Tipu Daya Bani Israil Terhadap Larangan Allah


Allah swt. menjadikan Hari Sabtu sebagai hari raya dan hari besar bagi Musa dan ummatnya, oleh karena itu, pada hari itu Allah melarang mereka melakukan kegiatan dan kesibukkan duniawi seperti berjual-beli dan sebagainya.

Di sebuah negeri yang bernama Eylah, Allah mengutus seorang Rasul (Nabi Daud a.s.) untuk menyampaikan Risalah Ilahiah dan melarang kaumnya sibuk dengan mata pencaharian mereka, yakni menangkap ikan pada hari sabtu. Tetapi mereka tidak menggubrisnya, sehingga Allah menguji mereka dengan mendatangkan ikan-ikan dari berbagai lautan ke perairan mereka, setiap hari Sabtu.

Musim kering dan paceklik pun melanda mereka sampai terjadi kelaparan dan penderitaan yang amat sangat, hingga memaksa mereka mencari ikan pada hari Sabtu. Maka digalilah parit-parit dan empang-empang untuk dialiri air dari sungai-sungai. Setelah parit-parit dan empang-empang itu penuh dengan aneka ragam ikan, pada ujung-ujungnya, mereka pasang papan dan kayu.

Tersebut dalam riwayat lain, bahwa mereka memasang jala dan jaring pada hari Jum’at setelah Ashar, lalu mengangkat dan menjual ikannya pada hari Ahad.

Menyaksikan praktek buruk ini, para ulama dan orang bijak negeri itu, tak bosan-bosannya mengingatkan dan menasihati mereka. Tapi mereka semakin menjadi-jadi sampai-sampai para ulama memutuskan untuk ber-Uzlah ke temepat-tempat yang jauh agar terhindar dari murka Allah. Allah lalu memberi tenggang waktu kepada kaum itu dengan mendatangkan ulama-ulama lain yang bertugas mengembalikan kesadaran kaum itu, dalam dua tahun.

Pada suatu hari, setelah tenggang masa itu berlalu, para ulama dan orang-orang bijak yang ber-uzlah itu, kembali kepada kaumnya. Sungguh heran mereka menyaksikan negerinya yang menjadi lenggang. Tak seorang penduduk pun mereka temui. Mereka mencoba mengetuk hampir setiap piintu-pintu rumah. Tercenganglah ketika melihat apa yang nampak di hadapan mereka: monyet-monyet jantan dan betina dalam jumlah yang banyak.

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang perbuatan jahat, dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksa yang keras akibat kefasikan mereka. Maka ketika mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera-kera yang hina.”
(Qs. 7 : 165:166).

Bila balasan orang yang berbuat maksiat (menangkap ikan pada hari yang dilarang Allah. Pen), ialah diazab menjadi kera hina, maka balasan apa gerangan bagi orang yang menghalalkan riba dan khamr (minuman keras) yang keduanya nyata-nyata diharamkan Allah swt.

Diriwayatkan bahwa para pembuat tipu daya dan mencari ikan pada hari Sabtu, yang kemudian dikutuk menjadi kera, berjumlah tujuh orang.

Pelanggaran peraturan pada hari Sabtu ini dipaparkan oleh Allah kepada Muhammad saw. seperti yang kita ketahui dari tujuh tempat dalam Qur’an:

“Sesungguhnya diwajibkan menghormati hari Sabtu atas mereka (orang-orang Yahudi) yang memperselisihkannya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberikan putusan di antara mereka, pada hari kiamat tentang apa yang telah mereka perselisihkan.”
(Qs.16-24).

“Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, maka Kami berfirman kepada mereka : “Jadilah kalian kera yang hina.”
(Qs. 2:65).

“....... atau Kami kutuk mereka (yang telah diberi al-Kitab) sebagaimana Kami mengutuk Ashabus Sabtu (mereka yang bermaksiat pada hari Sabtu).”
(Qs.4:154).

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri (Eylah) yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu.”
(Qs.7:163).

“....... di kala datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air pada hari Sabtii.”
(Qs. 7:163).

“...........dan pada hari selain Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka ..................”
(Qs.7:163).

Mahasuci Allah yang ciptaan-Nya tak pernah menyerupai ciptaan para makhluk-Nya. Tiada yang dapat menemukan hakikat hikmahnya selain orang-orang yang merenung dan menelitinya.

Renungankanlah! Ikan yang diambil oleh orang (Yahudi) tanpa ridha Allah menyebabkan menjadi kera. Sedangkan seekor ikan lain yang diambil oleh seorang Nabi pada zaman dahulu dengan ridha Allah membuatnya menjadi pemimpin dan ketua semua pemilik ikan.

Begitu pula yang dialami iblis. Ia terkutuk dan terusir dari surga dengan hina lantaran sombong dan takabur kepada Allah, padahal sebelum itu ia menjadikan arasy sebagai kiblatnya. Sedangkan Umar bin Khaththab menjadi pribadi utama dan dicintai manusia karena ia berbalik dari berkiblat kepada patung sesembahan ke jalan ridha Allah.

Demikianlah, bila Allah menghendaki, seorang munafik dapat saja melaksanakan itikad buruk kemunafikannya, tetapi bila Ia berkehendak lain, maka sang munafik pun dapat berbuat munafik terhadap niat busuk kemunafikannya. Tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangai ketentuan-Nya dan menetang hukum-Nya.

Tentang hari Sabtu, para ulama berbeda pendapat. Sebagian berkata bahwa Sabtu itu agung, karena orang-orang Yahudi menjadikannya sebagi hari besar. Sebagian lain lagi berkata bahwa Sabtu artinya istirahat, seperti firman-Nya:

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat (subata).
(Qs. 78:9).

Dinamakan hari Sabtu karena pada hari itulah orang-orang Yahudi beristirahat darii aktivvitas duniawi. Malah mereka beranggapan keliru dengan mengatakan Allah pun pada hari Sabtu berhenti (beristirahat.Pen) dari menciptakan sesuatu.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya oleh orang-orang Yahudi: “Wahai Muhammad, terangkan kepada kami tentang apa-apa yang diciptakan Allah dalam seminggu!.”

“Pada hari Ahad, A;;ah swt. menciptakan langit dan bumi, Pada hari Senin, Ia menciptakan gunung-gunung; Pada hari Selasa, Ia menciptakan bintang-bintang, sedang pada hari Rabu, Ia menciptakan Cahaya; Pada hari Kamis, Ia ciptakan surga dan neraka, sedang pada hari Jum’at, Allah menciptakan Adam dan Hawa (manusia)........”

“Andai kau lanjutkan penjelasan itu, pasti kau benar dan alangkah baiknya itu.” Kata mereka memotong pembicaraan Nabi.

“Bagaimana?” Tanya beliau.

“Setelah Allah selesai menciptakan langit, bumi dan isinya, Ia beristirahat pada hari Sabtu. Itulah sebabnya kami menjadikan hari Sabtu sebagai hari besar dan hari libur.”

Mendengar ucapan yang amat buruk itu, wajah Rasul merah padam berbaur duka, menahan marah dan kekecewaan. Maka turunlah wahyu:

“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak mengalami keletihan.”
(Qs. 50:38).

Hanya yang bekerja dengan menggunakan alat-alat dan anggota badan saja-lah yang akan merasakan penat. Sedangkan Allah, bila ingin menciptakan sesuatu cukup berkata :

“Kun! (jadilah), maka jadilah ia.” “Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan laksana sekejap mata.”
(Qs. 54:50).

“Sesungguhnya keadaan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : “Jadilah!”, Maka jadilah ia.”
(Qs. 36:82).

Manusia-manusia durjana Yahudi menganggap hari Sabtu sebagai hari libur dan hari istirahat mereka, padahal Allah menjadikannya sebagai hari ujian bagi mereka.

Rasulullah saw. melukiskan hari Sabtu sebagai hari milik orang-orang Yahudi, dan hari Jum’at untuk kaum Muslimin. Dan orang-orang diingatkan untuk tidak menyalahi perintah Allah dalam mengagungkannya seperti mereka (kaum Yahudi) dan orang-orang Nasrani, sehingga mereka terkena bencana dengan menjadi kera dan babi.

Orang-orang mukmin yang menaati perintah Allah pun akan diubah, tetapi bukan bentuk jasad mereka, melainkan amalan mereka dari dosa dan kejahatan menjala pahala dan kebajikan, bila ia bertobat kepada Allah.

“......maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan.”
(Qs. 25:70).

Ingatlah, ketika Adam dan Hawa makan bebuahan surga, sedang lebah memakan dedaunannya. Tetapi apa yag masing-masing mereka alami? Pakaian Adam dan Hawa a.s. tanggal hingga nampaklah aurat dan aib mereka, karena apa yang mereka lakukan itu tidak berdasarkan perintah Allah, sementara sang lebah mendapat ridha Allah karena ia melakukan apa yang diperkenankan-Nya. Maka dedaunan yang dilalapnya itu pun menjadi madu. Inilah keistimewaan yang dimiliki lebah.

Ada yang lebih unik lagi. Seekor ulat yang menggerogoti daging Nabi Ayub as. Dengan perkenan Allah, menghasilkan sutera ibraisim yang mahal, sementara manusia yang makan daging ikan dengan melanggar larangan Allah diubah-Nya menjadi kera (lihat tentang tipu daya Bani Israil pada hari Sabtu, di muka). Karena itu, bagaimana mungkin seorang mukmin yang ikhlas dan taat kepada Allah tidak mendapat rahmat dan karunia-Nya.

Menu