Walid bin Mugirah adalah orang yang berpengaruh di masyarakat Quraisy, mereka berkumpul bersamanya saar hari raya tiba. Walid berkata kepada mereka, “Wahai kaum Quraisy! Hari raya telah tiba, para utusan Arab akan mendatangi kalian. Mereka juga telah mendengar tentang teman kalian ini.
Maka dari itu, satukan pendapat jangan saling berselisih sehingga satu sama lain saling mendustakan.” Mereka menjawab, “Engkau, wahai Abu Abdi Syams! Katakanlah pendapat yang akan kami sepakati.!” Ia berkata, Kalian yang mengatakan, aku akan mendengar.” Mereka berkata, “Kita katakan ia seorang duku.” Ia berkata, “Demi Allah, ia bukan dukun, sungguh, kita telah melihat para dukun, sedangkan Muhammad tidak seperti dukun yang mengarang syair.”
Mereka berkata, “Kita katakan ia orang gila.” Ia berkata, “ Ia bukan orang gila, kita mengerti penyakit gila dan Muhammad tidak tertimpa penyakit gila, ayan, dan kesurupan.” Mereka berkata, “Kita katakan ia seorang penyair.” Ia menjawab, “Dia bukan penyair, kita telah mengertisyair dan jenis-jenisnya, yang disampaikan Muhammad bukan syair.” Mereka berkata, “Kita katakan ia adalah pesihir.” Ia berkata, “Ia bukan pesihir.
Kita telah mengetahui para pesihir dan bentuk sihir mereka. Yang disampaikan Muhammad bukan sihir.” Mereka bertanya, “Lalu, apa yang harus kita katakan, wahai Abu Abdi Syams?” Ia menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya perkataannya manis, pusatnya semurni madu, cabangnya menawan. Jika kalian mengucapkan hal seperti ini, tentunya dianggap batil.
Sungguh, istilah paling sesuai adalah kita katakan bahwa ia adalah pesihir yang datang membawa sihir, yang memisahkan seseorang dari bapaknya, suami dari istrinya, seseorang dari saudaranya dan keluarganya.” Mereka pun berpisah dengan bekal informasi yang mereka sepakati, lalu duduk di jalan orang-orang saat menyambut hari raya. Tak seorang pun melewati jalan tersebut, kecuali mereka peringatkan tentang Muhammad saw., Allah akhirnya menurunkan wahyu perihal Walid bin Mugirah.
“Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya, dan Aku beri kekayaan yang melimpah, dan anak-anak yang selalu bersamanya, dan Aku beri kelapangan (hidup) seluas-luasnya. Kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahkannya. Tidak bisa! Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an)"
(QS. Al-Muddatstsir (74) : 16).
Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Walid bin Mugirah mendatangi Nabi saw, lalu beliau membacakan Al-Qur’an. Ia puns eolah-olah terpukau tunduk kepadanya. Hal ini sampai ke telinga Abu Jahal, lalu ia mendatanginya seraya berkata, “Wahai Paman! Sesungguhnya kaummu mengumpulkan harta untukmu.” IA berkata, “Untuk apa?” Ia menjawab, “Untuk diberikan kepadamu.
Sungguh engkau telah mendatangi Muhammad untuk menawarkannya sebelumnya.” IA berkata, “Quraisy telah mengetahui bahwa aku yang paling banyak hartanya.” IA berkata, “ Kalau begitu katakanlah sesuatu untuk disampaikan kaummu bahwa engkau mengingkarinya.” Ia bertanya, “Apa yang harus aku katakan?” Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih tahu tentang syair, jenis-jenisnya, dan qasidahnya selain diriku, begitu juga dengan syair-syair jin.
Demi Allah, semua ini tidak mampu menyerupai apa yang disampaikan Muhammad. Demi Allah, perkataannya sungguh indah, sangat baik, penuh manmfaat, banyak keberkahan di dalamnya, tiada yang meandinginya, dan mengalahkan semua yang di bawanya.” Ia berkata, “Kaummu tidak akan relah terhadapmu jika engkau mengatakan hal itu.” Ia berkata, “Cukup! Biarkan aku berpikir.” Seteleh berpikir, ia berkata, “Sesungguhnya ini adalah sihir yang mampu mempengaruhi orang lain.” Lalu, Allah menurunkan QS. Al-Muddtstsir (74) : 11 – 13).