Tasydid adalah tanda
baca (harakat) berbentuk kepala dari huruf sin ( س
) atau mirip seperti huruf w. Tasydid adalah simbol penekanan pada suatu
konsonan ganda, atau sebuah tanda baca yang terjadi karena pertemuan
(pengulangan) dari sebuah huruf yang sama.
Panjang bacaan untuk
huruf bertasydid umumnya adalah 1 alif atau sekitar 2 harakat. Namun dapat
dibaca lebih panjang lagi, seperti Tasydid yang ada di dalam Hukum Ghunnah
Musyaddadah. Dan akan lebih tebal (panjang) pantulannya ketika masuk ke dalam
Hukum Qolqolah Kubro ( qolqolah yang berhenti karena tanda waqof).
Surah AL-Lahab : pada
Ayat 1 di ujung ayat – huruf Ba bertasydid ( بَّ
) dan pada ayat 2 tidak memakai tasydid ( بَ
).
Tasydid terdiri dari
2 macam, yaitu:
Tasydid Hukum
Tasydid Ashli
Tasydid Hukum adalah
tasydid yang diberikan karena adanya HUKUM PERTEMUAN atau PELEBURAN antara
huruf/kata yang satu dengan huruf/kata berikutnya – berada di tengah ayat atau
pada saat washal – seperti tasydid yang ada di dalam hukum-hukum Idgham:
Idgham Bighunnah,
Idgham Bilaghunnah,
Idgham Mutajanisain,
Idgham Mutaqaribain,
Idgham Mutamatsilain,
Idgham Mitslain.
Di dalam suatu ayat
di Al-Quran – Tasydid Hukum dapat terjadi dalam suatu kata/kalimat dan dapat
pula terjadi pada kata/kalimat yang terpisah.
Tasydid Hukum
seringkali dianggap sebagai simbol atau penandaan yang tidak mesti ada di dalam
Al-Quran. Beberapa mushaf bahkan tidak menuliskan tanda Tasydid Hukum. Tapi
untuk Al-Quran standar Indonesia umumnya sudah ditulis.
Namun perlu
diketahui, perkembangan saat ini, sudah bermunculan penerbit-penerbit di
Indonesia yang mencetak Al-Quran yang berbeda dari umumnya, seperti berbeda
bentuk tanda harakat, tanda wakaf, dan tanda baca. Salah satunya adalah tidak
dituliskannya tanda Tasydid Hukum di dalam hukum-hukum Idgham.
Sementara Tasydid
Ashli adalah tasydid yang diberikan sesuai dengan asal-muasalnya, atau bukan
karena Hukum Pertemuan/Peleburan Huruf/Kata. Berada di dalam satu kata/kalimat.
Tasydid Ashli mesti
ada di dalam Al-Quran, berbeda dengan Tasydid Hukum, karena apabila Tasydid
Ashli tidak ditulis dapat menyebabkan kekeliruan yang sangat fatal.
Tasydid Ashli dapat
berarti DUA HURUF yang sama sifat dan mahrajnya yang berada dalam satu
kata/kalimat, dan DIJADIKAN SATU HURUF BERTASYDID; asal muasalnya adalah satu
huruf dalam keadaan sukun, dan satu lagi memiliki baris/harakat (dapat berupa
Fathah, Fathatain, Kasrah, Kasratain, Dhammah dan Dhammatain).
Perlu diketahui juga,
bahwa huruf-huruf yang memiliki Tasydid Ashli dapat mempengaruhi huruf di
belakang dan di depannya, sehingga terjadilah pertemuan hukum-hukum yang
beragam. Misalnya, pertemuan Mad Thobi’i dengan Ghunnah Musyaddadah yang
terjadi di dalam hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal.