Torehan untuk Sang Pejuang


ABUD SI BAMBU RUNCING

Hari yang dilaluinya membuat seisi dunia terasa iri 
Semua terkagum pada sebuah keteguhan 
Hidupnya memang tak sepanjang zaman 
Tetapi bukan keegoisan yang didahulukan
 
Saat sang matahari menyayatkan panas 
Rundukan awan tertegun untuk bergegas mengayominya 
Saat kakinya sudah terlalu rapuh untuk berjalan 
Bumi ingin membantunya tuk menempuh 
Tapi dia masih tegar
Tanapa ronta dan memebelas kasih 
“ Biarkan aku yang berjuang . . . . . ! ! ! 
Dan kalian yang merasakan kebahagiaan
Aku hanya ingin melihat kalian semua tersenyum 
Walau aku tertangis dan tertegun. . . . “
Meniti langkah walau hanya sedikit demi sedikit 
“ Jika asaku tak kunjung kesampaian
Tapi kesabaran adalah sebuah harapan”

Isi dunia tertegun tapi juga ingin menegur
Semangat dan konsistensi yang bertonggak dari sebuah keteguhan 
Tinginya gunung bentangan lautan luas 
Tak jadikan sebuah aral 
Angin malam menusuk rongga dadanya tuk sejenak beku 
Tapi api keteguhan terus menyala dan menghangatkan 
Langitpun angkat bicara
“ Kenapa kau begitu kuat seperti halnya Muhammad . . . . . ? ? “ 
Karena ku tanam sebuah keikhlasan tuk pengorbanan dan pengabdian 
“ dari apa ketegaranmu itu. . . . . . ? ? ? “ 
Dari karang yang sering tergeming oleh desiran ombak 
“ dari apa kesabaranmu itu. . . . . . . ? ? ? “
Dari pucuk pucuk cemara yang senantiasa menenti sapaan pagi 

Meski hasratku telah tertahankan 
Meski godaan telah ku abaikan 
Meski kebahagiaanku telah ku korbankan 
Tak sedikitpun imbalan ku harapkan 
Tak sedikitpun tangisan kucurahkan 
Tak sedikitpun cercaan ku ucapkan


* Mahasiswa U.T S1 Perpustakaan, Aktif di PC. IPNU Kudus