Fransiskus Xaverius Suprijadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 – meninggal 14 Februari 1945 pada umur 21 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia, pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai menteri keamanan rakyat pada kabinet pertama Indonesia, Kabinet Presidensial, tapi digantikan oleh Jendral Sudirman pada 20 Oktober 1945 karena Suprijadi tidak pernah muncul. Selepas masa perjuangan kemerdekaan RI, beliau pernah mendampingi Presiden RI Soekarno sebagai pembantu (asisten) bersama dengan rekan seperjuangannya A.H Nasution pada waktu itu. Sekali berdinas di Departemen Pertanian di Jakarta menjabat Kepala Bagian Kepegawaian hingga memasuki usia pensiun.
Pendidikan
Sesudah menamatkan ELS (setingkat Sekolah Dasar), Suprijadi melanjutkan pendidikannya ke MULO (setingkat Sekolah Pertama), kemudian memasuki Sekolah Pamong Praja di Magelang sampai Jepang mendarat di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, Suprijadi memasuki Sekolah Menengah Tinggi. Sesudahnya, ia mengikuti Latihan Pemuda (Seinendoyo) di Tangerang.
Karier saat pendudukan Jepang
Pada bulan Oktober 1943, Jepang membentuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA). PETA dibentuk dengan tujuan untuk memberikan latihan kemiliteran kepada pemuda-pemuda Indonesia. Mereka selanjutnya akan dipakai untuk membantu Jepang menahan serbuan sekutu. Tetapi, tokoh-tokoh pergerakan nasional berhasil menanamkan perasaan kebangsaan di kalangan pemuda-pemuda tersebut. Supriyadi diangkat menjadi Shondanco (Komandan Peleton) Peta
Asal mula perlawanan
Suprijadi mengikuti pendidikan peta dan sesudah itu diangkat menjadi Shodanco di Blitar.Ia sering bertugas mengawasi para romusha membuat benteng-benteng pertahanan dipantai selatan.Ia menyaksikan bagaimana sengsaranya para romusya.Makanan kurang dan kesehatan tidak terjamin.Banyak diantaranya yang meninggal dunia karena sakit.Suprijadi tidak tahan melihat keadaan itu.Dengan beberapa orang temanya,ia merencanakan pemberontakan melawan jepang.Walaupun menyadari bahwa waktu itu Jepang sangat kuat,namun ia tetap berniat untuk melakukan perlawanan.
Pemberontakan terhadap Jepang
Pemberontakan dilancarkan dini hari tanggal 14 Februari 1945,di Daidan, Blitar.Jepang sangat terkejut mendengar perlawanan tersebut.Mereka mengerahkan kekuatan yang besar untuk menangkap anggota-anggota pasukan Peta Blitar.Selain itu,dilakukan pula siasat membujuk beberapa tokoh pemberontak.karena kurang pengalaman dan kekuatan tidak seimbang pemberontakan itu ditindas Jepang.Tokoh-tokoh pemberontak yang tertangkap,diadili dalam mahkamah militer Jepang.Ada yang dihukum mati dan ada pula yang dipenjara. Suprijadi tidak ikut diadili,bahkan namanya tidak disebutkan dalam sidang pengadilan. Supriyadi dinyatakan hilang dan tidak pernah hadir dlam sidang pengadilan.Dikarenakan Supriyadi masih menjadi target teror agen-agen tentara sekutu (NICA) sehingga sering bersembunyi dikaki bukit di kota kelahirannya, Trenggalek,Jawa Timur
Pelantikan Sebagai Menteri Pertahanan
Ia dilantik sebagai Menteri Pertahanan Indonesia Pertama tanggal 2 September 1945, namun karena Supriyadi tidak pernah muncul, beberapa hari kemudian ia digantikan oleh Jendral Sudirman. Atas Surat Keputusan Presiden RI Nomor 063/TK/1975, Supriyadi diangkat sebagai Pahlawan Nasional.