Qira’at merupakan
bentuk pengucapan kalimat/kata di dalam Al Qur’an, termasuk perbedaan dialek
yang bersumber dari Rasulullah SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang
dikenalkan oleh seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga
memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda untuk tujuan membaguskan bacaan.
Qira’at dan tajwid
merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at
mengenai bentuk pengucapan dan dialektika, sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan
dengan baik dan benar.
Imam Hafhs adalah
perawi dari Imam Ashim bin Bahdalah Abi an-Najud al-Kufi
Indonesia umumnya
berpegangan pada Imam Hafhs .
Imam Ashim belajar
dari
– Zar bin Habisy,
yang mempelajari al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud
– Abu Abdirrahman
as-Sulami, yang mempelajari al-Qur’an dari Ali bin Abi Thalib
– Abu Amru Sa’ad bin
Iyyas asy-Syaibani al-Kufi, yang mempelajari al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud.
Dan para sahabatnya
tersebut menerima dari Rasulullah SAW.
Imam Warsyih adalah
perawi Imam Nafi’ (Naji bin Abu Na’im).
Imam Nafi’ belajar
dari tujuh orang guru dari tabi’in, di antaranya ialah Zaid bin Al Qa’qa
Syaibah bin Nashah, dan Abdurrahman bin Turmuz. Guru-guru Imam Nafi tersebut
belajar kepada Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka’ab dan sampai kepada Rasulullah
SAW. Imam Nafi’ juga memiliki seorang perawi bernama Walun (Abu Musa bin Mina).