Penciptaan Tujuh Rangkain Hari


Andai orang-orang mau menggunakan akal mereka memikirkan hakikat kejadian tujuh langit, tujuh bumi, tujuh samudra, tujuh neraka, serta jika mereka mau merenungkan penciptaan manusia yang dilengkapi dengan tujuh anggota badannya, dan bahwa Allah pemberi rizki mereka (orang-orang gyang punya otak), niscaya sadarlah ia sesadar-sadarnya bahwa semua itu merupakan dalil dan bukti bahwa Pencipta semua itu bukanlah termasuk ke dalam makhluk-Nya yang tujuh macam, yang tidak serupa sama sekali dengan mereka, dan tak pula bergantung pada mereka, bahkan Dia-lah pencipta yang tujuh, pemberi rizki mereka, yang menghidupkan dan yang mematikan makhluk-makhlluk-Nya.

Sebagin ulama berbicara: “Oleh karena Allah swt. menciptakan langit dan bumi pada hari Ahad, maka bagi siapa saja yang hendak membangun sesuatu atau bercocok tanam, sebaiknyalah pada hari Ahad. Dan oleh karena Matahari dan Bulan sebagai benda angkasa yang selalu beredar dan berkeliling diciptakan oleh Allah pada hari Senin, maka sebaiknyalah orang yang hendak berangkat menuju suatu tempat atau bepergian, melakukannya pada hari Senin.

Sedangkan untuk seseorang yang ingin melakukan bekam (canduk) atau mengeluarkan darah kotor hendaklah hari Selasa, yang pada hari itulah Allah swt. menciptakan hewan dan binatang-binatang dan memperkenankan penyembelihannya. Dan bilamana Alah Pencipta telah menjadikan laut dan sungai pada hari Rabu, juga membolehkan memanfaatkan mulai hari itu, maka bagi orang yang ingin meminum obat, mulailah pada hari Rabu. Adapun pada hari Kamis, Allah menciptakan surga, menanamkan rasa rindu surga kepada manusia, menciptakan neraka, dan meletakkan rasa benci, takut dan tak ingin masuk neraka pada hati manusia.

Karena itu jika anda ingin meminta, mengharapkan atau membutuhkan sesuatu dari orang lain, maka hendaknya lakukanlah pada hari Kamis. Sedangkan pada hari Jum’at, selain menciptakan Adam dan hawa (manusia), Allah menikahkan keduanya. Pada hari Jum’at pula sebaiknya orang menikah atau menyambung tali silaturarahim.

Mengapa Allah menamakan hari pertama hari Ahad? Menurut sebagian ulama, karena: “Pada hari itu Allah memulai penciptaan.”

Hari Ahad adalah awal semua rangkaian hari. Tak pernah ada sesuatu pun (ciptaan-Nya) sebelumnya. Dialah Allah Mahaada, yang Dahulu, yang Tak Berawal, Mahasuci Allah, Mahaluhur, tiada Tuhan selian Allah, sebenar-benar Raja.
Berikan hatimu kepada yang engkau cintai
Dan kau rindu
Namun ketahuilah
Tiada cinta sejati, kecuali
Kekasihmu pertama (Allah Ta’ala).

Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang Batin. Ketahuilah! Andai hatimu rindu dan cinta kepada ayah bunda, kepada anak istri atau saudara, karib kerabat dan harta benda, namun tatkala hayatmu berpisah dari badan, berakhirlah segalanya, dan putuslah hubungan kalbumu dengan mereka.

Oleh karena itu, jadikanlah Tuhan-mu, Allah, sebagai kekasih pertama dan sejatimu. Dengarlah seruan Mahasuci: “Abdu-Ku, Akulah kekasihmu yang pertama. Kau akan Merindukan-Ku. Dan membutuhkan-Ku pada Hari Kiamat, niscaya Aku akan memuliakanmu.”

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai.”
(Qs. 89:27-28).

Dengarlah pula seruan-Nya yang lain:
“Abdi-Ku, ketahuilah! Bahwa kekasihmu itu ada empat:

1. Kekasih yang bermanfaat pada masa kecil atau mudamu, namun menjadi berkurang daya manfaatnya, pada hari akhir (saat besar dan tua) hidupmu. Itulah orang tuamu. Mereka bermanfaat dan meberi perhatian penuh kepadamu. Mereka mampu mengasuh, mengurus, membesarkan dan mencukupi segala kebutuhan hidupmu tatkala engkau masih kecil dan muda. Setelah engkau besar, terlebih-lebih setelah engkau tua, mereka menjadi tua renta, lemah dan tak mampu mengasuh dan mengurusmu lagi.

2. Kekasih yang memberi manfaat, mampu mengurus dan mencurahkan perhatian kepadamu ketika engkau tua, namun tidak mampu mengurusmu (kurang bermanfaat) serta tidak mampu mencukupi kebutuhanmu pada awal masa muda dan kuatmu. Kekasih itu tak lain adalah anak-anak (putra-putrimu). Mereka mengurusmu dan membalas jasa (bermanfaat) kepadamu pada hari-hari tuamu hingga akhir hayatmu.

3. Kekasih yang hanya mampu dan melibatkan diri dalam urusan lahiriahmu, dan tak mampu serta tak boleh melibatkan diri dalam persoalan batin, keluarga, dan pribadimu. Itulah kenalan, sahabt atau rekanmu. Mereka hanya menyambung gagasan dalam masalah lahiriahmu.

4. Kekasih yang hanya layak dan bermanfaat dalam masalah-masalah batiniah dan rumah tanggamu, namun tidak mampu, tidak layak, serta kurang bermanfaat dalam masalah-masalah lahiriahmu. Kekasihmu ini adalah isteri dan keluargamu. Mereka hanya patut melibatkan diri dalam memecahkan perkara pribadi dan batiniah dengan mencurahkan daya dan perhatian.”

Allah melanjutkan:

“Hamba-Ku, jika engkau ingin mencintai seseorang, maka cintailah Aku. Aku adalah kekasihmu yang paling patut, paling memberi manfaat dan mampu menolongmu kapan saja dalam segala persoalan, baik pada masa kecil dan muda perkasamu, maupun pada masa akhir dan tuamu, dalam masalah lahiriah maupun batiniah.

Alah menamakan hari Ahad, dari salah satu nama-Nya. Al-Ahad. “Katakanlah! Dialah Allah yang Ahad (Esa, Tunggal).”
(Qs. 112:1).

Al-Ahad, dalam al-Qur’an mempunyai tujuh arti:

1. Allah swt. (seperti ayat di atas (Qs.112:1) juga dalam ayat:

“Apakah ia menyangka bahwa tiada (Allah) yang melihatnya?”
(Qs. 90:7)

“Apakah ia (Manusia) itu menyangka bahwa sekali-kali tiada yang berkuasa atasnya?”
(Qs. 90:5).

2. Nabi Muhammad saw: “(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang (Muhammad)
(Qs. 3:153):

“.......... dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada seseorang pun (Muhammad) untuk menyusahkannya.”
(Qs. 59:11).

3. Bilal r.a. : “Padahal tidak ada satu pun yang memberikan sesuatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya.”
(Qs. 92:19).

4. Amalikha (salah seorang pemuda gua (Ashabul Kahfi):

“Maka utuslah seorang di antaramu pergi ke kota dengan uang perakmu ini.”
(Qs. 18:19).

5. Diqyanus: “Dan janganlah sekali-kali dia menceritakan halmu kepada seseorang pun (Diqyanus).”
(Qs. 18:19).

6. Zaid bin Haritsah. R.a.: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang lelaki di antara kalian.”
(Qs. 18:19).

7. Makhluk Allah: “..... dan janganlah mempersekutukan dengan apa pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
(Qs. 18:110).

Pengakuan orang-orang Nasrani : “Ini hari kita.” Maka Allah swt. menolak pengakuan mereka dengan penegasan-Nya tentang hari Ahad. Ketahuilah bahwa manusia, setelah Nabi Isa a.s. terpecah menjadi empat kelompok:

1. Kelompok Nusthuriah: Kelompok ini berpendapat bahwa Isa as. Adalah anak Allah, dan Maryam adalah isteri-Nya (Maha Suci Allah dari tuduhan keji mereka ini).

2. Kelompok Ya’qubiah: “Mereka berpendapat bahwa Isa a.s. ialah Tuhan Allah yang turun dari langit ke rahim Maryam, lalu lahir ke bumi (Maha Suci Allah dari tuduhan keji ini dan semoga Allah mengutuk mereka.)

3. Kelompok Malkanian: “Mereka menuduh bahwa Tuhan itu ada tiga : Maryam, Isa dan Allah (Maha Suci Allah dari kedustaan mereka. Pen). Al-Qur’an telah menolak pendapat orang-orang pandir ini: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan Allah itu yang ketiga dari yang tiga.” (Qs. 5:75).

4. Kelompok (ahli) Haq : “Mereka membantah keras tuduhan busuk ketiga golongan di atas, kelompok ini mengatakan “Tidak. Isa bukanlah Tuhan. Dia adalah hamba Allah.” Kelompok ini bertumpu pada dua ayat berikut: (1) “Itulah Isa Putera Maryam, yang mengatakan kata-kata yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (Qs. 19:34). (2) “Katakanlah! Dia-lah Allah yang Mahaesa. Yang tidak beranak dan tak diperanakkan. Yang tidak pula ada sesuatu yang setara dengan-Nya.”
(Qs. 112:1-4).

Tentang surat terakhir ini sebagian ulama mengatakan bahwa sebab turunnya surat tersebut aalah lantaran seorang kafir musyrik dengan sombong mengaku dan menyatakan diri sebagai sekutu Tuhan, dan surat tersebut turun sebagai penolakan terhadapnya.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa pada suatu saat kaum musyrikin Arab mengejek Rasulullah saw.: “Ceritakanlah kepada kami tentang Tuhanmu, hai Muhammad! Dari bangsa dan jenis apakah Ia?” Dari emas, perak, besi atau tembaga?” Pada saat itulah Jibril a.s. turun dengan membawa surat (al-Ikhlas) ini dan berkata:

“Wahai insan gagah satria
Wahai insan peling lembut dan manis
Tuturnya
Wahai Nabi termulia, Rasul paling utama,
Katakanlah : “Dialah Allah yang Mahaesa
Yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu (ash-Shamad).”

Pengertian Ash-Ahamad ialah yang punya puncak kemuliaan (yang tak satu pun melebihi kemuliaan-Nya). Ash-Shamad adalah Dia yang kita tuju yang kita bergantung kepada-Nya) dalam segala urusan dan kebutuhan. Ada yang mengatakan bahwa arti Ash-Shamad ialah yang tak makan dan tak minum, yang tidak tidur dan yang berdiri sendiri, yang tak beranak dan tak diperanakkan.

Menurut Ibnu Abbas, arti Ash-Shamad ialah yang tak mungkin siapa pun dapat mengatasi atau melebihi-Nya. Dan menurut Maqatil, Ash-Shamad ialah yang suci dari aib dan segala cela. Adapun menurut Imam Malik, Ash-Shamad ialah yang tak tersentuh oleh kantuk ataupun tidur. Sedangkan menurut Abu Hurairah, arti Ash-Shamad ialah Yang Mahakaya, Mahacukup (tak membutuhkan segala sesuatu), dan yang dibutuhkan oleh segala sessuatu.

Dari sisi lain, makna surat ini, ialah:

1. Qul : mengandung rahasia : “Menetapkan wahyu da al-Qur’an.
2. Huwa : mengandung rahasia : “bebas dari ketiadaan dan kehampaan.”
3. Allah : mengandung rahasia : “bebas dari kekafira dan penggantian agama.”
4. Ahad : mengandung rahasia : “bebas dari kemusyrikan.”
5. Allahu Shamad : mengandung arti rahasia : “ketidakadaan cela dan bencana dari-Nya secara terperinci (tafshili).”
6. Lamyalid walam yulad : mengandung rahasia “tidak memperbanyak serta melebih-lebihkan.”
7. Walam yakul lahu kufuan Ahad : mengandung arti rahasia : tidak adanya sekutu dan keserupaan.”

Wahai orang-orang yang bijak, katakanlah: “Huwa.” Wahai orang-orang yang rindu, katakanlah : “Allah.” Wahai orang-orang yang taat, ucapkanlah : “Ahad.” Wahai orang-orang yang zuhud, katakanlah : “Ash_Shamad.” Wahai orang-orang yang ‘alim, katakanlah : “Lam yalid.” Dan wahai orang-orang yang berbuat maksiat, ucapkanlah : “Walam yakul lahu kufuan Ahad!”.

Ada pula yang mengatakan, wahai hati, ucapkanlah : “Huwa.” Wahai sirr (nurani), ucapkanlan : “Allah.” Wahai ruh, katakanlah : “Ahad.” Wahai lisan sebutlah : “Ash_shamad.” Wahai pendengaran, katakanlah : “Lam yalid wa lam yulad.” Wahai pandangan, ucapkanlah : “Wa lam yakul lahu kufuan Ahad.”

Selanjutnya, hayatilah seruan Allah di bawah ini dalam kata-kata lain : “Wahai para musafir pencari kebenaran : “Huwa” adalah isyarat tentang-Ku. Wahai orang-orang yang mencintai-Ku, “Allah” adalah nama-Ku. Waahai umat tauhid, “Ahad” ialah sifat-Ku. Wahai orang-orang yang rindu kepada-Ku, “Ash_shamad adalah sifat-Ku. Wahai orang-orang yang suka beramal : “Lam yalid walam yulad” adalah nisbat-Ku. Wahai orang-orang yang bijak, “Wa lam yakul lahu kufuan Ahad.” Adalah kehebatan-Ku.”

Menu