Sesungguhnya, orang-orang yang batil tidak menyerah begitu saja di depan orang-orang yang benar. Ketika sebuah cara menghancurkan dakwah Islam dikibarkan, mereka ciptakan cara-cara lain terus menerus hingga bisa mengalahkan hal yang haq sehingga kebatilan dapat berembus dengan mudah.
Kaum musyrikin mulai meminta Nabi saw., agar memperlihatkan bukti atau mukjizat, maksudnya untuk membuat kacau pikiran Rasulullah saw., dan menentang beliau. Sesungguhnya mereka tidak meminta hal itu berdasarkan kecintaan terhadap petunjuk dan tuntunan.
Allah berfirman dalam beberapa ayat Al-Qur’an berikut:
“Dan tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dia-lah Yang Mahahalus, Mahateliti.”
(QS. al-An’am (6) : 109).
“Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka,d an orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran).”
(QS. al-An’am (6) : 111).
“Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), meainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami berikan kepada kaum tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina itu). Dan kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.”
(QS. al-Isra’ (17) 59).
“Dan mereka berkata, “Kami tidak akan percaya kepadamu (Muhammad) sebelum engkau memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya, atau engkau jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana engkau katakan, atau (sebelum) engkau datangkan Allah dan para malaikat berhadapan muka dengan kami, atau engkau mempunyai sebuah rumah (terbuat) dari emas, atau engkau naik ke langit. Dan kami tidak akan mempercayai kenaikanmu itu sebelum engkau turunkan kepada kami sebuah kitab untuk kami baca,” Katakanlah (Muhammad), “Mahasuci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
(QS. al-Isra’ (17) 90 – 93).