Nabi Mendidik Para Sahabat tentang Kesabaran


Muhammad saw., cepat atau lambat tidak mengumpulkan para sahabat atas rampasan perang. Sesungguhnya beliau menyingkap tabir yang menghalangi pandangan dari kebenaran yang tertutup selama ini, menghilangkan penyakit dari hati sehingga mengetahui keyakinan yang sesuai dengan fitrahnya serta mengetahui jahiliah yang diharamkan. Fitrah itu yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Beliau mengikat mereka dengan nasab yang bermartabat dan tali yang kuat. Padahal, mereka sebelumnya orang-orang yang terhinakan. Beliau menyeimbangkan antara keabadian dan kerusakan.

Dengan didikan beliau, mereka sadar dan mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan yang tidak kekal. Beliau juga memilihkan mereka Tuhan Yang Mahaagung, daripada berhala yang hina sehingga mereka meninggalkan berhala-berhala tersebut dan menyambah Dzat yang menciptakan langit dan bumi.

Nabi Muhammad saw., yakin telah mencapai kebaikan yang sesungguhnya. Para sahabat juga yakin pertolongan pasti menyertai mereka. Ketika disakiti, mereka mengharapkan pahala. Ketika diperangi orang kafir, mereka berpegang teguh dalam keimanan yang mereka ketahui. Perang yang terjadi antara kekufuran dan keimanan akan terlihat jelas pada suatu saat nanti. Yaitu, saat tersingkapnya para mujahid dan orang yang merugi, saat tersingkapnya orang mukmin dan kaum musyrikin.

“Dan katakanlah (Muhammad) kepada orang yang tidak beriman, “Berbuatlah menurut kedudukanmu, kami pun benar-benar akan berbuat, dan tunggulah sesungguhnya kami pun termasuk yang menunggu.” Dan milik Allah meliputi rahasia langit dan bumi dan kepada-Nya segala urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan bertakwakallah kepada-Nya. dan Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
(QS. Hud (11) : 121 – 123).

Oleh karena itu, Nabi saw., berkali-kali memberitahu sahabatnya tentang nikmat sabar menghadapi siksaan kaum musyrikin atas mereka. Nasihat beliau supaya mereka bersabar dan mengharap pahala dari Allah. Rasulullah bersabda:

“Surga dinaung perkara yang dibenci dan neraka dinaungi perkara yang disukai.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau saw., bersabda:

“Manusia yang pedih ujiannya adalah para nabi, lalu yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Seseorang itu diuji berdasarkan agamanya. Jika agamanya kuat, ujian pun berat. Sebaliknya, jika agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya. Ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka tanpa memiliki kesalahan.”
(HR. Ahmad Turmudzi).

Rasulullah saw., juga bersabda:

“Tidaklah menimpa seorang mukmin satu kelelahan, rasa sakit, gelisah, penyakit atau kesedihan, hingga duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus kesalahannya dengan hal itu semua.”
(HR. Bukhari).

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang Allah menginginkan suatu kebaikan untuknya, pasti Dia akan mengujinya.”
(HR. Bukhari).

Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw., bersabda:

“Janganlah seseorang di antara kalian mengharapkan kematian karena tertimpa kesengsasraan. Kalaupun terpaksa ia mengharapkannya, hendaknya ia berdoa, ‘Ya Allah, berilah aku kehidupan apabila kehidupan tersebut memang lebih baik bagiku, dan matikanlah aku apabila kematian tersebut memang lebih baik untukku.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Anas juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saw., bersabda:

“Saat Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, Dia akan menyegarakan hukuman-Nya di dunia. sebaliknya, saat Dia menghendaki keburukan kepada hamba-Nya, Dia menahan dosanya hingga ditebus kelak pada hari kiamat.”
(HR. Turmudzi).

Nabi saw., bersabda:

“Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya ujian. Ketika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti mengujinya. Barang siapa yang ridha, ia mendapatkan ridha-Nya. Barangsiapa yang murka, ia mendapatkan murka-Nya.”
(HR. Turmudzi).

Beliau juga bersabda:

“Ujian akan selalu menimpa orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan dalam diri anak, dan hartanya hingga menemui Allah tanpa membawa kesalahan.”
(HR. Turmudzi).

Allah mengikat hati para sahabat Rasulullah saw, dengan kata-kata tersebut yang menjadikan mereka tahan siksaan dan ujian dalam rangka menggapai keberuntungan, ampunan, kasih sayang dan surga dari sisi Allah yang menguasai alam semesta.



Menu