Seorang pengikut jahiliah yang masuk Islam, yairu Eabi’ah bin ‘Ibad ad-Daili berkata, “Aku melihat Rasulullah memandang mataku di pasar Dzul Majaz seraya bersabda, “Wahai manusia! Ucapkanlah La ilaha illallah (tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq, kecuali Allah), pasti kalian beruntung.
Lalu, ia masuk kerumunan orang-orang yang sedang mengelilingi beliau. Maka aku tidak pernah melihat seorang pun mengatakan sesuatu, sementara beliau terus bersabda:
“Wahai manusia!! Ucapkanlah La ilaha Illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq, kecuali Allah), pasti kalian beruntung.
Padahal, di belakang beliau ada seorang laki-laki yang berwajah tampan berkata, ‘Ia adalah sahbi’ (orang yang suka pindah agama) dan pendusta.’ Lalu, aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Muhammad bin Abdullah yang menyebut dirinya nabi.” Aku bertanya lagi, “Lalu, siapakah orang yang mendustakannya itu?” Mereka menjawab, “Ia adalah pamannya, Abu Lahab.”
Dalam riwayat lain, ia berkata, “Saat usiaku masih muda, aku pergi bersama bapakku. Aku melihat Rasulullah saw., mengikuti orang-orang dari berbagai suku. Sementara itu seorang laki-laki yang berwajah tampan dengan rambut memanjang sampai bahu berada di belakang beliau. Rasulullah menghentikan orang-orang seraya berkata, “Wahai bani Fulan! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, aku memerintahkan kalian untuk menyembah Allah tanpa mempersekutukan-Nya dan supaya kalian membenarkanku hingga aku menyampaikan semua risalah dari Allah.”
Saat Rasulullah selesai ceramah, seseorang dari belakangnya berkata, “Wahai Bani Fulan! Sesungguhnya orang ini ingin supaya kalian meninggalkan Latta, Uzza, dan pemimpin-pemimpin kalian dari jin Bani Malik bin Aqyasy menuju apa yang dibawanya berupa bid’ah dan kesesatan. Oleh karena itu, janganlah kalian mendengarkannya dan mengikutinya.” Lalu, aku bertanya kepada bapakku, “Siapakah orang ini?” Ia menjawab, “Pamannya, Abu Lahab.”
(HR. Ahmad).
Abu Lahab sendiri telah menikahkan kedua putra, Utbah dan Utaibah dengan putri Rasulullah saw, yang bernama Ruqayah dan Ummu Kaltsum sebelum mengemban tugas kenabian. Setelah mengemban tugas kenabian keduanya diperintahkan untuk menceraikan putri beliau dengan kekerasan hingga benar-benar diceraikan.
Saat Abdullah (putra kedua Rasulullah saw.) meninggal, Abu Lahab lari kegirangan memberitahu teman-temannya bahwa Muhammad tidak memiliki keturunan lagi. Lalu, Allah menurunkan ayat:
“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (Dari rahmat Allah).”
(QS. Al-Kautsar (108) : 3).