Bagaimanakah Wahyu Datang kepada Rasulullah SAW


Imam Ibnul Qayyim telah menyebutkan tingkatan-tingkatan wahyu yang turun kepada Nabi saw., dia berkata, “Dan Allah telah menyempurnakan bagi beliau tingkatan-tingkatan wahyu.”

Pertama, Mimpi yang nyata. Ini adalah permulaan wahyu Nabi saw. Beliau tidaklah melihat sebuah mimpi, kecuali ia datang seperti terangnya sinar pagi.

Kedua bisikan hati yang ditiupkan oleh Malaikat de dalam hati, beliau tanpa melihat wujudnya, sebagaimana sabda Nabi saw:

“Sesungguhnya Jibril berbisik ke dalam hatiku bahwa sesuatu yang bernyawa tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan rezeki dan ajalnya. Maka bertakqalah kepada Alalh dan baguskanlah dalam meminta. Janganlah keterlambatan rezeki membuat kalian memintanya dengan bermaksiat kepada Allah. Sebab, sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu tidak dapatkan, kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.

Ketiga malaikat berubah wujud seorang lelaki di hadapan beliau dan berbincang-bincang dengannya sampai beliau hafal semua yang dikatakan kepadanya. Dalam tingkatan semacam ini terkadang para sahabat pun melihatnya.

Keempat wahyu datang seperti dentang lonceng. Hal seperti ini yang terberat bagi beliau. Wahyu masuk ke dalam hatinya sampai-sampai kening beliau bercucuran keringat walau pun saat itu berada di musim dingin, bahkan sampai-sampai kendaraannya terdududk di atas bumi ketika beliau menaikinya. Wahyu juga penah datang seperti itu. Paha beliau berada di atas paha Zaid bin Tsabit dan menjadi berat di atasnya sehingga hampir menghancurkannya.

Kelima beliau melihat malaikat dalam wujud aslinya diciptakan malaikat menyampaikan wahyu yang Allah wahyukan kepadanya. Hal ini terjadi kepada beliau dua kali, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam kalam-Nya di QS an-Najm (53) : 7 dan 3).

Keenam wahyu yang Allah berikan kepada beliau di atas langit pada mala Sira’ Mi’raj, yaitu kewajiban shalat dan lainnya.

Ketujuh wahyu Allah yang langsung diberikan kepada beliau tanpa perantara, seperti Allah berbicara kepada Musa bin ‘Imran. Tingkatan ini benar-benar terjadi kepada Musa berdasarkan Al-Qur’an dan kebenarannya bagi Nabi saw., berdasarkan hadits tentang Isra’ Mi’raj.

Kedelapan Allah berkalam kepada beliau secara tatap muka tanpa ada hijab penghalang. Hal ini menurut pendapat mereka yang mengatakan bahwa Nabi saw., melihat tuhannya. Tahapan ini merupakan sebuah masalah yang diperdebatkan antara ulama salaf dan sekarang.



Menu