Nabi muhammad saw, berasal dari suku terbaik dan nasab yang paling mulia. Demikianlah Allah menjadikan para nabi dari nasab yang paling mulia dengan budi pekerti dan fisik paling sempurna.
Jadi, tidak mengherankan jika Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan bin Harb tentang nasab Nabi saw, Heriklius bertanya:
“Bagaimana nasabnya dalam golongan kalian?” Abu Sufyan pun menjawsab: “Dia berasal dari keluarga terpandang dan memili nasab yang terpandang di kalangan kami.” Ia lalu berkta kepada Abu Sufyan: “Engkau bilang dia berasal dari keluarga terpandang dan memiliki nasab yang baik, begitulah para rasul diutus dari nasab yang terbaik di kalangan kaumnya.”
Abu Huraiarah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Aku diutus dari sebai-baik zamannya anak Ada, dari abad ke abad sampai abad yang aku berada di dalamnya”
(HR. Bukhari).
Watsilah bin Al-Aqsa’ meriwayatkan bahwa sanya Nabi Saw., bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWt, telah memilih dari keturunan Ibrahim yaitu Ismail. Dia juga telah memilih dari keturuan Ismail, yaitu Kinanah. Dia juga telah memilih dari keturunan Kinanah, yaitu Quraisy. Dia juga telah memilih dari Quraisy, yaitu Bani Hasyim, Dan Dia memilihku dari Bani Hasyim.”
(HR.Muslim).
Ummu Hani juta telah meriwayatkan secara marfu’ (riwayatnya bersambung sampai Rasulullah) tentang keutamaan suku Quraisy bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Allah telah memberi keutamaan suku Quraisy dengan tujuh perkara, yaitu Allah memberi keutamaan mereka dengan menyembah-Nya selama duapuluh tahun, padahal tidak ada yang menyembah-Nya selain mereka Allah memberi keutamaan mereka dengan diberikan-Nya pertolongan pada tahun gajah meskipun pada saat itu mereka masih musyrik Allah memberi keutamaan mereka, berupa diturunaknnya sebuah surat dalam Al-Qur’an secara khusus membahas tentang mereka, yaitu QS. Quraisy Ayat 1 serta Allah memberi keutamaan mereka dengan wujudnya kenabian khilafah hijabah (pekerjaan menjaga pintu-pintu) dan siqayah (menyediakan air bagi orang-orang yang berhaji).”
(HR. Bukhari dan Hakim).
Asy’ab bin Qais meriwayatkan seraya berkata: “Aku mendatangi Rasulullah dalam sebuah rombongan, tidak ada yang melihatku, kecuali orang yang paling utama di antara mereka, lalu aku pun berkata, “Wahai Rasulullah! Bukankah engkau berasal dari golongan kami?”
Beliau bersabda:
“Kita adalah keturunan Bani ad-Nadhir bin Kinanah, kita tidak mencelanya dan kita tidak mengingkari seorang pun yang berasal dari keturunanya’. Maka As’ab pun berkata: “Tidaklah aku didatangi seorang laki-laki yang mengingkari seseorang keturunan Quraisy dari Bani an-Nadhir bin Kinanah, melainkan pasti aku hukum dengan hukuman cambuk.”
(HR. Ibnu Majah, Bukhari, Ahmad).
Abdul Munththalib bin Rabi’ah bin al-Harits bin Abdul Munththalib meriwayarkan bahwasanya sekelompok orang dari kaun Anshar mendatangi Nabi saw, seraya berkata: “Sesungguhnya kami mendengar salah seorang dari kaummu megnatakan bahwa perumpamaan Muhammad adalah bagaikan pohon kurma yang tumbuh di tempat smpah.”
Lalu, Rasulullah bersabda:
“Wahai para manusia Siapakah aku?” Mereka menjawab: “Engkau utusan Allah.’ Beliau bersabda: “Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib – aku belum pernah mendengar seseorang yang dinisbatkan seperti itu sebelumnya – melainkan Allah menciptakan makhluk-Nya maka Dia menjadikanku sebaik-baik makhluk. Kemudian Dia menjadikan Makhluk-Nya dalam dua golongan, dan aku dijadikan dari sebaik-baik golongan. Kemudian Dia menjadikan suku—suku dan aku dijadikan dari sebaik-baik suku. Kemudian Dia menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan aku dijadikan dari sebaik-baik bangsa. Aku adalah sebaik-baik kalian bika jiwa maupun bangsa.”
(HR. Turmudzi dan Ahmad).
Kulaib bin Wail berkata: “Salah seorang pengasuh Nabi saw, Zainab binti Abu Salamah, telah bercerita kepadaku. Kulaib berkata: “Apakah engkau mengetahui bahwasanya Nabi saw, dari kabilah Mudhar”? Ia menjawab, ‘tiadalah seseorang berasal dari kabilah Mudhar, kecuali termasuk keturunan Bani an-Nadhir bin Kinanah.”
(HR. Bukhari).
Bahkan, sebuah batu pun mengetahui kedudukan Nabi saw, sehingga ia memberi salam kepada beliau. Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Makkah yang pernah memberi salam kepadaku sebelum aku diutus. Sungguh aku mengetahuinya sampai saat ini.”
(HR. Muslim).