Peringatkanlah Kerabat-Kerabat Dekatmu!


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ketika turun QS. Asy-Syu’ara’ (26) :214, Rasulullah saw, keluar hingga naik ke bukit Shafa, dan beliau berteriak “Ya Sahabat!” Maka orang-orang berkata, “Siapapah ini?” Mereka pun berkumpul kepadanya.

Beliau bersabda:
“Apa pendapat kalian seandainya aku beri tahu kepada kalian bahwa ada kelompok kuda sedang berjalan dari puncak gunung ini, apakah kalian mempercayaiku?”

Mereka menjawab, “Kami tidak pernah mendapatimu berbohong sekalipun.”

Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku adalah pembawa peringatan bagi kalian di hadapan azab yang pedih.” Abu Lahab berkata, “ Sialan kamu, kamu tidak mengumpulkan kami, kecuali hanya untuk ini!” Kemudian Abu Lahab berdiri, dan turunlah ayat.

"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia.”
(QS. Al-Lahab (111) : 1).

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. dia berkata,: Rasulullah saw, berdiri menghadap orang-orang ketika turun QS. Asy-Syu’ara’ (26) : 214 kepadanya, beliau berkata, “Wahai segenap orang-orang Quraisy, tebuslah diri kalian, aku tidak dapat menolong kalian dari murka Allah. Wahai segenap keturunan Abd Manaf, tebuslah diri kalian, aku tidak dapat menolong kalian dari murka Allah.

Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari murka Allah. Wahai Safiyyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari murka Allah, wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah dariku apa pun yang kamu mau, aku tidak dapat menolongmu sedikitpun dari murka Allah.”

Teriakan yang keras ini adalah puncak dari penyampaian dakwah. Rasulullah saw, telah menjelaskan kepada kaumnya atas dakwahnya. Beliau memberikan penerangan kepada orang-orang terdekatnya bahwa mempercayai risalah ini adalah bentuk ikatan persaudaraan antara beliau dan mereka. Begitu juga, fanatik kekeluargaan yang biasa dilakukan oleh bangsa Arab telah luluh di hadapan peringatan yang datang dari Allah ini.

Pada saat itu Nabi Muhammad saw., adalah seorang yang berkedudukan tinggi di negerinya, dipercaya dan dicintai oleh bangsanya. Namun, sekarang perlawanan orang-orang bodoh dan para pembesar kaumnya serta orang-orang pertama dari kaumnya yang akan kehilangan rasa cinta mereka, yaitu keluarga terdekatnya. Akan tetapi, rasa sakit ini menjadi tidak berarti di jalan kebenaran yang telah Alalh lapangkan dada beliau dengannya.

Nabi saw., pun tidak memedulikan semua itu, setiap perlawanan, setiap pengingkaran, setiap perggolakan, dan setiap kekhawatiran mereka atas adat-istiadat mereka yang bertolak belakang dengan ajaran kenabian.



Menu