AL-IHSAN
(اَلإِحْسَانُ)
Bagan
Rukun Agama
Hadits kedua Arbain Nawawi menyebutkan tentang rukun agama (أَرْكَانُ الدِّيْنِ), yaitu
ISLAM -> komitmen operasional
IMAN -> komitmen moral
IHSAN -> kualitas operasional
Kaidah Tafsir
Berkaitan dengan makna ISLAM dan IMAN, perlu dipahami dengan kaidah tafsir berikut:
إِذَا اجْتَمَعَا افْتَرَقَا (jika bersatu, maka berpisah)
إِذَا افْتَرَقَا اجْتَمَعَا (jika berpisah, maka bersatu)
Maksudnya:
Jika kata Islam dan Iman ada dalam satu ayat (bersatu), maka artinya berbeda (berpisah): Islam terkait amal perbuatan, Iman terkait keyakinan dalam hati (49:14)
Jika hanya disebutkan salah satu saja dalam satu ayat (berpisah), maka maknanya meliputi keduanya (bersatu): hanya disebut Islam saja, maka maknanya termasuk Iman atau disebut Iman saja, maka maknanya termasuk Islam (3:139)
IHSAN karena Muraqabatullah
Ihsan berkaitan dengan kualitas kerja (operasional)
Oleh karena itu, ihsan akan muncul jika perasaan terhadap PENGAWASAN ALLAH (مُرَاقَبَةُ اللهِ) senantiasa ada -> kerjanya selalu sesuai dengan tuntutan yang ada, meski tidak ada mandornya
Rasul SAW bersabda tentang IHSAN:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya; jika kamu tidak dapat melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim)
IHSAN karena Ihsanullah
Ihsan juga muncul karena adanya perasaan atau kesadaran akan limpahan kebaikan Allah (إِحْسَانُ الله) -> kerja sebagai ungkapan rasa syukur sehingga kerjanya dalam format yang sebaik-baiknya
Keduanya (muraqabatullah dan ihsanullah) ini pertama-tama akan memunculkan niat atau motivasi kerja -> motivasi yang baik (إِحْسَانُ النِّيَّةِ)
Niat Yang Ikhlas
(إِخْلاَصُ النِّيَّةِ)
Niat Yang Ikhlas
(إِخْلاَصُ النِّيَّةِ)
Unsur pertama dari Ihsan adalah NIAT YANG IKHLAS
Setiap sesuatu dapat ternoda oleh yang lain
Jika sesuatu itu bersih dan terhindar dari kotoran, maka dinamakan KHALIS (اَلْخَالِصُ)
Pekerjaan membersihkan disebut Ikhlas
16:66 susu yang bersih disebut لَبَنًا خَالِصًا yang terhidar dari kotoran dan darah atau yang lainnya
Niat yang ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Hanyasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya.” (HR. Bukhari)
Mengumpulkan Niat Baik
Termasuk Ikhlas adalah mengumpulkan beberapa niat baik dalam satu amal
Misalnya: Pergi halaqah dengan niat
Silaturrahim
Akan berinfaq fii sabilillah
Thalabul ilmi (menuntut ilmu)
Tilawatil Qur’an
Ingin memperbaiki diri
Mencari ridho Allah
Karena niat saja sudah dicatat satu kebaikan oleh Allah, sehingga satu amalan dengan beberapa niat baik akan mendapatkan beberapa pahala sekaligus
3 Amal yang Ikhlas
Ada 3 jenis amal yang termasuk ikhlas:
-
Beramal karena takut siksa Allah (27:89-90)
-
Disebut amalnya hamba (عَمَلُ الْعَابِدِ)
-
Beramal karena mencari pahala (16:97)
-
Ini amalnya pedagang (عَمَلُ التَّاجِرِ)
-
Beramal karena bersyukur (أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا)
-
Ini amalnya orang yang bersyukur (عَمَلُ الشَّاكِرِ)
Ketiga jenis amal itu adalah amal yang diterima oleh Allah SWT, meskipun amal karena bersyukur itu adalah amal yang tertinggi karena itulah amal Rasul SAW
Ikhlas yang Berat
Di masa dakwah belum mendapatkan peluang jabatan atau berbagai manfaat duniawi, tentu ikhlasnya lebih mudah
Ikhlas dalam masa ini murni berkaitan dengan Allah saja
Tetapi, di masa dakwah sudah memberikan peluang-peluang duniawi, maka ikhlas akan lebih berat lagi
Nafsu manusia selalu cenderung kepada dunia, sehingga untuk membersihkan diri dari “kotoran ikhlas” ini akan lebih sulit lagi
Contoh pribadi yang sangat menonjol dalam keikhlasan di masa kejayaan Islam adalah Khalid bin Walid (ia ridho menerima keputusan pemecatan dirinya oleh Khalifah Umar, padahal ia berhasil memenangkan Perang Yarmuk yang sangat spektakuler itu)
Amal yang rapi
(إِتْقَانُ الْعَمَلِ)
Amal yang rapi
(إِتْقَانُ الْعَمَلِ )
Setelah ikhlas, unsur ihsan berikutnya adalah kerja yang rapi (profesional)
Ciri utama kerja-kerja profesional adalah perhatiannya yang besar pada masalah detailasi (setiap faktor yang berpengaruh dihitung masak-masak)
Rasul SAW bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai apabila mengerjakan salah seorang di antara kalian suatu pekerjaan dilakukan dengan rapi.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Amal Terbaik
Allah pun ingin menguji di antara hambaNya siapakah yang paling baik amalnya (أَحْسَنُ عَمَلًا) 11:7, 18:7,30, 67:2
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan bahwa yang dimaksud ahsanu ‘amala adalah
أَخْلَصُهُ (paling ikhlas)
وَأَصْوَبُهُ(paling sesuai dengan Sunnah)
Muhammad bin ‘Ajlan mengatakan: bukan yang paling banyak amalnya (أَكْثَرُ عَمَلاً)
Jadi yang diinginkan oleh Allah adalah yang terbaik dari amal-amal kita
Terbaik Setiap Tahapan
Amal memiliki beberapa tahapan
Perencanaan (planning)
Pengorganisasian (organizing)
Pelaksanaan (actuating)
Pengawasan (controlling)
Amal yang terbaik harus ada di setiap tahapan amal tersebut
Bekerja dengan orang saja kita dituntut untuk yang terbaik, kalau ingin diakui dan dihargai pekerjaan kita
Bagaimana dengan bekerja untuk Allah?
Untuk bekal kita di akhirat lagi, tentu sudah seharusnya kita berikan yang terbaik
Penyelesaian yang baik
(جَوْدَةُ الأَدَاءِ)
Jika dari awal sudah baik: niat dan pelaksanaannya, kemudian diakhiri dengan tidak baik, mungkin menjadikan hasil kerja sebelumnya jadi kurang baik
Maka unsur yang ketiga dari ihsan adalah penyelesaian yang baik
Contoh kecil:
bila menggunakan ruangan, tata kembali seperti sedia kala
Tidak meninggalkan kursi atau meja yang berantakan
Yang paling malas biasanya membuat laporan pelaksanaan program (acara) -> ini juga bagian dari jaudatul ada’, mesti diselesaikan dengan baik
94:7 jika selesai melakukan suatu pekerjaan, kerjakan yang lainnya dengan sungguh-sungguh
Amal yang ihsan
(إِحْسَانُ الْعَمَلِ)
Jika ketiga unsur ihsan itu sudah terpenuhi, maka berarti sudah melakukan amal yang ihsan
Amal yang ihsan itu diwajibkan oleh Allah SWT dalam segala hal
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal.” (HR. Muslim)
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW memberi contoh dalam masalah penyembelihan -> kepada binatang saja kita wajib ihsan, apalagi kepada manusia
Cinta dari allah
(حُبٌّ مِنَ اللهِ)
Bagi orang yang berbuat ihsan Allah akan memberikan beberapa balasan
Yang pertama adalah memperoleh cinta dari Allah SWT (2:195, 5:13)
Dan jika Allah sudah mencintai seorang hamba, maka:
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”. (HR Bukhari)
Pahala dari allah
(أَجْرٌ مِنَ اللهِ)
Balasan kedua bagi orang yang ihsan adalah mendapatkan balasan dari Allah SWT
3:148 balasan di dunia dan akhirat
55:60 tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan lagi, yaitu sorga
10:26 bagi yang ihsan akan mendapatkan al-husna (sorga) dan bonus (ziyadah), yaitu
Dilipatgandakan 10 – 700 kali lipat, bahkan lebih dari itu
Melihat Allah; inilah grand bonus-nya
Pertolongan dari allah
(نَصْرٌ مِنَ اللهِ)
(نَصْرٌ مِنَ اللهِ)
Yang ketiga, bagi orang yang ihsan akan mendapatkan pertolongan dari Allah
16:128, 29:69 orang yang ihsan selalu disertai oleh Allah secara khusus, sehingga segala kesulitan dan bencana yang menimpa akan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah
Mendapatkan kemudahan
Mendapatkan petunjuk
Mendapatkan jalan keluar
Dimenangkan dari musuh-musuhnya
Ibrah dari Perang Hunain
Perang Hunain memberikan pelajaran berharga dalam masalah ihsan di peperangan
Awalnya mayoritas pasukan Islam kurang ihsan karena bertumpu pada jumlah yang besar, bukan pada kualitas dan iman
Pasukan kocar-kacir, karena mendapatkan serangan panah tiba-tiba
Meskipun Rasulullah SAW bersabda, “Kemarilah wahai semua orang. Aku adalah Rasul Allah. Aku Muhammad bin Abdullah.”
Tapi mereka tidak peduli, lari aja yang ada di benak mereka
Kemenangan yang Besar
Setelah Abbas ra menyeru orang-orang yang berbaiat di baiatur ridwan dan juga orang-orang Anshar, maka pasukan dapat tertata kembali
Serangan pasukan yang sudah tertata ini mengalahkan musuh dan umat Islam mendapatkan kemenangan yang besar
Dalam perang itu juga Rasulullah berdoa, “Ya Allah, turunkanlah pertolonganMu.”
Rasul pun melemparkan pasir yang membuat pasukan kafir tidak dapat melihat