Nabi Muhammad SAW Ikut Serta Membangun Ka’bah


Allah SWT berkalam:

“Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam, “
(QS. Ali ‘Imran (3) : 96).

Diriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw., tentang masjid yang pertama dibangun di atas bumi. Beliau bersabda, “Masjidil Haram.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Masjidil Aqsa.” Aku bertanya kembali, “Berapa jarak waktu pembangunan antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun, kemudian bumi adalah masjid bagimu, kapan pun kalian masuk waktu shalat, shalatlah karena sesungguhnya keutamaan ada di dalamnya.”

Ulama berbeda pendapat dalam menentukan siapa yang pertama kali membangun Ka’bah. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa yang pertama kali membangunnya adalah malaikat. Ada yang berpendapat bahwa yang pertama kali membangunnya adalah Nabi Adam, a.s. Ada juga yang mengatakan bahwa yang pertama kali membangun adalah Nabi Ibrahum dan Ismail a.s.

Adapun pendapat yang rajih (kuat) adalah Ka’bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim dan Ismalil, tetapi hancur dan hanya tersisa fondasi-fondasinya. Kemudian yang meninggikan fondasi-fondasinya tersebut adalah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s.

Sebagaimana Allah berkalam:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah (2) :127).

Ka’bah --- sebelum diutusnya baginda Nabi saw. --- hanpir runtuh. Ada yang mengatakan bahwa hal itu disebabkan kebakaran, ada yang mengatakan karena banjir bandang, yang terjadi lima tahun sebelum diutusnya Nabi saw., menurut pendapat yang rajih.

Kemudian kaum Quraisy terpaksa memperbaruinya untuk menjaga eksistensinya. Mereka sepakat untuk tidak memasukkan dalam pembangunannya, kecuali yang baik. Mereka pun tidak memasukkan uang prostitusi, jual beli riba, atau harta hasil menzalimi seseorang. Mereka sangat takut untuk menghancurkannya. Namun, ketika al-Walis bin Mugirah al-Makhzumi melakukan penghancuran dan diikuti oleh orang-orang, ternyata mereka melihat tidak terjadi apa-apa. Akhirnya, mereka terus menghancurkan hingga sampai pada fondasi Nabi Ibrahim.

Kaum Quraisi ingin memulai pembangunan dan membagikan setiap kabilah bagian dari Ka’bah. Setiap kabilah mengumpulkan batu masing-masing dan mulai membangunnya. Orang yang menjadi arsitek pembangunan adalah seorang dari Romawi, bernama Baqum. Ketika pembangunan sudah sampai pada bagian Hajar Aswad, mereka berselisih siapa yang mendapatkan keistimewaan dan kemuliaan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Perselisihan pun terus terjadi selam empat hingga lima malam dan makin memanas, sampai-sampai hampir berubah menjadi peperangan di tanah haram.

Akhirnya, Abu Umayyah bin al-Mugirah al-Makhzumi menawarkan kepada mereka untuk menjadikan hakim di antara mereka adalah orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid. Mereka pun rela dengan tawaran ini. Allah pun berkehendak untuk menjadikan orang tersebut adalah Rasulullah saw. Ketika mereka melihatnya, mereka berbisik, “Ini adalah al-Amin, kami rela atasnya, ini adalah Muhammad.”

Ketika Nabi Muhammad saw, sampai kepada mereka, lalu mereka menceritakan kisah mereka. Beliau pun meminta sebuah rida (kain sejenis selendang) dan beliau meletakkan batu di tengahnya. Beliau meminta kepada pembesar-pembesar kabilah yang berselisih memegang ujung-ujung kain tersebut dan memerintahkan mereka untuk mengangkatnya. Ketika mereka telah sampai ke tempatnya, beliau mengambil dengan tangannya dan meletakkan pada tempatnya.

Dirieayatkan dari Ali, dia berkata, “Ketika mereka (orang-orang Quraisy) ingin mengangkat hajar Aswad, mereka berselisih. Mereka berkata, “Yang menghakimi kita adalah orang yang pertama kali keluar dari jalan ini.” Dan Rasulullah saw., adalah orang yang pertama keluar mendatangi mereka. Kemudian mereka meletakkan batu di atas kain dan semua kabilah mengangkatnya. Pada waktu itu Rasulullah saw., masih muda – yakni sebelum diutus menjadi nabi.”

Dalam riwayat yang lain, Ali berkata, “Ketika mereka melihat Nabi saw., telah masuk, mereka berkata, “Telah databng kepada kita al-Amin.”

Dalam versi yang lain disebutkan bahwa diriwayatkan dari at-Tufail melihat Nabi saw, dia berkata, “ka’ba di zaman jahiliah dibangun dengan batu dan tingginya sekitar tinggi yang dapat diraih oleh kambing berumur, tidak beratap, dan hanya diletakkan kain di atasnya, lalu diuraikan dari atasnya. Sisi Hajar Aswad diletakkan di atas dindingnya untuk menghormatinya dan Ka’bah itu mempunyai dua pojok sepertki lingkaran.

Sebuah kapal dari negeri Romawi datang. Ketika hampir sampai di Jeddah, kapal tersebut karam. Orang-orang Quraisy keluar untuk mengambil kayu-kayunya. Mereka mendapati seorang Romawi berada di sana. Mereka mengambil kayu yang dia berikan kepada mereka. Kapal tersebut sebenarnya ingin berlabih di Habasyah (Etiopia), orang Romawi yang berada di kapal tersebut adalah seorang tukang kayu. Mereka pun kembali dengan orang Romawi tersebut. Orang-orang Qutaisy berkata, “Kita bangun dengan kayu yang ada di kapal rumah tuhan kita.”

Ketika mereka ingin menghancurkannya, tiba-tiba mereka mendapati seokor ular di atas dinding Ka’bah seperti anak sungai. Punggungnya berwarna hitam dan pertunya berwarna putih. Setiap kali salah seorang mendekati Ka’bah untuk menghancurkannya atau mengambil batunya, ulat tersebut akan mendekatinya dan membuka mulutnya.

Orang-orang Quraisy berkumpul di maqam Ibrahim dan berdoa kepada Allah SWT, “Wahai Tuhan kami, janganlah engkau takut, kami ingin memuliakan rumahmu. Jika engkau ridha dengannya, biarkanlah. Jika tidak, perbuatlah apa yang engkau suka.”

Mereka mendengar pekik dari langit dan keluarlah seekor burung dengan punggung berwarna hitam, perut dan kaki berwarna putih, lebih besar daripada manusia. Ia pun menancapkan car-cakarnya ke dalam kepala ular hingga akhirnya dia pergi menarik ekornya dengan erat sampai terjatuh. Ia terbang menuju Alyad. Orang-orang Quraisy pun menghancurkannya. Mereka mulai membangun dengan batu dari lembah yang mereka pikul di atas pundak-pundak mereka. Mereka meninggikan Ka’bah sebanyak dua puluh hasta.

Ketika Nabi saw, sedang mengangkat batu dari Alyad dan beliau memakai kain bercorak garis-garis, kain tersebut hampir terlepas darinya. Beliau pun meletakkannya di atas pundak sehingga auratnya terliaht dari sela-sela kain. Beliau dipanggil, “Wahai Muhammad, tutuplah auratmu.” Beliau pun tidak pernah terlihat auratnya lagi setelah itu. Beliau mengira bahwa jarak antara pembangunan Ka’bah dan turunnya wahyu adalah lima tahun, sedangkan antara kelahiran beliau dan pembangunan Ka’bah adalah lima belas tahun.

Diriwayatkan dari Jabir binAbdullah r.a. dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw, memindahkan batu bersama mereka untuk Ka’bah dan beliau memakai kainnya. Abbas, pamannya berkata kepada beliau, “Wahai keponakanku, sekiranya kamu membuka kainmu dan meletakkannya di atas pundakmu untuk menjaga dari batu.” Beliau pun melepaskannya dan menjadikannya di atas pundak. Namun, beliau pingsan dan tidak pernah terlihat lagi beliau telanjang setelah hari itu.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw, berkata kepadanya, “Tidak kamu lihat bahwa kaummu ketika membangun Ka’bah, mereka mencukupkan sampai fondasi Ibrahim saja. Maka aku berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengembalikannya pada fondasi Ibrahim?” Beliau bersabda, “Sekiranya tidak ada perbuatan baru yang mereka buat dengan kekufuran, niscaya aku lakukan.”

Abdullah r.a. berkata, “Sekiranya Aisyah mendengar ini dari Rasulullah saw, aku tidak melihat beliau tidak mengangkat tangan pada dua rukun setelah hajar, hanya saja Ka’bah belum sempurna seperti pada fondasi Ibrahim.”



Menu