Allah SWT. Telah menjaga nabi-Nya saw., dari kotoran-kotoran ajaran jahiliah supaya seluruh kehidupannya kelak putih bersih tidak ada noda sedikit pun. Sebab, dia akan menjadi teladan bagi seluruh alam raya di setiap masa dan tempat.
Beberapa bukti Nabi Muhammad SAW, dijaga Allah:
1. Salah satu bukti Allah SWT menjaga Nabi Muhammad SAW adalah Nabi tidak tergerak hatinya untuk melakukan sebuah keburukan yang biasa orang-orang jahiliah lakukan.
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa aku mendengar Rasulullah saw., bersabda , “Aku tidak pernah berkeinginan melakukan suatu hal buruk yang dilakukan oleh orang-orang jahiliah, kecuali hanya dua kali seumur hidupku. Allah menjagaku dari keduanya. Suatu malam aku berkata kepada pemuda bersamaku di seuku Quraisy di perbukian Makkah ketika menggembala kambing milik keluarganya, “Jagalah kambingku, sementara aku akan begadang malam ini di Makkah seperti para pemuda lakukan.” Dia menjawab, “Y/” Aku pun pergi dan aku tiba di rumah terjauh dari rumah-rumah di Makkah.
Aku mendengar nyanyian, suara kendang, dan seruling. Aku bertanya, “Apakah ini?” Mereka menjawab, “Fulan menikahi Fulanah, seorang pria dari suku Quraisy menikahi seorang wanita dari suku Quraisy.” Maka aku pun terlena dengan nyanyian dan suara-suara tersebut hingga aku tertidur, tidak ada yang membangunkanku, kecuali panasnya matahari. Aku kembali, kemudian temanku bertanya, “Apa yang kamu lakukan?” Aku pun memberitahukannya.
Kemudian aku berkata kepadanya pada malam yang lain seperti yang pertama, kemudian dia pun melakukannya. Aku pergi dan mendengar hal yang sama, aku diberi tahu seperti yang pertama kali. Aku terlena dengan apa yang aku dengar sampai aku tertidur. Tidak ada yang membangunkanku selain panas matahari. Kemudian aku kembali kepada temanku dan dia bertanya, “Apa yang kamu lakukan?” Aku menjawab, “Aku tidak beruat apapun.”
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Demi Allah, aku tidak berkeinginan beruat buruk yang dilakukan orang-orang jahiliah setelah itu hingga Allah memuliakanku dengan kenabian.”
2. Allah SWT menjaga Nabi saw., dari kesyirikan dan penyembahan berhala.
Nabi saw., dijaga Allah SWT dari kesyirikan jahiliah dan penyembahan berhala. Lalu, siapakah yang lebih utama dengan kemuliaan ini daripada pembawa risalah suci yang ajarannya sangat toleran dalam segi amaliah serta sangat tegas dalam hal kesucian tauhid dan jauh dari kemusyrikan?
Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya, dia berkata, “Seorang tetangga Khadijah memberitahuku bahwa dia mendengar baginda Nabi saw., berkata kepada Khadijah, “Wahai Khadijah, demi Allah aku tidak menyembah Latta dan Uzza.”
3. Allah SWT menjaga Nabi saw., tidak makan dari yang disembelih atas nama berhala.
Hal ini kebetulan sama yang dilakukan oleh Zaid bin ‘Amr bin Nufayl.
Diriwayatkan dalmAbdullah bin ‘Umar bahwa Nabi saw., bertemu Zaid bin ‘Amr bin Nufayl did ataran rendah Baldah sebelum wahyu turun kepada Nabi saw. Kemudian ia menyodorkan makanan kepada Nabi saw., tetapi beliau enggan untuk memakannya. Kemudian Zaid berkata, “Sesungguhnya aku tidak memakan dari apa yang kalian sembelih untuk berhala-berhala kalian dan aku tidak makan, kecuali apa yang disebutkan nama Allah atasnya.”
Sesungguhnya Zaid bin ‘Amr mencela suku Quraisy atas sembelihan mereka dan berkata, “Kambing diciptakan oleh Allah, menurunkan air dari langit untuknya, dan menumbuhkan tumbuhan di bumi baginya, kemudian kalian menyembelihnya atas nama selain-Nya!?” Hal itu sebagai pengingkaran dan betapa besar dosanya.
4. Bukti lain bahwa Allah SWT menjaga Nabi sa., adalah taufik (kekuatan dari Allah) bagi Nabi saw.m untuk melakukan wukuf di Arafah. Hal ini sebagai tindakan yang berbeda atas apa yang dilakukan oleh kaumnya.
Nabi saw., juga mendapatkan taufik (kekuatan dari Allah) untuk melakukan wukuf di Arafah, sebagai tindakan yang berbeda atas apa yang dibuat oleh kaumnya, yakni al-Hums (suku Quraisy juga dinamakan dengan al-Hums). Setan telah memperdaya mereka dengan berkata, “Sesungguhnya jika kalian memujliakan hal-hal yang bukan haram (mulia, agung) milik kalian, niscaya orang lain akan meremehkan hal-hal yang haram bagi kalian.” Mereka tidak berwukuf di Arafah pada hari Arafah, padahal semua orang berwukuf di sana. Dan Syariat Muhammad saw., setelah itu adalah berwukuf di Arafah.
Sebagaimana kalam Allah yang berbunyi:
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah ......”
(QS. Al-Baqarah (2) : 199).
Diriwayatkan dari Muhammad bin Jubair dari ayahnya (yakni jubair bin Mut’im) berkata, “Aku kehilangan unta milikku, maka aku pergi mencarinya pada hari Arafah. Aku melihat Nabi saw., sedang melakukan wukuf di Arafah, aku berkata, “Demi Allah, ini termasuk dari al-Hums, apa yang dia lakukan di sini?”
5. Bukti lain bahwa Allah SWT menjaga Nabi saw., adalah penjagaan Allah SWT dari terbuka auratnya atau telanjang.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, “Ketika Ka’bah dibangun, Nabi saw, dan Abbas pergi mengangkut batu. Abbas berkata kepada Nabi saw, “Angkat kainmu di atas leher serta matanya melihat ke langit. Kemudian beliau sadar dan berkata, “Kainku! Kainku! Lalu, kainnya diikatkan kembali kepadanya.”
Dalam lafal Bukhari dan Muslim yang lain dari riwayat Zakariya bin Ishaq dari Amr bin Dinar disebutkan, “Beliau melepas kainnya dan menjadikannya di atas pundak, lalu beliau pingsan. Maka tidaklah Nabi saw, terlihat telanjang setelah itu.”
Demikianlah Nabi saw, tumbuh dewasa dijaga dan dilindungi oleh Allah SWT dari kotoran-kotoran jahiliah dan cela-celanya. Sebab, Allah SWT ingin memuliakan dan mengutusnya hingga beliau masuk umur balig.
Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Ishaq, “Beliau adalah seorang lelaki yang terbaik harga dirinya di kaumnya, terbaik akhlak dan termulia muamalahnya, tetangga yang terbaik, termulia perangainya, terpercaya perkataannya, terbesar kejujurannya, terjauhkan dai kekejian danperangai-perangai yang mengotori sifat kejantanan, serta dia orang yang bersih dan mulia. Nama yang ada di kaumnya tidak lain adalah al-Amin (yang dipercaya) karena Allah telah mengumpulkan dalam dirinya hal-hal yang terbaik.