Puisi-puisi Sobih Adnan


KEMPEK
Purnama telah tumpah,
Menjadi sebaris kaligrafi keramat, di hatiku.
Malam itu.

Siangnya, aku menghadapmu lagi, mengaji kembali.
Pantas saja,
Kangkung, ilalang, semanggen sekalipun, mereka akan berdzikir, jika di tanahmu.

“Alaa laa tanaalul ‘ilma illa bisittatin # Saun biika anmajmuu ihaa bibayaani.
Dzukaaun wa hirsun washthibarun wa bulghatun # Wa irsyaadu ustaadzin wa’thuulu zamaani”.*

Inilah sepenggal nadzom yang pernah kucuri, dengan sangat hati-hati, dari dadamu.
Kemudian dengan sangat gugup kuberi sebuah judul;
rindu.

Cirebon, 19 April 2012 
* Dikutip dari nadzom kitab Ala Laa Tanalul ‘Ilma karya Muhammad bin Ahmad Nabhan.

HARI-HARI LANGIT
Tuhan, akhir-akhir ini kami merasa sangat dekat sekali denganMu, meski mungkin Kau
tak begitu suka. 
kami tak dulu mandi, apalagi gosok gigi.
Kau pernah berkata melalui ayat-ayat, surat-surat, dan kitab-kitab bukan? Tanpa seizinMu telah
kami jual per-kilo gram, ternyata dengan pengatas-namaanMu, di pasar lebih laku.

Di negeri ini, kami sangat dekat denganMu, 
setiap menulis nama atau apapun yang merujukMu pasti menggunakan huruf-huruf kapital,
meski kami juga berpikir ulang untuk mencetak tebal, bukankah dalam etika ekonomi terdapat
bab-bab tentang modal?

Tuhan, kami tahu Kau marah, maka kutuklah kami, dengan menurunkan ayat-ayat kembali, dan bisa kami jual untuk kebutuhan besok pagi.

Jakarta, 3 Maret 2011  

QUNUT
Subhanallah ...
Indah nian ShubuhMu wahai Dzat Yang Tak Pernah Tertidur,
Kau bangunkan kami dengan embun lembut-lembut, dan hembus sejuk saling saut.

Sekedar di sini, tanggung jawab syukur begitu besarnya, di laut seperti apa?
Gunung-gunung bagaimana?
Subhanallah ...
Aku menengadah, Meski, kedua telapak tanganku terlalu kecil 
;untuk menampung luas rahmatMu.

Cirebon 2012 

MASJID NEGARA*
Entah kenapa, tiba-tiba ingin sekali kuhujani ujung sajadah ini,
; dengan kuyup rindu-rindu, dengan basah haru-biru.
Semoga menjadi sungai, semoga menjadi telaga.
Menghanyutkan dosa-dosa, mengantarkan segenap salamku juga.

Ah ... rupanya Dzulhijah menghembus terlalu lambat, 
Segeralah melesat,
Ke tanahku lagi, ke negeriku kembali.
Negeri penuh berkah kyai, yang dirindui rerombongan santri.

Kuala Lumpur, 5 Nopember 2011
* Nama sebuah masjid di jantung kota Kuala Lumpur – Malaysia