Sekian ratus jiwa dalam satu bendera
: peenes
Setiap tahunnya, ada sekian ratus jiwa
Menautkan wajah resah
Pada mejameja pengabdian dan gelisah
Mempertanyakan mau dibawa ke mana
Sekoper masalah yang bola salju di negeri ini
Dalam satu bendera yang menjadi selimut
Hangat istirah intrik dan masalah
Semi sejuta kembang keinginan membuncah
Tentang bagaimana memperbaiki diri sendiri
Sambil mencium ibu pertiwi
Lantang jiwa mereka meronta;
Pakaian kita bukanlah sekedar dasi administrasi
Celana birokrasi dan baju basa basi
Tapi jubah pelayanan yang disulam benang hati
Dan dihiasi manik-manik ikhlas lillahi
Tapi siapa yang telah tega mencuri?
Pakaian kita hilang hari demi hari
Lalu leher pengabdian tinggal terjerat dasi?
Bukankah tidak ada selain jiwa dalam ruang ideologi selain diri sendiri?
Ahai, benarkah etika dan moral telah abrasi
Bukan digempur air pantai birokrasi
Tapi sebab memang begitu pasir
Tujuan yang lama dipahat pada batu cita-cita
; hanya sebatas dunia
Maka biarlah kemarin menjadi kemarin
Sebab kenyataan adalah sekarang
Dalam satu bendera, beberapa gelintir pemahat
menatah batubatu sikap dan harap
Di depan, tujuan adalah pengabdian paling nurani
; lillahi…
2011-2012
?lembar rubrik sastra
eksotis!
baru sekedar menatap hati langsung terpikat
pada lembar rubrik sajak minggu yang dahsyat
jiwa munajat memaknai judul demi judul
yang padat pekat menguarkan aroma bersahabat
pada si miskin, papa dan segala hal yang hidup serba pincang
lena mulai hangat melilit membaca telaah bait demi bait
sajak penuh hasrat bercermin padanya hingga tamat
mendapati diri tambah meratap nasib tak kunjung membaik
sajak-sajak itu mengurung dalam rasa syahdu
membelenggu diri dalam secangkir kopi
lalu memaksa menuruti bola salju
menulis getir dan kepedihan yang tak terjangkau kebijakan
di depan kertas dan pena diri terpaku
mampat dan ragu
akankah hidup berubah setelah menulis gelisah
sebab raga tak ke mana-mana meski pesan di mana-mana
inikah jalan para penulis sajak
menepi di pinggir sunyi dan mati bersama kekosongan
hidup penyair di alam rasa
cara paling luhung mengusik dunia
bermula dari rasa jiwa suka atau tak suka lalu raga menyatu
membawa cangkul dan sabit mmengolah sawah kehidupan
menjadi lebih baik atau lebih buruk
aduhai rubrik sajak,
sungguh hati terusik tuk tak sekedar duduk
di singgasana sepi para penyair sunyi
tapi tuk segera bertindak melakukan perubahan
menjadi lebih baik
2010