Aku yang Berbahagia


Yang petang adalah tahajjud
Menekuri ayat-ayat Tuhan
Bersama alas merah di altar rindu
Kau selalu sigap memberiku
Semangat bila kantuk membunuhku
Dari senyummu dapat kutangkap
ketulusan
Aku yang berbahagia dengan dirimu
Selalu meminta keabadian bersemayam dalam nafas
Biarkan sumsum-sumsum
Membatu jadi puisi
Telag sangat aku bangga
Syukur tak lepas dari tangan, kaki, dan ucap
Bahwa kau memang milikku
Pagi ini kau menari
Menyemai hati lewat ayat ilahi
Semakin ku rasa
Senyummu abadi selamanya untukku

Surabaya, 2 April 2011


Bangunan Sajak Lama

Ada angin segar menyeruak dari ubun-ubun
Membelai rindu yang lama berpergian
Sekedar melepaskan penat karena sajak telah lama ditanam
Tumbuh bersama luka-luka musim kemarau
Saat hujan tak membiaskan senyum lewat perciknya
Maka sedikit saja tawa dipanggang
Berakhirlah bajakan mimpi yang disusun dari sumsum ibu
Lama aku bermimpi bertandang ke Eropa
Belajar bernyanyi bersama keringat masa lalu
Kekejaman luka bekas penjajahan
Biarlah segalanya tumbah jadi arang
Akulah aku
Yang lahir sari senyum sekaligus tangis kesetian
Selama detak jantung berdegup
Tak ada penat lelah berbiak
Karena takdir menungguku dilangit

Surabaya, 20 April 2011


Jalan Damai

Biarkan jalan waktu membacakan ketentuannya
Jangan resahkan nadi yang berdenting
Karena keyakinan yang kau bentuk mengakar dalam ayat Tuhan
Mengemudi kesetian takdir
Berlabuh dalam ayat kedamaian

Resah tak akan menciptakan tangis
Kegalauan dadamu hanya ilusi setan
Kegamangan yang tidak jelas
Tuhan itu lebih damai dari bayanganmu
Apalah arti kau sedih
Bukankah jalan damai senantiasa terbentang
Menyanyikan keridnduan masa depan


Surabaya, 26 Mei 2011


Jalan Senyum

Senyum kugulung lewat tikar bibirmu
Yang mengendap setiap aku menyapanya
Mengayunkan lunak pipi
Kegirangan anak-anak dini saat cucunya
Lahir mencari setiap desah nafas yang liar
Perjalanan hidup
Kanak-dewasa
Adalah janji Tuhan bahwa hidup tak putus satu langkah
Berjalan gontai menuju pemakaman jadi kengerian tersendiri
Andai nafas ada garansi perpanjangan
Setiap bukul rindu akan memesankan tiket kehidupan
Tetapi hidup adalah menanggalkan keabadian
Agar kita tahu bahwa yang Kuasa ada
Berdamailah
Agar jalanan tak retak
Simpang jalan di depanmu
Menunggu ketulusan menyummu untuk kau lewati


Surabaya, 14 Mei 2011



Kaki-Kaki Berlari 

Kaki-kaki berlari.

Menyusuri pekarangan aspal jalan. Menstamina vitamin yang luyu. Hingga lirik-lirik lagu kenalpot. Menjadi syahwat. Yang tak begitu lama. Terjual pada musim. Kini kembali aku tebus dengan harga mati. Agar aku kembali berpanen. Dikebun rindu mimpi-mimpi syahdu.

Kaki-kaki berlari.

Menyesali paceklik musim kemarau. Haus dan lapar kembali ditemukan pada langit yang menguap. Mengeluarkan kebusukan sumsum. Dari jari-jari arus danau. Banyak waktu terbuang pada sampah plastik. Lalu lalang pemumulung mengumpulkan sampah. Penuh semangat. Sementara aku tertidur diberanda mimpi.

Kaki-kaki berlari.

Meneropong masa depan. Titik kecil dipersimpangan jalan langit. Aku temukan kembali. Magnet rindu. Yang tersulam dalam lembutnya. Belaian bintang-gemintang. Begitupun. Dari senyum rembulan. Aku bakar kembali. Api-api mimpi. Yang beberapa hari. Arangnya mengeras tanpa asap.

Surabaya, 09 Maret 2011