Asma’ binti Abu Bakar meriwayatkan bahwasanya mereka berkata, “Alangkah dahsyatnya sikap kaum musyrikin yang berlebih lebihan terhadap Rasulullah.” Lalu, Asma’ berkata, “Kaum musyrikin duduk di masjid membicarakan Rasulullah saw, dan pendapat beliau tentang sembahan mereka. Tak lama kemudian, datanglah beliau.
Lalu, mereka berdiri mengerumuni beliau. Tiba-tiba seseorang datang minta pertolongan Abu Bakar. Mereka pun berkata, “Tolonglah temanmu.” Lalu, ia keluar dari majelis kami dan sesungguhnya ia memiliki empat kepang rambut. Ia berkata, “Calakalah kalian! Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan Allah adalah Tuhannya, padahal telah datang keterangan kepada kalian? Pergilah dari Rasulullah, hadapi Abu Bakar.” Asma melanjutkan, “Abu Bakar pun pulang tanpa menyentuh kepangan rambutnya seraya mengucapkan, “Mahasuci Engkau wahai Dzat yang memiliki kemuliaan.” (HR. Abu Ya’la).
Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Aku mendatangi mereka yang waktu itu para pemukanya telah berkumpul di Hijr Ismail, sampai Ka’bah. Mereka membicarakan tentang Rasulullah seraya berkata, “Kita belum pernah melihat orang seperti laki-laki ini yang memiliki mipi-mimpi kita, menghina nenek moyang kita, mencaci agama kita, memecah belah kelompok kita, dan menghina sesembahan kita. Sungguh, cukup sudah kita bersabar atas perkara besar ini.”
Abdullah melanjutkan, “Sementara mereka melakukan hal tersebut, tiba-tiba muncul Rasulullah saw, berjalan mengusap pojok Ka’bah, lalu melewati mereka untuk melakukan thawaf. Mereka pun memandangi beliau dengan maksud mengejek tiap kali beliau melewati mereka.” Abdullah berkata, “ Saat itu aku mengetahuinya dari perubahan wajah beliau. Tiap kali beliau melewati mereka dalam berthawaf, mereka melakukan hal yang sama. Sampai putaran yang ketiga, mereka masih melakukan hal yang sama.
Beliau pun bersabda:
“Apakah kalian mendengar, wahai kaum Quriasy Demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, sungguh aku datang kepada kalian untuk menghancurkan kalian.” Kaum Quraisy pun mengingat-ingat kata-kata tersebut hingga tak seorang pun meerasa tenang seolah kejatuhan burung di kepala mereka, lalu pimpinan mereka berusaha menenangkannya dengan mengatakan kata-kata yang menurutnya paling tepat, ia juga berkata kepada Rasulullah\, “Pergilah wahai Abdul Qasim! Demi Allah, aku bukanlah orang yang bodoh.”
Abdullah melanjutkan, “Rasulullah saw, pun pergi. Keesokan harinya aku bersama mereka berkumpul di Hijr Ismail, sebagian mengatakan kepada sebagian yang lain, “Kalian telah menyebutkan hal yang telah kalian ketahui hingga ketika kalian diserang dengan hal kalian benci, kalian meninggalkannya.” Sementara mereka saling berbicara, Rasulullah saw, tiba-tiba datang.
Mereka pun duduk mengelilingi Rasulullah seraya berkata, “ Engkau yang mengatakan begini dan begini. Hal ini mereka ungkapkan setelah Rasulullah menyampaikan kekurangan Tuhan dan agama mereka. Rasulullah saw, bersabda:
“Ya, aku yang mengatakan hal itu,’ Abdullah melanjutkan, “Sungguh aku melihat seorang laki-laki dari mereka memegang erat jubah beliau. Abu Bakar pun berdiri sambil menangis dan berkata, “Apakah kalian akan emmbunuh seseorang yang mengatakan Allah adalah Tuhanku?” Akhirnya mereka pun pergi meninggalkan beliau. Sungguh, hal itu merupakan perkara yang paling sahsyat yang dilakukan Quraisy terhadap Nabi saw.”
(HR. Ahmad).