnain pun berkiprah besar dalam mendakwahkan agama tauhid yang dibawa Ibrahim.

    Zulkarnain amat cerdas dan pandai berpetualang. Ia melakukan ekspedisi ke seluruh dunia untuk menyebarkan agama tauhid. Sang raja amat pandai menguasai bahasa berbagai dunia. Ia juga mahir berlayar melakukan perjalanan dari belahan timur hingga barat bumi.

    Pada sebuah perjalanannya, Zulkarnain sampai ke tempat matahari terbenam di bagian barat dunia. Di sana ia mendapati penduduknya tak beriman. Zulkarnain pun kemudian mendakwahkan keesaan Allah. Mereka pun menerimanya dengan gembira. Perjalanan berlanjut, Zulkarnain tiba di kawasan timur dunia di mana matahari tampak terbit dari sana.

    Penduduk Timur tersebut amat miskin dan terbelakang hingga tak mampu membangun tempat tinggal. Zulkarnain pun membantu mereka, mengajarkan memiliki tempat yang dapat melindungi diri mereka dari panas dan hujan. Setelah mendapat bantuan, mereka pun menerima dakwah Zulkarnain dengan gembira.

    Ia pun melanjutkan kembali perjalanannya. Tibalah Zulkarnain pada sebuah tempat di antara dua gunung. Di bukitnya terdapat sebuah kaum yang tak mengerti bahasa. Zulkarnain yang cerdas pun memerlukan penerjemah untuk memahami ucapan mereka.

    Kaum tersebut pun mengeluhkan kesulitan mereka pada Zulkarnain. Mereka selalu dilanda kemiskinan karena harta mereka selalu diambil paksa oleh kaum kejam bernama Ya'juj dan Ma'juj.

    Para manusia kejam tersebut berpostur tubuh yang tak biasa, mereka selalu merusak setiap hal yang dilewati. Kaum Ya'juj dan Ma'juj tersebut tinggal di antara dua gunung. Mereka selalu mengganggu kaum di bukit dengan merampas dan merusak segala sesuatu, baik tanaman maupun ternak.

    "Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" pinta penduduk bukit.

    Zulkarnain pun berkeinginan membantu mereka. Namun, tak ada daya upaya kecuali pertolongan Allah. Maka, diajak berimanlah para penduduk bukit dua gunung tersebut. Setelah mereka beriman, Zulkarnain pun memikirkan cara.

    Untuk membatasi mereka dengan kaum kejam Ya'juj dan Ma'juj. "Bawakanlah padaku besi dan tembaga, akan kubuat dinding di antara kalian dan mereka," ujar Zulkarnain.

    Maka, dikumpulkanlah segala hasil tambang para penduduk bukit. Zulkarnain kemudian menggali tanah lalu membangun fondasi yang kokoh dari besi.
    Setelah itu, besi tersebut dipanaskan, lalu dilebur dengan cairan tembaga yang mendidih. Maka, jadilah dinding benteng yang amat kokoh yang mengurung Ya'juj dan Ma'juj di tempat tinggalnya.

    Melihatnya, penduduk bukit bersuka cita, ia pun berterima kasih pada Zulkarnain. Namun, dengan rendah hati, Zulkarnain bersyukur kepada Allah. "Dinding ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh dan janji Tuhanku itu adalah benar," ujar Zulkarnain.

    Sementara itu dari balik gunung, Ya'juj dan Ma'juj berusaha menembus dinding tersebut. Namun, tak satu pun dari mereka yang berhasil memanjatnya ataupun melubanginya hingga kini.

    Dikisahkan bahwa setiap hari sejak Zulkarnain membangun dinding ribuan abad silam, pemimpin mereka selalu mengerahkan rakyatnya untuk memanjat dinding tersebut. Namun, tak pernah membuahkan hasil meski dilakukan setiap hari hingga kini.

    Keluarnya Ya'juj dan Ma'juj dari tempat mereka merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat. Sebagaimana ucapan Zulkarnain, jika Allah berkehendak maka amat mudah dinding tersebut hancur. Dengan upaya perobohan dinding tiap hari oleh Ya'juj dan Ma'juj, mereka akan berhasil menembusnya saat menjelang hari akhir.

    Saat mereka keluar dari sana, jumlah mereka amat banyak. Mereka turun gunung bagaikan air bah. Tak ada yang mereka lewati, kecuali akan hancur lebur. Setiap tanaman dirusak, setiap jiwa akan dibunuh. Demikian, kekejaman Ya'juj dan Ma'juj.

    Kisah tentang Zulkarnain tersebut terdapat dalam Alquran surah al-Kahfi ayat 83 hingga 101. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai Ya'juj dan Ma'juj terdapat dalam surah al-Anbiya ayat 96-97. Dari kisah tersebut terdapat hikmah mengenai sikap bijaksana dan rendah hati pemimpin.

    Namun, pelajaran yang paling utama yakni mengingatkan kita akan hari kiamat. Dengan mengingatnya, maka bertambah rajinlah kita dalam beribadah. Ya'juj dan Ma'juj benar adanya dan masih hidup hingga kini.

    Kemunculan mereka merupakan salah satu tanda hari kiamat. "Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.

    Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir.
    (Mereka berkata), 'Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim'."

    ( al-Anbiya`ayat 96-97)

    “Ya Allah, matikan kami dalam keadaan muslim (berserah diri), dan hidupkan kami dalam keadaan muslim (berserah diri), dan satukan, gabungkan kami dengan orang-orang yang soleh”.
    (Hr .Ahmad dan al-Bukhari). Aamiin.

    Membuat Dinding Pemisah yang Sangat Tinggi dan Kuat
    Satu hal yang paling fenomenal dari sosoknya adalah dinding pemisah yang begitu kuat. Dinding yang dibangun di sebuah lembah itu terbuat dari bahan besi dan tembaga. Apa tujuannya membangun dinding pemisah tersebut? Alasan yang mendasarinya adalah.

    Adanya permintaan sebuah kaum untuk melindungi diri dan menghindari kejahatan kaum Ya’juj dan Ma’juj, dua suku yang akan muncul di akhir zaman. Dikisahkan, kaum Ya’juj dan Ma’juj ini punya kekuatan besar sebagai perusak dan penghancur kehidupan di muka bumi ini.

    Yang sangat mengagumkan dari sosok Zulkarnain ini ia tak meminta balas jasa atau bayaran atas dinding pemisah yang dibangun itu. Ia berujar, “Kekuasaan dan kekayaan yang Tuhanku jadikan aku menguasainya, lebih baik dari bayaran kamu. Oleh karena itu, bantulah aku dengan tenaga kamu beramai-ramai, aku akan bangun antara kamu dan mereka sebuah tembok penutup yang kukuh.”

    Sungguh mulia sekali ya, ia tak mengharapkan apapun kecuali rahmat dari Yang Maha Kuasa. Hanya saja Zulkarnain menyebutkan kalau tembok itu sifatnya sementara saja. Kaum Ya’juj dan Ma’juj suatu saat nanti bakal mampu melewati tembok tersebut saat sudah runtuh.

    Ada yang Berpendapat Tembok Tersebut Berada di Ngarai Daria
    Memang belum ada temuan atau bukti arkeologis yang bisa menunjukkan lokasi dinding pemisah itu dibangun. Hanya saja ada sejumlah mufassir

    (orang yang mengartikan sebuah ayat dalam arti yang lain/arti yang mirip) kontemporer yang memiliki pendapat bahwa lokasi dinding pembatas itu ada di Ngarai Daria, letaknya ada di perbatasan Rusia dan Georgia.

    Namun, lagi-lagi, meskipun sudah tersirat semacam ini, tembok pembatas tersebut tak pernah diketahui. Ada riwayat lain yang mengatakan kalau tembok ini gaib. Jadi, sampai kapan pun manusia takkan pernah bisa menemukannya. Dikatakan jika nanti tembok ini akan runtuh dan keluarlah Ya’juj Ma’juj dan dunia pun akan rusak gara-gara kelakuan mereka.


    Iskandar Zulkarnain Sang Penakluk Yang Saleh

    Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi, dan kami telah memberikannya jalan untuk mencapai sesuatu.

    Dialah Raja Muslim yang sangat berkuasa namun saleh. Daerah taklukannya membentang dari bumi bagian barat sampai timur. Ia mendapat julukan Iskandar “Zulkarnain”. “Zul”, artinya “memiliki”, Qarnain, artinya “Dua Tanduk”. Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara timur dan barat.

    Dia juga telah membangun dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, diantara dua Gunung. Para ahli sejarah meyakini, dinding tersebut terbuat dari besi yang dicampur dengan tembaga itu terletak tepat di pengunungan Kaukasus. Daerah itu kini disebut Georgia, negara pecahan Uni Soviet.

    Secara topografis, deretan pegunungan Kaukasus itu memang terlihat memanjang dari laut Hitam sampai ke laut Kaspia sepanjang 1.200 kilometer tanpa celah. Kecuali pada bagian kecil sempit yang disebut celah Darial sepanjang 100 Meter kurang lebih. Pada bagian celah itulah Zulkarnain membangun tembok penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj.

    Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat. Oleh karena kejayaannya ini, ia diberi gelar “Alexander The Great”, Alexander Yang Agung”. Belakangan cerita ini diadaptasi ke film layar lebar oleh Sutradara Amerika Serikat, Oliver Stone, dengan judul Alexander The Great.

    Namun cerita dari orang-orang barat tersebut sangat bertentangan dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Para Mufasir menyatakan, “Alexander The Great” adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Yakni, Iskandar Zulkarnain. Alexander Thr Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid.

    Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2000 tahun. “Hanya mereka yang tidak mengerti sejarah yang bisa terkecoh oleh identitas kedua orang itu,” katanya.

    Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, Zulkarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus Raja saleh. Karena kesalehannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya – Qarnun, yaitu rambut kepala yang di ikat – sebelah kanan, hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri dipukul, sehingga ia mati lagi. Allah SWT menghidupkannya kembali dan menjulukinya Zulkarnain, pemilik duaTanduk, serta memberinya kekuasaan.

    Cerita yang sama juga di jumpai dalam kitab Jami Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, karangan Syekh Al-Aiji Asy-Syafi’i. Dalam kitab tersebut disebutkan, Zulkarnain adalah seorang hamba yang taat kepada Allah dan mengajak kaumnya menyembah Allah. Lalu mereka memukul tanduknya yang kanan hingga mati. Kemudian Allah menghidupkannya lagi, dan dia kembali mengajak kaumnya mengesakan Allah. Tetapi mereka malah memukul tanduknya yang kiri hingga mati lagi. Lalu Allah menghidupkannya lagi dan menganugrahinya kekuasaan yang tak tertandingi. Oleh karena itu ia dijuluki Zulkarnain.

    Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan, Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.

    Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsir Al-Qur’annya yang populer, Tafsir Al-Qurtubi, menceritakan, sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Iskandar berakhlak mulia. Melakukan hal-hal yang baik sehingga terangkat nama baiknya. Ia juga menjadi mulia di kalangan kaumnya, sehingga Allah berkenan memberinya kewibawaan.

    Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman, “Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada disegala penjuru bumi. Mereka terbagi dalam beberapa golongan.”

    Mendapat amanat tersebut, Zulkarnain lalu berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah menugasiku melakukan seuatu hal yang aku tidak kuasa melakukannya kecuali engkau sendiri, maka beritahukan kepadaku tentang umat-umat itu, dengan kekuatan apa aku bisa melawan mereka? Dengan kesabaran apa aku bisa menahan mereka? Dan dengan bahasa apa aku harus bicara dengan mereka? Bagaimana pula aku bisa memahami bahasa mereka sedangkan aku tidak mempunyai kemampuan.”

    Kemudian Allah SWT berfirman:

    ”Aku membebanimu sesuatu yang kamu mampu melakukannya, aku akan melapangkan pendengaran dan dadamu hingga kamu bisa mendengar dan memperhatikan segala sesuatu. Memudahkan pemahamanmu sehingga kamu bisa memahami segala sesuatu, memudahkan lidahmu, hingga kamu bisa berbicara tentang sesuatu, membukakan penglihatanmu, sehingga kamu bisa melihat segala sesuatu, melipatgandakan kekuatanmu hingga tak terkalahkan oleh sesuatu apapun, menyingsingkan lenganmu, hingga tidak ada sesuatupun yang berani meyerangmu, menguatkan hatimu, hingga kamu tidak takut pada apapun, menguatkan kedua tanganmu hingga kamu bisa menguasai segala sesuatu, menguatkan pijakanmu hingga kamu bisa mengatasi segala sesuatu, memberimu kemuliaan hingga tidak ada apapun yang menakutimu, menundukkan untukmu cahaya dan kegelapan dan menjadikan salah satu tentaramu. Cahaya itu akan menjadi petunjuk di depanmu, dan kegelapan itu akan berkeliling di belakangmu."

    Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan, Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.

    Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsir Al-Qur’annya yang populer, Tafsir Al-Qurtubi, menceritakan, sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Iskandar berakhlak mulia. Melakukan hal-hal yang baik sehingga terangkat nama baiknya. Ia juga menjadi mulia di kalangan kaumnya, sehingga Allah berkenan memberinya kewibawaan.


    Alexander Yang Agung Penyatuan Timur dan Barat

    Sejak kecil, Iskandar sudah tidak senang melihat peperangan antara timur, yaitu kerajaan Persia, dan Barat, Kerajaan Romawi. Perang itu tak ada hentinya dari tahun ke tahun, malah dari abad ke abad. Ribuan manusia tewas, kerugian harta benda tak terhitung lagi jumlahnya, apalagi kerusakan lingkungan hidup, merugikan manusia itu sendiri.

    Untuk menghentikan permusuhan antara timur dan barat, Iskandar bercita-cita mendirikan sebuah kerajaan yang dapat menyatukan wilayah timur dan barat.

    Iskandar pun tumbuh menjadi manusia dewasa yang saleh, berakhlak dan berbudi tinggi. Atas segala kesalehannya itu, Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, lalu Allah memerintahkan untuk menyeru manusia kepada agama tauhid.

    Mula-mula dengan tentaranya yang lengkap dan kuat, dia menuju ke barat wilaya Maroko, tempat terbenamnya matahari. Dilihatnya matahari itu terbenam di mata air yang berlumpur, lautan Atlantik sekarang ini.

    Di situ ia bertemu dengan bangsa yang senantiasa berbuat kerusakan dan kejahatan. Bukan saja merusak permukaan bumi dan mengacaukannya, tetapi juga sudah menjadi tabiat mereka suka membunuh orang-orang yang tidak bersalah sekalipun. Bahkan mereka tidak beragama.

    Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam, apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan, atau akan dibiarkan begitu saja? Allah lalu memberinya dua pilihan: digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka, atau di ajar dan didik agar mereka kembali kepada kebenaran dan menyembah Allah serta meninggalkan segala kejahatan.

    Iskandar Zulkarnain memutuskan menggempur mereka yang durhaka dan jahat, sedangkan orang yang baik akan dilindungi. Sebelumnya ia berkata kepada bangsa tersebut, “Siapa yang aniaya, akan kami siksa dan dikembalikan kepada Tuhan, agar Tuhan memberikan siksa yang lebih pedih lagi. Adapun orang-orang yang saleh dan baik, akan kami lindungi, dan kepadanya kami hanya akan memerintahkan kewajiban-kewajiban yang ringan.”

    Kemudian tentaranya bergerak menewaskan setiap orang yang kejam, melindungi setiap orang yang baik. Akhirnya negeri itu dapat diamankan dan di tentramkan serta di atur sebaik-sebaiknya, penuh dengan kehidupan bahagia dan makmur, Setelah selesai menunaikan kewajiban terhadap bangsa dan negeri itu, Iskandar dengan tentaranya menuju ke arah timur, India. Dilihatnya matahari di atas bangsa yang musyrik, yang menyembah banyak tuhan, yaitu bangsa Hindustan.

    Bangsa dan negeri itu pun dapat ditaklukkan, diamankan dan ditentramkannya, serta diatur sebaik-baiknya sehingga setiap orang dapat merasakan hidup aman, tentram dan bahagia. Bangsa itu juga dapat dikeluarkan dari lembah kesesatan.

    Selesailah sudah kewajibannya terhadap bangsa dan negeri itu. Ia lalu menuju ke utara, negeri Armenia, melalui Persia dan Azarbaijan. Kemenangan demi kemenangan dicapainya selama dalam perjalanan itu, akhirnya sampailah di suatu tempat, di sana ia bertemu dengan suatu bangsa yang selalu dalam ketakutan dan ke khawatiran, karena ternyata negeri itu berbatasan dengan bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang terkenal kuat dan kejam. Bukan sekali dua kali saja, tetapi seringkali bangsa Ya’juj dan Ma;juj itu datang menyerang mereka, menghancurkan apa saja yang didapatinya dan membunuh siapa saja yang dijumpainya.

    Kedatangan Iskandar ini, mereka sambut dengan segala kehormatan dan kegembiraan, karena mereka tahu dari kabar yang beredar bahwa Iskandar adalah Raja yang kuat dan paling adil di muka bumi ini.

    Lalu mereka meminta bantuan kepada Iskandar, agar dilindungi dari serangan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka memohon supaya antara negeri mereka dan negeri Ya’juj dan Ma’juj dibangun dinding raksasa yang tidak dapat ditembus. Sebagai imbalannya mereka sanggup membayar mahal Iskandar.

    Mendengar permohonan itu, Iskandar Zulkarnain menjawab, “Saya tidak mengharapkan upah dari kalian, nikmat dan pemberian Tuhanku lebih berharga daripada upah itu. Hanya kepada kalian saya minta kaum pekerja dan alat-alatnya: besi, tembaga, arang batu dan kayu.”

    Setelah semuanya terkumpul, ia mulai bekerja dengan bantuan para pekerja. Mula-mula menyalakan api dengan kayu dan arang batu, diambilnya besi, lalu dileburkannya dengan api, setelah besi itu mencair, dituangkannya tembaga, dan diaduk menjadi satu. Dengan bahan campuran inilah di dirikan dinding raksasa antara negeri itu dan negeri Ya’juj dan Ma’juj. Dinding besi raksasa itu tidak dapat di tembus dan di lubangi oleh siapapun dan oleh apapun.

    “Dinding ini adalah rahmat dari Tuhan kepada kalian, hanya tuhanlah yang dapat menembus dinding ini, jika dikehendakinya,” kata Iskandar. Maka aman dan tentramlah negeri tersebut.

    Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri yang terbentang antara timur dan barat. Dengan demikian cita-citanya untuk mempersatukan kerajaan di timur dan barat tercapai. Negeri yang berada di bawah kekuasaannya, antara lain Maroko, Romawi, Yunani, Mesir, Persia dan India. Berkat ilmu dan pengetahuannya yang luas, serta dasar ketuhanan yang selalu dipagang teguh dalam mendirikan kerajaan yang besar itu. Penduduknya hidup dengan aman, tentrem dan makmur. Kebesaran dan kejayaan itu tidak membuatnya buta dan lupa akan nikmat yang diberikan Allah SWT.


    Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Zulkarnain

    Menurut Khair Ramdhan Yusuf, dalam bukunya Iskandar Zulkarnain, Panglima Perang, penakluk dan pemerintah yang saleh, kajian terperinci menurut Al-Qur’an, Sunah dan Sejarah, terbitan Malaysia, ada empat sosok yang berkaitan dengan nama Iskandar Zulkarnain. Yaitu, Iskandar Macedonia, Zulkarnain Al-Hamiri, Raja Himyar, seorang lelaki saleh pada zaman Nabi Ibrahim, dan Kursh Al-Akhmini Al-Farisi.

    Kendati begitu kita dapat membaca dengan jelas kisah Iskandar Zulkarnain ini dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 83 sampai 98, yang artinya, “Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad, tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”

    “Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di bumi, dan kami telah menberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu, maka ia pun menempuh jalan tersebut. Hingga apabila telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, ia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan ia mendapatinya di situ segolongan umat”.

    Kami berkata, “Hai Zulkarnain kamu boleh menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.”

    Berkata Zulkarnain, “Adapun orang yang aniaya, kami kelak akan mengazabnya, kemudian ia kembali kepada Tuhannya, lalu tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada taranya. Adapun orang yang beriman dan beramal saleh, baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya yang mudah dari perintah-perintah kami.”

    Kemudian ia menempuh jalan lagi, hingga apabila telah sampai ke tempat terbitnya matahari ia mendapati matahari yang menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari matahari itu.”

    Demikianlah, dan sesungguhnya ilmu kami meliputi segala apa yang ada padanya, Zulkarnain. Kemudian ia menempuh suatu jalan lagi, sehingga apabila telah sampai diantara dua buah gunung ia mendapati kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

    Mereka berkata, “Hai, Zulkarnain sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”

    Zulkarnain berkata, “apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.”

    Hingga ketika besi itu telah sama rata dengan kedua gunung itu, berkatalah Zulkarnain, “Tiuplah, dan katika besi itu sudah menjadi api, ia pun berkata, berilah aku tembaga untuk aku tuangkan ke atas besi panas itu.”

    Maka mereka, Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa melubanginya. Zulkarnain berkata, “Ini adalah rahmat dari Tuhanku. Maka apabila sudah datang janji tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar.”


    Kisah Zulkarnain, Nabi Ibrahim dan Nabi Khidir

    Sungguhpun kekuasaan dan keperkasaannya tak tertandingi, akhlak dan hatinya selembut sutra, hingga karenanya ia mudah menyerap bukti kebenaran Ilahi. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menceritakan, suatu ketika Iskandar Zulkarnain mendatangi suatu kaum yang tidak memiliki harta benda apapun yang bisa di nikmati. Lalu ia mengirim surat kepada Raja mereka dan berpesan agar Raja bersedia membalas suratnya.

    Namun Raja itu menolak permintaan Zulkarnain, malah sebaliknya, ia berkata, jika Zulkarnain merasa ada kepentingan dengannya, sebaiknya dialah yang datang menemuinya.

    Maka Zulkarnain pun pergi menemui Raja mareka, “Aku telah mengirimkan surat kepadamu dan memintamu datang kepadaku, tetapi kamu menolak, maka aku datang kepadamu,” kata Zulkarnain setelah sampai di istana Raja.

    Sang Raja pun berkata, “Seandainya aku membutuhkanmu, aku pasti akan datang kepadamu.”

    Sebagaimana jika aku melihatmu berada dalam suatu keadaan yang tak pernah dialami oleh siapapun?” tanya Zulkarnain.

    “Apa itu?” sang Raja belik bertanya. “Kalian tidak memiliki harta dunia apapun. Kenapa kalian tidak memiliki emas dan perak hingga kalian bisa menikmatinya?” balas Zulkarnain.

    “Tetapi kami membenci dua hal tersebut, karena seorang tidak mendapat apapun dari emas dan perak itu, kecuali hanya menginginkannya lebih dari itu,” jawab raja itu dengan tangkas.

    Zulkarnain melanjutkan pertanyaannya, “Apa maksud kalian menggali kuburan lalu setelah itu kalian menjaganya, membersihkannya, dan sembahyang di sana?”

    Raja itu kembali menjawab, “Kami ingin, jika kami memandang kuburan-kuburan itu dan mengharapkan dunia, kuburan-kuburan itu akan menghalangi kami dari harapan itu.”

    Zulkarnain bertanya lagi, “Aku melihat kalian tidak memiliki makanan kecuali sayur sayuran, kenapa kalian tidak memiliki hewan ternak, hingga kalian dapat memerah susunya, menungganginya dan menikmatinya?”

    Mereka menjawab, “Kami tidak suka menjadikan perut kami sebagai kuburan bagi binatang itu. Dan kami melihat di dalam tumbuh-tumbuhan itu faedah yang besar. Cukuplah anak adam memiliki kehidupan yang rendah karena makanan. Dan makanan apa saja yang melewati rahang bawah kami rasanya sama saja seperti makanan yang pernah kami makan sebelumnya.”

    Setelah Zulkarnain meninggalkan raja itu dengan kagum dan menjadikan penjelasannya sebagai sebuah nasehat yang berharga. Dalam setiap perjalananya, Zulkarnain selalu memperlakukan bangsa dan suku yang ditaklukkannya dengan amat baik dan santun. Tak mengherankan jika ia menuai kesuksesan dan selalu mendapatkan dukungan dari daerah yang telah di kuasainya.

    Selain itu, Zulkarnain juga didampingi seorang penasihat kerajaan yang baik dan sangat luas pengetahuannya, yang tiada lain adalah Nabi Khidir AS.

    Sebagian ulama menyebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Khidir AS, lalu mengajarkan Wahyu tersebut kepada Zulkarnain.

    Seorang mufassir lain, Al-Alusi, dalam kitab tafsirnya Ruhul Ma’ani, berkata, “Mungkin Khidir adalah salah satu pembesar kerajaan, seperti perdana mentrinya, karena tidak tertutup kemungkinan bahwa Zulkarnain bermusyawarah dengan orang lain saat menghadapi suatu masalah. Sebab pada saat itu, istilah yang dikenal untuk menyebut orang pandai, termasuk Nabi, adalah “Ahli Hikmah”. selain itu, pada masa-masa dahulu, para Nabi juga sering disebut dengan istilah “Orang bijak,” atau “Hakim”.

    Wahab bin Munabbah dalam kitabnya At-Tijan mengisahkan, pada suatu ketika Nabi Khidir AS berkata kepada Zulkarnain, Wahai Tuanku, tuan membawa suatu amanat yang seandainya diberikan kepada langit, langit itu akan runtuh, jika diberikan kepada Gunung, maka Gunung itu akan roboh, dan jika diberikan kepada Bumi, maka bumi itu akan terbelah. Tuanku telah diberi kesabaran dan kemenangan. Tuanku akan melihat suatu kaum yang menyembah sesama manusia dan mereka adalah musuh-musuh Allah, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Allah adalah penuntut tidak akan terkelabui oleh orang-orang yang melarikan diri, dan tidak akan dikalahkan oleh orang yang “Menang”.

    Kata Nabi Khidir lagi, “Wahai tuanku, ambillah apa yang telah diberikan Allah SWT kepada tuan dengan keteguhan hati dan sungguh-sungguh. Jadikanlah kesabaran sebagai pakaian, kebenaran sebagai pegangan hidup, dan takut kepada Allah sebagai perlindungan yang menumbuhkan amal pada tuan, dan tuan akan tenang dari ketakutan akan datangnya ajal. Ambillah pedang Allah dengan tangan tuan, karena tidak ada orang yang dapat menolong dan tidak ada orang yang dapat mencegah kemenangan. Cukuplah bagi tuan, Allah sebagai penolong tuan.”

    Dalam Almuhadlarah al-Awali, kitab yang dikutip Ibnu Katsir, disebutkan, suatu ketika Nabi Ibrahim AS bertemu dengan Zulkarnain di Mekah. Nabi Ibrahim Memeluk dan menjabat tangan Zulkarnain serta memberinya bendera. Lalu ia mengikuti syariat yang dibawa oleh Nabi itu dan menyeru kepada manusia agar berpegang teguh pada syariat tersebut.

    Hal ini dikuatkan kembali oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat Nabi SAW, Ubaid bin Umair dan anaknya, Abdullah, yang menyatakan, selama masa jayanya, Iskandar Zulkarnain pernah melaksanakan haji dengan berjalan kaki. ketika Nabi Ibrahim mendengar berita tersebut, beliau menemuinya seraya menyeru kepada agama Tauhid dan memberikan beberapa nasehat. Nabi Ibrahim juga membawakan Zulkarnain seekor kuda agar dinaikinya. Akan tetapi Zulkarnain menolak, seraya berkata, “Saya tidak akan menaiki suatu kendaraan di suatu tempat yang di dalamnya ada Ibrahim Al-Khalil, yang dikasihi Allah.”

    Menu