Alif Lam Qamariah
atau sering disebut juga dengan Izhar Qamariah adalah salah satu bagian dari
hukum Alif Lam Ta’rif yang berlaku apabila huruf Alif-Lam ( ال ) bertemu dengan salah satu dari 14 Huruf Qamariah,
yaitu:
١،ب،ج،ح،خ،ع،غ،ف،ق،ك،م،و،ي،ه
Qamariah berasal dari
kata qamarun, artinya bulan. Secara filosofis, bulan adalah benda langit yang
dapat dilihat manusia secara jelas.
Cara membaca Hukum
Alif Lam Qamariah adalah jelas, tegas (tidak diidghamkan) atau tidak berdengung.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membaca Hukum Alif Lam
Qamariah.
1. Apabila terletak
di awal ayat atau Ibtida’ (memulai bacaan setelah waqaf/berhenti), huruf Alif
dibaca sebagaimana huruf berharakat Fathah, sekalipun di atas huruf Alif
tersebut tidak ditulis harakat Fathah. Sementara huruf Lam dibaca Sukun. Dan
secara otomatis huruf Alif-Lam akan dibaca “AL”.
2. Apabila terletak
di tengah ayat (washal di tengah ayat), huruf Alif tidak dibaca, dan huruf Lam
dibaca Sukun
Hamzah Washal pada
Hukum Alif Lam Qamariah
Sebagaimana telah
dijelaskan di dalam pengertian Hukum Alif Lam Ta’rif, huruf Hamzah Washal pada
Hukum Alif Lam Qamariah – diawal ayat atau di samping tanda waqaf – seringkali
dibantu dengan harakat Fathah. Namun, ada banyak pula ayat yang tidak
dituliskan harakat Fathah.
Perlu diketahui,
Mushaf Timur Tengah tidak mengharakati Hamzah Washal. Sedangkan mushaf standar
Indonesia, terkadang memberikan harakat Fathah pada Hamzah Washal, terkadang
tidak mengharakatinya sama sekali.
Ciri-ciri Alif Lam
Qamariah yang tidak diharakati Fathah, selalu diikuti dengan tanda waqaf Mamnu
(Lam-Alif) di atas Ra’su Ayat (di ujung ayat).
3. Jadi, berdasarkan
penjelasan di atas, cara membaca Hukum Alif Lam Qamariah selanjutnya, apabila
ingin mewashalkan ayat (menyambungkan antara ayat yang satu ke ayat
berikutnya); maka huruf Alif (Hamzah Washal) dianggap tidak ada, dan langsung
masuk ke huruf Lam Sukun. Dan perhatikan pula apakah terdapat Waqaf Mamnu’ di
sampingnya atau tidak.
Waqaf Mamnu’ ( ممنُوع ) adalah waqaf yang disimbolkan dengan huruf Lam-Alif
( ﻻ ), yaitu tanda
waqaf yang diberikan kepada pembaca Al-Quran agar JANGAN BERHENTI (WAQAF
TERLARANG). Apabila terpaksa harus berhenti di tanda waqaf ini, maka bacaan
harus dimundur. Cara membaca seperti ini berlaku apabila Waqaf Mamnu’ berada di
tengah ayat.
Namun, jika Waqaf
Mamnu’ berada di Ujung Ayat (Ra’su Ayat), dipersilahkan berhenti dan boleh juga
tidak, karena sebagian besar ahli tafsir Al-Quran menganggap membaca Al-Quran
satu ayat-satu ayat- dianggap sudah baik maknanya, bukan waqaf Qabih ( ﻗﺒﻴﺢ ) yang bermakna buruk.
Kecuali pada Surah Al
Maa’uun ayat 4, menurut sebagian besar Ahli Tafsir mesti disambung (washal) ke
Ayat 5, karena apabila terputus di ayat 4, maknanya kurang baik (Insya Allah
akan dijelaskan di pembagian Waqaf).
Hamzah Washal pada
hukum Alif Lam Qamariah pada Mushaf Timur Tengah ditandai dengan simbol Sakna
(kepada Huruf Shad di atas huruf Alif), sementara di Indonesia tidak ada
baris/harakat. Namun, pada kata Al-Maliku (Alif yang diwarna merah, lihat
contoh di bawah) pada mushaf Indonesia, untuk huruf Hamzah Washal-nya diberi
harakat Fathah.
Dari Contoh surah
Al-Hasyr ayat 23 di atas, salah satu ciri-ciri Alif Lam Qamariah ( ال ) yang diberi harakat Fathah pada mushaf standar
Indonesia, selalu diikuti dengan tanda Waqaf yang dianggap sudah sempurna atau
baik maknanya. Seperti Waqaf Jaiz yang disimbolkan huruf Jim ( ج ) pada surah Al-Hasyr di atas.
Waqaf Jaiz adalah tanda
waqaf yang diberikan agar pembaca Al-Quran sebaiknya berhenti, namun
diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
Bandingkan pula
dengan Waqaf Mamnu’ pada contoh Surat At-Takwir ayat 15-16 sebelumnya, tidak
ada harakat Fathah di atas Hamzah Washal.
Jika bacaan terpaksa
berhenti di Al-Muhamin karena kekurangan nafas, maka bacaan boleh diulang di
Al-Mu’min atau di As-Salaam. Sehingga bacaan dilanjutkan menjadi,
“Al-Mu’minul Muhaiminul Aziizul Jabbaarul Mutakabbir”.
Inilah yang dinamakan
dengan Ibtida’, yaitu memulai bacaan setelah waqaf. Dan menghidupkan Alif
Gundul (Hamzah Washal) di tengah Ayat.
4. Hal yang perlu
diperhatikan untuk membaca huruf Alif Lam Qamariah yang terakhir adalah apabila
Lam-Alif ( ال ) bertemu dengan
Tanwin (dapat berupa Fathatain, Kasrahtain, Dhammatain).
Cara membacanya yaitu
menggantikan tanwin menjadi harakat biasa (jika fathatain menjadi harakat
fathah, kasrahtain menjadi kasrah, dan dhammatain menjadi dhammah), sementara
Hamzah Washal, diganti menjadi suara huruf Nun berharakat Kasrah, atau dibaca
“NI”.
Mushaf standar
Indonesia sudah dibantu dengan huruf Nun kecil berharakat Kasrah dibawah Hamzah
Washal, atau disebut dengan huruf Nun Wiqayah, dan harus dibaca ‘Ni’. Fungsi
Nun Wiqayah adalah untuk menjaga agar Tanwin tidak hilang ketika bertemu dengan
Hamzah Washal.
Kesimpulan Penting:
Huruf Alif pada hukum
Alif Lam Qamariah disebut Hamzah Washal, ada juga yang menyebutnya dengan
istilah Alif Washal. Hamzah Washal adalah huruf hamzah secara pengucapan
dan berupa Alif secara tulisan.
Apabila terletak di
awal ayat atau ibtidah (memulai bacaan setelah waqaf), huruf Hamzah Washal pada
Hukum Alif Lam Qamariah akan selalu berharakat Fathah. Sedangkan jika terletak
di tengah atau pada saat washal (menyambungkan kata/kalimat), huruf Hamzah
Washal tidak dibaca.
Mushaf Standar
Indonesia pada Hukum Alim Lam Qamariah terkadang mengharakati Hamzah Washal dan
terkadang tidak mengharakatinya. Maka sebaiknya perhatikan benar-benar apabila
ingin mewashalkan kalimat (antara ayat satu ke ayat berikutnya).
Jika terdapat harakat
Fathah pada Hamzah Washal lebih baik berhenti di tanda waqaf.
Jika tidak ada
harakat Fathah di atas Hamzah Washal disamping Ra’su Ayat (di ujung ayat),
boleh berhenti atau meneruskan bacaan (washal). Umumnya di atas Ra’su Ayat
terdapat tanda Waqaf Mamnu ( ﻻ ), artinya boleh
berhenti atau meneruskan bacaan apabila di ujung ayat.
Jika terdapat Nun
Wiqayah dibawah Hamzah Washal, harus dibaca Ni. Nun Wiqayah adalah huruf
pengganti Tanwin yang hanya ada di mushaf standar Indonesia. Disimbolkan dengan
huruf Nun Kecil berharakat Kasrah yang diletakkan di bawah Hamzah Washal.
Jika sebelum Ra’su
Ayat terdapat huruf Berharakat Tanwin, dan setelahnya adalah Hamzah Washal.
Perhatikan, apakah ada huruf Nun Wiqayah atau tidak di bawah Hamzah Washal-nya.
Jika tidak ada, lebih baik berhenti di Tanda Waqaf untuk menghindari kekeliruan.