“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mempinya dengan sebenarnya, bahwa sesungguhnya kamu akan memasuki Masjidil Harm dalam keadaan aman...”
(Qs. 48:27).
Impian tersebut dialami oleh rasulullah pada tahun enam Hijriah.
“Allh telah memperlihatkan kepadaku suatu impian berupa kemenangan dan penaklukan kota Makkah.” Tuturnya kepada para sahabtnya.
Ketika menuju Makkah, beliau dihadang oleh Suhaib bin ‘Amr untuk mengadakan perjanjian mengurungkan maksud memasuki Makkah pada tahun itu dan kembali ke Madinah. Saat itu Umar bin Khaththab bertanya : “Ya Rasulullah, mengapa kita mesti kembali?”
Insya Allah kita akan menaklukkan Makakh pada tahun depan.” Jawab Rasul. Tahun yang ditunggu-tunggu pun tiba. Maka Rasulullah saw. berangkat bersama para sahabt menuju Makkah dan berhasil menaklukkannya. Ketika itu Malaikat Jibril a.s. datang membawa ayat tersebut di atas
(Qs. 48:27).
Para ahli berkata bahwa di dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan tujuh macam impian:
1. Impian Nabi Ibrahim A.s:
“Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku akan menyembelihmu (Ismail). .....”
(Qs. 37:102).
2. Impian nabi Yusuf A.s.:
“Aku melihat dalam mimpi sebelas bintang dan matahari serta bulan sujud padaku.”
(Qs. 12:4).
3. Impian as-Saqi (pelayan minum raja):
“Sesungguhnya aku bermimpi diriku sedang memeras anggur.”
(Qs. 12:36).
4. Impian seorang juru masak raja:
“Sesungguhhya aku bermimpi menjunjung roti yang sebagaiannya dimakan burung.”
(Qs. 12:36)
5. Impian Raja:
“Aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang geuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir gandum yang hijau segar dan tujuh butir lainnya yang kering...”
(Qs. 12:43).
6. Impian orang-orang Mukminin:
“Bagi mereka ada berita gembira mengenai kehidupan di dunia dan akhirat ....”
(Qs. 10:64).
7. Impian Rasulullah saw:
“Sesungghnya Allah membuktikan kepada Rasul-Nya kebenran impiannya....”
(Qs. 48:27).
Setelah Rasul memasuki Kota Makkah, kaum musyrik berkumpul di dalam Masjid penuh rasa cemas dan takut. Lalu beliau menuju Masjid diiringi pasukan dan para tokoh masyarakat. Beliau masuk ke Ka’bah untuk menunaikan shalat, sementara para pengiringnya berdiri tegap menyandang pedang terhunus. Seusai shalat, Rasul keluar berdiri di tangga pintu seraya memandangi wajah-wajah kaum musyrik yang tunduk murung dalam ketakutan.
“Wahai penduduk Makkah, kalian adalah sejahat-jahat kaum terhadap Nabi. Kalian sakiti dan usir aku dari negeri kelahiranku. Sekarang Allah mengaruniakan kemenangan. Maka perbuaan apakah yang paling patut kulakukan terhadap kalian!” kata Rasul.
“Ya Muhammad, engkau saudara kami yang mulia budiman. Andai kami engkau azab, berarti kau berbuat suatu kesalahan. Bila kami engkau maafkan, itulah memang sifatmu yang paling utama!” kata Suhaib bin Amr.
Rasul tersenyum mendengan uracapan itu, seraya memandangi wajah-wajah pasrah mereka.
“Aku akan menyampaikan kepada kalian kata-kata seperti yang penah disampaikan Yusuf kepada Saudara-saudaranya: “”Hari ini tiada lagi dendam dan cerca. Semoga Allah mengampunimu. Pergilah kalian bertebaran, kalian bebas merdeka!” kata Rasul.
Kemudian beliau memerintahkan kepada mereka untuk saling berangkulan dan berjanji untuk tidak lagi saling mengganggu harta mereka atau mencaci maki anak cucu dan keturunan mereka.
Akhirnya mereka semua, baik laki-laki maupun perempuan, bersma-sama beriman kepada Rasulullah saw.