Amir bin Fuhairah telah masuk Islam sebelum Rasulullah masuk rumahnya al-Arqam. Amir termasuk golongan yang lemah, ia pun mendapatkan siksaan yang sangat pedih. Namun, hal itu tidak menggoyahkan imannya. Ia pernah menggembala kambing milik Abu Bakar. Ia juga yang mengunjungi Rasulullah dan Abu Bakar selama mereka berdua bersembunyi di Gua Tsur.
Adapun Abu Fakihah yang bernama asli Abu Yasar merupakan budak Shafwan bin Umayyah bin Khalaf al-Jumahi. Ia masuk Islam bersama Bilal. Umayyah bin Khalaf menyiksanya dengan cara kaki diikat, lalu ditarik dan dibuang ke padang pasir. Ketika ju’al (sejenis serangga) lewat, Umayyah berkata, “Bukankah ini Tuhanmu?” Ia menjawab, “Allah Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan serangga ini.” Umayyah pun mencekiknya dengan keras. Ubay bin Khalaf yang menemaninya berkata, “Tambah siksanya hingga Muhammad datang menyelamatkan dengan sihirnya.” Mereka terus menyiksanya hingga ia pingsan dan mereka mengira Abu Yasar telah meninggal. Abu Yasar sadar. Abu Bakar pun membelinya dan memerdekakannya.
Para wanita yang beriman, seperti Zannirah, Ummu Ubais, Labibah, dan Nahdiyah juga mengalami nasib yang sama. Mereka disiksa dengan siksaan yang pedih oleh majikan mereka, tetapi hal itu tidak memalingkan mereka dari agama Islam. Allah pun meridhai mereka.
Orang-orang kafir telah mengembuskan kedengkian mereka terhadap Islam dan para pemeluknya dari golonga lemah karena mereka tidak memiliki pelindung. Siksaan mereka pun lebih keras dan lebih mengerikan.
Allah telah mengampuni orang-orang yang disiksa dalam hal ucapan mereka. Said bin Jubair berkata kepada Ibnu Abbas, “Apakah kaum musyrikin berlebih-lebihan dalam menyiksa sahabat Rasulullah hingga mereka diperbolehkan meninggalkan agama mereka?” Ibnu Abbas menjawab, “Ya. Demi Allah, mereka memukulnya, tanpa diberi makan dan minum hingga tidak mampu duduk seperti biasa disebabkan kerasnya pukulan yang diterimanya, hingga menuruti kemauan mereka, hingga para penyiksa tersebut berkata, “Latta dan Uzza adalah Tuhan kalian selain Allah, benar kan?” Ia terpaksa menjawab, “Ya” Hal ini dilakukan sebagai tebusan atas siksaan yang mereka terima.”
Ibnu Katsir berkata, “Dalam kondisi seperti ini. Allah menurunkan ayat:
“Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapatkan kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar.” (QS. an-Nahl (16) : 106).
Abu Bakar sebagai seorang saudagar membeli para budak untuk dimerdekakan – dengan mencari ridha Allah – karena ia khawatir mereka akan disiksa majikannya.