Nabi saw., dirawat oleh kakeknya (Abdul Muthalib) yang sangat menyayanginya. Setelah waktu berlalu, Abdul Muthalib merasa bahwa ajalnya sudah dekat, kemudian dia berpesan kepada anaknya – yakni Abu Thalib – untuk menjaga Nabi saw., dan berpesan kebaikan untuknya. Hal ini disebabkan Abdullah (ayah Nabi saw.), dan Abu Thalib adalah saudara kandung seayah dan seibu. Ibu mereka adalah Fatimah bin ‘Amr bin ‘Aid.
Di samping itu, Abdul Muthalib merasa bahwa tidak akan ada yang menjaga Nabi saw., dan memberikan kasih sayang serta cinta, kecuali istri Abu Thalib. Sebab, dia melihat kasih sayang yang terpancar dari hatinya.
Setelah Abdul Muthalib wafat, berpindahlah Nabi saw., ke rumah Abu Thalib. Beliau mendapati dalam rumah tersebut seorang ibu (istri Abu Thalib) yang penuh kasihd ayang sehingga beliau merasa dia adalah ibu setelah ibunya yang telah wafat.
Fatimah binti Asad r.a., menyelimuti beliau dengan perawatan dan kasih sayang, sampai-sampai dia merasa khawatir terhadap Nabi saw., melebihi kekhawatirannya terhadap anak-anaknya.