Hal yang terlintas dalam pikiran seseorang ketika mengamati ksiah yang menimpa Rasulullah dan para sahabat dari ebrbagai macam siksaan adalah eprtanyaan-pertanyaan, “Apakah alasan mereka disiksa, padahal mereka dalam posisi yang benar? Mengapa Allah tidak melindungi mereka, padahal mereka adalah pejuang-pejuang Allah dan Nabi saw., berada di tengah-tengah mereka selaku mengajak ke jalan Allah dan berjuang membela agamanya?”
Jawabannya adalah, sifat pertama yang dimiliki manusia di dunia dalah mukallaf (diminta untuk bertahan dalam setiap beban yang memberatkan). Sementara itu, ajakan apda Islam dan berjuang meninggikan kalimat Allah termasuk perkara penting yang berhubungan dengan taklif (pembebanan). Taklif sendiri merupakan hal yang mutlak dieprlukan dalam beribadah kepada Allah karena ibadah akan sia-sia jika tidak ada taklif. Ibadah manusia kepada Allah merupakan hal penting dari sifat uluhiyah Allah.
Iman tak bermakna tanpa disertai ibadah kepada-Nya. jadi, ibadah memerlukan taklif yang menunut seseorang untuk bertahan terhadap kesusahan dan perjuangan melawan hawa nafsu.
Kesimpulannya, ada dua hal yang harus diwujudkan hamba Allah di dunia ini dalam rangka ibadah kepada-Nya berikut ini”
Pertama, berpegang teguh pada agama Islam dan mendirikan masyarakat islam yang benar.
Kedua, meniti jalan ebrliku untuk mewujudkannya, melintasi marabahaya, serta mengerahkan harta dan jiwa untuk mewujudkan hal tersebut.
Jika Allah menghendaki, pasti Dia menjadikan jalan meunu penegakan masyarakat Islam setelah iman kepada-Nya secara mudah tanpa rintangan. Sebaliknya, jika nafsu duniawi dikedepankan, barangkali akan bertemu seorang mukmin dan munafik atau seorang yang jujur dan pendusta sehingga salah satu tidak menghilangkan yang lain.
Andaikata manusia dibiarkan mengikrarkan keislamannya dan kecintaannya kepada Allah secara lisan saja, tidak ada bedanya orang yang jujur dan pendusta. Namun, fitnah dan ujian merupakan timbangan yang membedakan pendusta dan orang yang jujur. Mahabenar Allah yang telah berfirman:
“Alin Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman.” Dan mereka tidak diuji?” Dan sungguh Kami tidak menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. al-‘Ankabut (29) : 1 – 3).
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.“
(QS. Ali ‘Imran (3) : 142).
Ketika hal ini menjadi sunnatullah untuk hambanya, engkau tidak akan menemukan penggantinya, walau pun bersama para Nabi dan sahabat. Oleh sebab itu, Rasulullah saw., disakiti, para nabi dan Rasul sebelumnya disakiti, para sahabat disakiti hingga sebagian mereka meninggal dalam proses penyiksaan. Orang-orang pun menjadi buta meskipun memiliki kedudukan agung di sisi Allah.
Imam Ibnul Qayyim berpendapat bahwasanya yang dimaksud di atas adalah Allah ingin menunjukkan kebijaksanaan-Nya sehingga tiap diri harus diuji. Dengan ujian tersebut, akan tampak kebaikannya, akan diketahui majikan yang beruat baik dan yang jahat terhadap budaknya, dan jiwa akan menjadi bersih.
Hal ini bagaikan emas yang tidak murni dan bersih dari kotoran, kecuali dengan mengujinya. Pada asalnya, jiwa itu jahil dan zalim sehingga memerlukan pembersihan. Jika tidak mampu keluar dari lingkaran kezaliman dan kejahilan tersebut, ia akan ditempatkan di neraka jahanam. Sebaliknya, jika seorang hamba telah bersih, ia diizinkan masuk surga.