Pernikahan Abdullah dengan Aminah binti Wahab


Nabi Muhammad saw., dilahirkan dalam keluarga yang suci dan bernasab mulia. Keluarga yagn terkumpul di dalamnya adalah seluruh keutamaan orang Arab dan terbebas dari aib dan cela.

Lingkungan tempat tumbuhnya Nabi Muhammad saw., disiapkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah. Masyarakat Arab sendiri pada periode awal memiliki fanatisme tinggi terhadap sukunya masing-masing, fanatisme yang mengabaikan suku-suku lain demi mempertahankan kemuliaan sukunya sendiri.

Abdul Muthalib merupakan pemuka Makkah. Meskipun demikian, kepemimpinan yang ia pegang pada akhirnya rapuh. Hal ini disebabkan dahsyatnya gelombang persaingan dalam kepemimpinan di daerah tersebut. Pada awalnya urusan kepemimpinan dipegang mereka. Setelah berjalan beberapa tahun, jatuh ke tangan keluarga Abdu Syams. Sedang beberapa tahun kemudian, Abu Sufyan memimpin Makkah. Dengan demikian, kepemimpinan berpindah dari Bani Hasyim.

“Tugasmu di dunia telah selesai, jain yang suci ini, Allah sendiri yang menjaga dan mendidiknya dengan cinta kasih-Nya. Dia-lah yang menyiapkannya untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang.”

Abdullah merupakan anak terkecil Abdul Muthalib yang paling dicintai dan dimuliakan. Ia menikahkannya dengan Aminah binti Wahab, kemudian meninggalkannya untuk berusaha mandiri dalam menjalani kehidupan. Abdullah pun mengembara di saat masih menyandang status pengantin baru, yakni beberap bulan setelah membina rumah tangga bersama Aminah. Ia mengembara untuk menjemput rezeki. Pada musim panas, Abdullah pergi ke Syam dan tak kembali. Rombongan dagang pun kembali membawa orang-orang yang sakit, tak lama kemudian datanglah berita kematiannya.

Aminah yang waktu itu menunggu suami tercinta untuk menjalani hidup bersama dan memberi tahu tentang janin yang dikandungnya, hampir tenangdengan kembalinya rombongan dagang. Namun, takdir Allah – tentunya untuk hikmah yang mulia – memupus impian manis tersebut sehingga sang istri menjadi janda.

Abdullah meniggal di Madinah. Ia kembali kepada Allah dengan meninggalkan jiwa yang suci ini seolah-olah takdir mengatakan, “Tugasmu di dunia telah selesai, janin yang suci ini, Allah sendiri yang menjaga dan mendidiknya dengan cinta kasih-Nya. Dia-lah yang menyiapkannya untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang.”



Menu