“Dan tatkala mereka masuk menghadap Yusuf, Yusuf membuka tirai membawa mereka ke dalam (tempat khususnya)”
(Qs. 12:69).
Disebutkan bahwa sesudah Nabi Yusuf memenuhi segala keperluan mereka, maka mereka menyuru Bunyamin untuk menghadapnya langsung.
Saat itu, Yusuf tengah berada di atas singgasana, di dalam ruangan khusus istana. Diperhatikannya wajah saudaranya (Bunyamin). Tiba-tiba tak terasa berlinang air mata sedihnya demi terlukis di relung matanya wajah ayahnya tercinta, Ya’qub a.s. Maka ia menitahkan seorang pengawal menanyakan kepada mereka ihwal ayahnya.
“Ayah kami tengah dirundung duka nestapa. Ia menangis terus karena kekecewaan yang amat menusuk hatinya.” Jawab mereka.
Yusuf a.s. lalu menyuruh membuka tabir, dan mereka masuk mengucap salam. Seorang di antara mereka, Bunyamin, tampil menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Isinya melukiskan keduka-piluan dan musibah yang diderita ayah tercinta mereka, Ya’qub a.s. Air mata Yusuf a.s. kembali mengalir membaca surat tersebut. Kemudian Yusuf menjamu mereka.
“Mengapa tuan muda yang satu itu tidak menyantap hidangan dan nampak bermuram durja?” tanya Yusuf kepada mereka.
“Ia teringat saudara kandungnya yang telah lama berpisah karena hilang dimangsa harimau.” Jawab mereka.
“Akulah Yusuf, saudaramu seibu dan seayah.” Kata Yusuf akhirnya pecahlah suara sedu sedan, mereka berpelukan melepas rindu.