Nabi Muhammad SAW Menggembala Kambing


Sejak Nabi Muhammad saw., hidup dalam asuhan paman, beliau bermaksud untuk menolong sang paman. Apalagi Abu Thalib sangat memerlukan bantuan karena kemiskinan dan anaknya yang banyak. Kemudian beliau bekerja mengembala kambing di lembah-lembah Kota Makkah dan jalan-jalan di antara pegunungan. Telah disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih tentang pekerjaan beliau ini. Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi saw., bersabda:

“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia mengembala kambing.” Para sahabat berkata, “Dan Engkau?” Beliau menjawab, “Ya dulu aku menggembalakannya untuk Penduduk Kota Makkah dengan upah sejumlah qirat.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah, dia berkata, “Suatu hari kami bersama Rasulullah saw., di daerah bernama Marr az-Zahran memetik buah pohon Arak (Pohon yang biasa dibuat siwak) yang sudah matang. Beliau bersabda:

“Ambillah yang berwwarna hitam karena itu lebih bagus.’ Kemudian beliau ditanya, “Apakah Engkau dulu menggembala kambing?” Beliau menjawab, “Ya, tidaklah ada seorang nabi, kecuali dia menggembalanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian Beliau saw., bekerja dengan berniaga.

Dalam masa menggembalakan kambing tersebut, ada persiapan dari Allah SWT untuk Nabi-Nya dalam menerima risalah kenabian dan mengemban misi dakwah. Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam penjelasannya terhadapo hadits ini telah merangkum beberapa pendapat ulama tentang hikmah di balik itu. Dia berkata, “Hikmah di balik pengilhaman para nabi dengan menggembalakan tersebut.

Selanjutnya, mereka akan terbiasa atas apa yang akan dibebankan kepada mereka, yaitu urusan umat. Dalam pergulatan dengan penggembalaan kambing itu akan membiasakan mereka bersabar dan sayang. Apabila mereka dapat bersabar ketika menggembala dan mengumpulkan kambing-kambing setelah bercerai-berai kembali ke kandangnya, memindahkan mereka dari satu padang ke padang yang lain, menghalau musuh-musuh, seperti binatang buas dan selainnya, seperti pencuri, jadi, mereka mampu membedakan sifat tercerai-berainya dari musuh binatang buas atau pencuri.

Sebab, mereka menjaganya secara instensif. Demikian juga mereka (para nabi) akan terbiasa bersabar atas umatnya, mengetahui perbedaan tabiat-tabiatnya, dan perbedaan akal mereka sehingga mereka dapat menyambung yang patah, sayang kepada yang lemah, dan bersungguh-sungguh dalam perhatian kepada umatnya.

Oleh karena itu, kekuatan mereka atas kesulitan menggembala itu menjadi lebih mudah dibanding jika mereka langsung dibebani urusan dakwah sekaligus. Hal ini dikarenakan adanya proses yang berangsur-angsur dengan penggembalaan kambing. Begitu juga, kambing lebih dipilih untuk hal ini karena mereka adalah binatang yang lebih lemah dibanding yang lainnya. Lagi pula, cerai-berainya kambing lebih sering terjadi dibandingkan dengan cerai-berai unta dan sapi. Akan tetapi, akan lebih cepat untuk tearatur dibandingkan yang lainnya.



Menu