Sahfiyyurrahman al-Mubarakfuri megnatakan bahwa sanya ketika Quraisy melihat Nabi Muhammad sa, terus melanjutkan dakwahnya tanpa menghiraukan tawaran-tawaran mereka. Kaum Quraisy berpikir untuk yang kedua kalinya dan memilih untuk menghancurkan dakwah beliau dengan cara-cara berikut:
1. Penghinaan, pendustaan, dan penertawaan yang dimaksudkan untuk merendahkan kaum muslimin dan menghinakan kekuatan mental mereka. Mereka melemparkan tuduhan-tuduhan palsu kepada Nabi saw., serta cacian dan makian. Bahkan, memanggil beliau dengan sebutan orang gila.
Allah berfirman:
“Dan mereka berkata, ‘Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur’an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila.”
(QS. al-Hijr (15) : 6).
Mereka menyifati beliau dengan julukan pesihir dan pendusta.
Allah berfirman:
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka, dan orang-orang kafir berkata, ‘Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta.”
(QS. Shad (38) : 4).
Mereka adalah golongan yang diceritakan Allah dalam firman-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya, dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria. Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat.” Padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin).”
(QS. Al-Muthafifin (83) : 29 – 33).
Imam Bukhari meriwayatkan bahwasanya seorang wanita pernah berkata kepada Rasulullah “Sesungguhnya aku berharap setanmu telah meninggalkanmu, soalnya aku tidak melihatnya di dekatmu dua atau tiga malam”
Ucapan wanita tersebut dimaksudkan untuk menghina beliau sehingga Allah menurunkan ayat:
“Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah) dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.”
(QS. adh-Dhuha (93) : 1 – 3).
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwasanya Abu Jahal berdoa dalam rangka mengejak Nabi saw., “Ya Allah. Jika hal ini merupakan kebenaran dari sisi-Mu, turunkanlah hujan batu dari langit atau datangkanlah siksa yang pedih kepada kami.” Oleh sebab itu, turunlah ayat:
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, Jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Tetapi Allah ttidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka.
Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan. Dan mengapa Allah tidak menghukum mereka padahal mereka menghalang-halangi (orang) untuk (mendatangi) Masjidil Haram dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang yang berhak menguasai (nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
(QS. al-Anfal (8) : 32 – 34).
Pada permulaan penghinaan, kaum musyrikin berkata kepada Nabi saw., “Kami tidak sudi duduk bersama mereka – yang dimaksud adalah Shuhaib, Bilal, dan Khabbab – maka usirlah mereka dari sisimu.” Lalu Nabi saw., menjadikan hal itu sebagai harapan untuk keislaman mereka dan kaumnya. Allah menurunkan ayat.
“Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridhaan-Nya.
Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. al-An’am (6) : 52).
2. Metode ajaran-ajaran beliau dan melontarkan tuduhan-tuduhan palsu tentang ajaran mulia ini dan seputar kepribadian beliau. Mereka terus memperbanyak hal tersebut hingga tidak ada seorang pun yang mau mengikuti dakwah beliau. Mereka berkata tentang Al-Qur’an:
“.... (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain ....” (Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakan dongeng itu kepadnya setiap pagi dan petang.”
(QS. Al-Furqan (25) : 4 – 5)
Dan mereka berkata:
“ .... Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad) .... “
(QS. an-Nahl (16) : 103).
Mereka juga berkata tentang Rasulullah saw:
“ ..... Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar ...?”
(QS. al-Furqan (25) : 7).
Dalam Al-Qur’an banyak contoh untuk menggagalkan keinginan mereka setelah diwujudkan ataupun sebelum mereka wujudkan.
1. Menyelewengkan Al-Qur’an dengan menganggapnya cerita orang-orang terdahulu, lalu membuat masyarakat sibuk dengan hal itu daripada menyibukkan diri dengan Nabi saw. Mereka menyebutkan bahwasanya an-Nadhar bin Harits pernah berkata kepada kaum Quraisy, “Wahai kaum Quraisy! Demi Allah, sungguh telah turun kepada kalian suatu perkara yang tidak ada lagi setelahnya.
Sungguh, Muhammad adalah anak yang baru dilahirkan kemarin, yang paling kalian ridhai, paling jujur perkataan, paling dapat dipercaya, hingga saat kalian melihat uban di kepalanya dan datng membawa risalahnya, lalu kalian mengatakan bahwa ia adalah seorang penyihir! Tidak, demi Allah, ia bukanlah pesihir.
Kita telah mengetahui para pesihir dan peralatannya. Lalu kalian mengatakan bahwa ia adalah seorang duku! Tidak, demi Allah, ia bukanlah seorang duku. Kita telah mengetahui para dukun dan ktia telah mendengar sajak mereka. Lalu, kalian mengatakan bahwa ia adalah seorang penyair! Tidak, demi Allah, ia bukanlah penyair. Kita telah mengetahui sifat gila sehingga ia tidak gila atau pun ayan. Wahai kaum Quraisy! Lihatlah diri kalian! Sesungguhnya demi Allah, telah datang kepada kalian suatu perkara yang agung.”
An-Nadhar pergi ke Hirah dan mempelajari perkara raja-raja Persia, perkataan Rustum, dan Asfandiar. An-Nadhar sendiri saat Rasulullah saw., selesai menyampaikan ceramah dalam majelis, mengingatkan kepada Allah, dan memperingatkan tentang kemurkaan-Nya, selalu menyampaikan hal dan berkata, “Demi Allah! Muhammad tidak lebih baik dariku dalam perkataan,.” Lalu, ia bercerita tentang raja-raja Persia, Rustum, dan Asfandiar dan mengakhiri ceritanya dengan mengatakan, “Apa yang membuat Muhammad lebih baik dariku dalam perkataan?”
2. Tawaran-tawaran yang dilakukan kaum Quraisy supaya Islam dan jahiliah dapat ditemukan pada satu titik. Yaitu, dengan cara Muhammad membiarkan kaum musyrikin beribadah menurut cara mereka. Begitu juga sebaliknya. Muhammad dibiarkan beribadah menurut caranya, sebagaimana firman Allah:
“Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula).”
(QS. Al-Qalam (68) : 9).
Ibnu Ishaq juga meriwayatkan bahwasanya Rasulullah dihalang-halangi dan dicela – beliau sedang thawaf (mengelilingi Ka’bah) – oleh al-Aswad bin Abdul Muthalib bin Asad bin Abdul Uzza, Walid bin Mugirah, Umayah bin Khalaf, dan al-‘Ashbinas – Sahmi (orang-orang berpengaruh di kaumnya). Mereka berkata, “Wahai Muhammad! Marilah kita menyembah apa yang engkau sembah dan engkau menyembah apa yang kami sembah, kita kerjasama dalam urusan kita.
Jika sesembahanmu lebih baik dariapda sesembahan kami, kami telah mengambil bagian darinya. Begitu juga, jika sesembahan kami lebih baik dari sesembahanmu, engkau telah mengambil bagianmu darinya.” Lalu, Allah menurunkan ayat:
“Katakanlah (Muhammad) “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak penah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
(QS. Al-Kafirun (109). 1 – 6).
Dengan demikian, Allah telah memutus tukar-menukar mereka yang menggelikan dengan pemsiahan yang tegas.