Gunung Burni Telong

Kawasan Pegunungan Burni Telong di Bandar Lampahan Timang Gajah, Bener Meriah, sore itu berkabut. Rintik-rintik hujan masih membasahi tanah. Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Tim Pecinta Alam Bener Meriah sudah bersiap-siap bergerak. Tujuan mereka hari itu adalah menelusuri keindahan Gunung yang aktivitas vulkaniknya semakin meningkat pasca Gempa Tsunami melanda Aceh silam.

Sebenarnya, selain Burni Telong, di Bener Meriah terdapat empat gunung berapi. Di antara gugusan itu adalah Gunung Gereudong yang sudah pernah meletus dan kini dalam kondisi pasif. Sedangkan gunung berapi Burni Telong, adalah gunung yang pernah aktif dan meletus puluhan tahun lalu.

Jika Anda pernah melintas di sana. Jangan kaget kalau gunung ini tepat berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Dan, hanya berjarak lima kilometer dari Redelong, Ibukota Bener Meriah. Burni Telong dalam bahasa Indonesia diartikan: Gunung yang terbakar.

Sebenarnya, ada beberapa jalur untuk menempuh puncak Burni Telong. Salah satunya, melalui jalur Edelwais. Dinamakan Edelwais, karena di sepanjang jalur itu ditumbuhi bunga Edelwais yang oleh masyarakat Gayo dipercayai sebagai bunga abadi.

Sabtu, 03 Januari 2009. Tepat pukul 14.30 WIB, dipimpin Agung (23), media ini bersama tim kecil berjumlah 7 (tujuh) orang, memulai perjalanan menujuk puncak Gunung Burni Telong walau dalam kondisi lembab. Perjalanan menuju puncak Burni Telong harus melewati perkebunan masyarakat sebelum mencapai kaki gunung. Setelah 20 menit berlalu, akhirnya kami berada tepat dibawah kaki Burni Telong yang merupakan kawasan hutan lindung.

Sayang, kebun-kebun masyarakat yang berada di kaki Burni Telong itu, ternyata telah merambah wilayah hutan lindung. Jika melihat usia tanaman diperkebunan masyarakat setempat, sangat jelas bahwa kawasan hutan lindung telah diserobot sejak lama.