Puisi-puisi Sobih Adnan


Cikal Sunyi
Sepertinya,  aku  sudah  disulap malam menjadi sungai.
Mengaliri mataku sendiri, 
Basah, oleh sunyi.

Sepertinya,  dengan sepi  aku telah saling memaki.
Meneriaki telingaku sendiri,
Bising, oleh sunyi.

Sepertinya,  kekosongan  ingin melemparku kembali.
Ke dalam  tubuh kerdilku sendiri,
Sesak, oleh sunyi.

Lalu, Kau kah itu Tuhan? Yang telah mencipta sunyi, yang menurut kami; tak berbahan 
apapun?

2012 

Tirilevisi
Pada bocah-bocah yang bermain di tanah lapang, telah kutitipkan pesan,
Sepanjang benang layang-layang, sudah kugantungkan tulisan;
“Betapa kini anak-anak meninggalkan tanah lapang tuk sekedar saling jumpa, terkungkung 
dalam cekikan ibu tirinya; televisi dan acara di dalamnya”.

2012

Ma'idah
Masuklah,
Di meja hidangan telah tersedia segalanya.
Indonesia, sajian langit yang telah di rusak manusia.

2012

Merdeka
Kau? Maukah kau menukar darah dengan selembar bendera?
Seperti kakekmu.
Kau? Maukah kau meletakkan nyawamu di pangkal bambu nan runcing ujungnya?
Seperti leluhurmu.
Kau? Maukah kau berteriak kata “Merdeka” lalu dengan tenang memasuki keranda?
Seperti moyangmu.

Kami hanya menggeleng  “Penjajah kami telah berbeda tuan, sebangsa sendiri, para babi 
penggila korupsi”.

2012 

Rangsom
“Bunda, pasangkan kancing baju puteramu ini, agar yang masuk ke dalam dada, cukup 
senyummu, hangat kasihmu”.
Langit acuh, sementara kugantungkan segala dialog di punggung rembulan, agar dalam musim apapun, cecahya akan memutarnya berulang-ulang.
Malam ini, rembulan telah temurun
Ke gigil rumput sebelum mengembun
Kain batik yang pernah Bunda tenun
Kugelar, menengadah berkah, selayak ‘Nun
Oh, hari telah pagi, setelah kusantap isinya, kuberi tugas matahari, mengeringkan lara, dan air mata.
; Rinduku.

2012