Nabi saw., telah menuangkan tauhid yang bersih dalam hati para sahabat dari awal. Beliau memberi nutrisi roh mereka dengan kecintaan iman, menyucikan jiwa mereka dengan mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah, mendidik mereka dengan pendidikan mendalam, mendorong jiwa mreka hingga mencapai derajat roh tertinggi, hati dan akhlak yang bersih, terbebas dari kekuasaan materi, melawan syahwat, menuju penguasa langit dan bumi, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.
Beliau juga mengajari sabar atas siksaan, mduah memaafkan dan mengendalikan nafsu sehingga mereka makin tercerap pada agama, menjauhkan diri dari godaan syahwat, berkoban di jalan yang diridhai Allah, merindukan surga, haus akan ilmu dan pemahaman agama, instropeksi diri dan berperasaan, menguasai nafsu amarah, serta terpatri dengan kesabaran, ketenangan dan kemuliaan.
Selama periode Makkah, Al-Qur’an hanya berbicara tentang akidah, baik secara ilmiah maupun amalah. Sesekali diambil dari kisah para nabi dan ajakan mereka terhadap kaumnya pada tauhid. Sesekali melalui perdebatan secara langsung dengan kaum musyrikin dan buruknya akidah mereka. Dis amping itu, Al-Qur’an juga menggunakan cara-cara lain yang berbeda.
Hal yang telah ditetapkan untuk para nabi adalah memulai bersama kaumnya tanpa cara yang memberatkan dan penuh kesukaran. Yang telah tampak jelas pada tahap permulaan adalah kemudahan. Contohnya, memulai dakwah dengan mengumpulkan masyarakat di atas tujuan kesukuan, sosial, atau akhlak. Ketika mereka bersatu di bawah panji ini, akidah disampaikan dan mereka diminta berpegang teguh dengannya serta menolak keyakinan lainnya. Sebuah pemikiran yang tidak cerdas.
Meskipun demikian, Allah Allah yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat yang tinggi lebih mengetahui ciptaan-Nya dan hal yang lebih berguna untuk ciptaan-Nya. Dia juga Mahalembut lagi waspada tidak menghendaki cara seperti di atas meskipun sekilas terlihat lebih mudah pada permulaannya. Allah menghendaki untuk memulai mengajak manusia beribadah hanya kepada-Nya, mengesakan-Nya, dan melepaskan semua yang disembah selain Allah. Jadi, Ketika hati dipenuhi dengan ma’rifatullah (mengenal Allah), mengesakan-Nya, dan rasa takut kepada-Nya, datanglah perintah, larangan, dan hukuman-hukuman, diri telah siap menerimanya dan tunduk untuk melaksanakannya.
Aisyah meriwayatkan bahwa surat yang pertama diturunkan adalah yang membahas tentang surga dan neraka, yaitu Surat al-Muddatstsir.
"Maka apabila sangkakala ditiup maka itulah hari yang serba sulit, bagi orang-orang kafir tidak mudah.
(QS. al-Muddatstsir (74) 8-10).
"Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat; dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berhala). “Apakah yang dikehendaki Alalh dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia."
(QS. al-Muddatstsir (74) : 31).
Selanjutnya, setelah orang-orang masuk agama Islam, turunlah ayat tentang halal dan haram. Andaikata yang pertama turun adalah perintah untuk tidak berzina, pasti mereka akan berkata, “Kami tidak akan meninggalkan zina selamanya.” Andaikata yang pertama turun adalah larangan minum khamar, pasti mereka berkata, “Kami tidak akan meninggalkan larangan minum khamar selamanya.”
Saat kalimat tauhid bersemi di hati, Allah menciptakan segala sesuatu dan memberi pemeluknya hal yang tak pernah terpikirkan olehnya. Pemberian-Nya lebih besar daripada apa yang diimpikan oleh hatinya. Dengan nikmat tauhid, jiwa dan perilaku menjadi suci, hati dan roh menjadi bersih tanpa memerlukan perintah, bahkan hukuman-hukuman yang diysariatkan Allah, jarang sekali muncul.
Hal ini disebabkan Muraqabah (merasa diawasi Allah) terpatri dalam perasaan danharapan untuk menggapai ridha Allah dan pahala-Nya serta rasa takut dari kemurkaan dan siksa-Nya. keduanya menempati kedudukan muraqabah (merasa diawasi Allah). Hanya di abwah naungan Islam, peradaban manusia, baik dalam hal aturan, perilaku, maupun berkehidupan akan tearngkat hingga puncak yang tiada tanding sebelumnya dan sesudahnya.
Uraian di atas mengandung bantahan terhadap orang-orang yang tergesa-gesa dalam mendirikan negeri Islam sebelum kukuhnya akidah dalam hati dan bersihnya dari lingkaran kesyirikan dengan segala jenisnya. Hal ini disebabkan tidak ada nilainya abgi aturan Islam yang berdiri, padahal manusia yang melaksanakannya belum siap setelah menerimanya dan belum besih dari endapan-endapan jahiliah.
Akidah harus kukuh dalam hati para pendakwah terlebih dahulu, kemudian baru mengajak manusia padanya, baik secara ilmiah maupun amaliah, bukan sekadar akidah teoritis tanpa pengawasan di hati dan di alam nyata. Tidak diragukan lagi bahwa perkara ini memerlukan waktu lama, usaha tanpa henti, perlawanan terhadap kebatilan dan pemeluknya hingga diri siap menolong agama Allah pada waktu yang dipilihkan oleh Allah.
Keistimewaan akidah Islam adalah ia merupakan akidah yang subur dan positif. Saat ia tertancap kukuh di hati, berubah menjadi nyala api gerakan, jihad, dan perngorbanan. Inilah yang muncul bagi orang yang memperhatikan dakwah para nabi. Mereka mengajarkan akidah, tuntutan-tuntutannya, mengajak kepadanya, sabar di atas penderitaan dalam menempuhnya, serta berkorban dengan harta dan jiwa dalam rangka mewujudkannya.