Puisi-puisi Sidiq Paninggal


Sepeda Azimat
Sepeda kecil roda dua
Asli bikinan shanghai china
Dibeli abah seharga kitab safinatun naja
Dibayarnya bercicil berkali lima

Sepeda mini elok dipandang
Indah nian berhias bintang
Dengan keranjang di depan stang
Lari kencang penuh seimbang

Sepeda kenangan dari abah almarhum 
Warnanya khas merah ranum

Sengaja ku-bawa serta sebagai prasasti 
Tanda-tarikh dan pengingat diri 
Dari mana aku memulai
Hidup yang sekarang diberkahi

Dia-lah milikku sedari kecil, 
Kuwarisi dari kakaknya-kakakku selewat baligh aqil,
Setelah menghafal jurumiyah dan munggah Ibn Aqil, 
Sebagai tanda melampaui masa jahil

Sepeda itu warisan turun temurun, 
Menghantarku, adik dan kakakku mengaji berbagai rukun.

Dulu ku kayuh setiap hasibis dzhur
Ke sekolah arab di kampung balik-sumur.
kini aku telah udzur, 
tapi sepeda itu masih saja berumur.

Tinta emas yang menandainya masih terbaca lamat-lamat,
Jika ia kupandangi, memberiku ia air semangat
Jika ia kuingat-ingat, ingatlah aku pada pelajaran akhirat.
Sepedaku, lebih dari sekedar azimat.

Orang Awam
Aku orang awam
Imanku, imannya orang awam
Taqwaku, taqwanya orang awam
Sujudku, sujudnya orang awam
Lakuku, lakunya orang awam

Jangan kau tanya aku yang rumit-rumit
Karena aku orang awam
Jangan kau tuntut aku yang sulit-sulit
Karena aku orang awam
Jangan kau cerca aku dengan berbelit
Karena aku orang awam

Beginilah aku orang yang awam
Beginilah tulisanku, tulisan yang wam
Beginilah sajakku, sajak yang awan


Persangkalan 
Ku ingin sekali menyerah pada-Mu
Tapi hatiku masih padaku
Ku ingin sekali serahkan segala-gala
Tapi duniaku selalu merebutnya

Ku ingin sekali terbenam dalam sujud
Tapi rusukku enggan membuat sudut

Ku ingin sekali air mata deras bertetesan
Tapi kalbuku masih sering tertawa cekikikan

Walau air mataku terkadang banjir berlinang
Namun jiwaku masih terasa kerin kerontang

Tingginya langit sulit diukur
Tapi jiwa harus tetap dilatih dan diatur


Belum Berhasil
Ketika mulut mulai berkomat-kamit
Merapal tasbih sebagai wirid
Ke-Akuan harus beringsut untuk pamit
Karena kalbu akan segera singit

Harusnya tak ada apapun yang hadir
Tidak juga logika berpikir
Kepada kekosongan, hati sumampir
Meniti jalan berlatih dzikir

Jangan cari ke mana-mana
Karena ada di mana-mana
Rasakanlah kehadirannya
Sejuk hati sebagai tanda

Baca syahadat

Baca sholawat
Qulhuwallahu ahad
Dengan penuh hikmat

Diri ini terlalu musykil
Mengharap selalu akan hasil
Terkadang malah merasa kamil
Padahal bukti belum berhasil