Mengkhawatirkan Gugurnya Pahala
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه،ُ ((يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ))، ((يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ
اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيباً))، ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً*يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً
عَظِيماً)). أما بعد :
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ
مُحْدَثاَتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Ibadallah,
Manakala beramal dengan berbagai jenisnya, seorang Muslim sangat berharap agar seluruh amalannya diterima oleh Allah
‘Azza wa Jalla.
Hal ini didorong oleh kesadarannya untuk menjadikan seluruh hidupnya di
dunia ini sebagai kesempatan memperbanyak kebaikan di sisi Allah
‘Azza wa Jalla.
Namun perlu diketahui, sesungguhnya limpahan pahala yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala janjikan hanyalah akan didapatkan bagi orang yang melakukan amalan dengan ikhlas dan berharap pahala dari-Nya
Subhanahu wa Ta’ala. Ibnul Qayyim
rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya setiap amalan memiliki motivasi dan tujuan.
Sebuah amalan tidaklah terhitung sebagai ketaatan kecuali jika didasari
dengan keimanan, yakni bukan hanya terdorong oleh sekedar rutinitas
(kebiasaan), hawa nafsu, atau mencari pujian semata. Motivasinya harus
iman dan tujuannya adalah menggapai ridha dan pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Karenanya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyandingkan keimanan dan harapan pahala dalam banyak hadits…..”.
Ibadallah,
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut. (Mereka menyadari bahwa) sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Rabb mereka.” (QS. al-Mukminun: 60).
Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat di atas, Aisyah
radhiyallahu ‘anha bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang minum khamer dan mencuri?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Tidak wahai puteri Abu Bakar ash-Shiddiq. Mereka itu adalah
yang melakukan ibadah shaum, shalat, dan bersedekah, namun mereka takut
jika amalan mereka tidak diterima oleh Allah
‘Azza wa Jalla . Mereka itu adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam segala kebaikan dan mereka selalu menjadi yang terdepan”.
Ketakutan mereka bukanlah terhadap janji Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang akan melimpahkan balasan pahala atas kebaikan amal ibadah mereka, tapi rasa kekhawatiran jika Allah
‘Azza wa Jalla
tidak menerima amal ibadah mereka manakala mereka melalaikan
syarat-syarat yang harus mereka penuhi agar menjadi amal yang shalih.
Mereka mengkhawatirkan gugurnya pahala amal mereka. Dan hal ini
merupakan bagian dari kesempurnaan iman yang mereka miliki. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka tidaklah merasa aman dari ancaman adzab Allah melainkan orang-orang yang merugi.” (QS. al-A`raf: 99).
Ibadallah,
Penggugur pahala amalan yang dimaksud dalam pembahasan tema ini
berlandaskan pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bahwa penggugur hakiki
yang dapat menghapus seluruh bagian iman dan amalan adalah yang
disebabkan oleh kekafiran, kesyirikan, kemurtadan dan kemunafikan.
Adapun penggugur yang dapat membatalkan sebagian amalan oleh sebab
kemaksiatan, atau berkurangnya balasan pahala, atau tertundanya manfaat
baik sebuah amalan pada waktu yang dibutuhkan adalah penggugur yang
bersifat relatif dan tidak sampai berakibat mengugurkan dasar keimanan.
Berikut ini adalah penggugur-penggugur amalan, di antaranya:
Pertama: Syirik Dan Riddah (Kemurtadan).
Keduanya jelas menjadi penghalang diterimanya sebuah amalan di hadapan Allah
‘Azza wa Jalla, sebaik dan seindah apapun amalan itu, karena Allah
‘Azza wa Jalla
membenci syirik dan kemurtadan serta tidak menerima segala jenis
kebaikan apapun dari mereka manakala mereka mati dalam kondisi demikian.
Tentang syirik, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada engkau -wahai Muhammad –
dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum engkau: “Jika kamu berbuat syirik
(kepada Allah ), niscaya akan gugur terhapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar: 65)
Dan tentang bahaya kemurtadan, Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ
فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ
وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang gugur sia-sia amalannya di
dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 217).
Kedua: Riya’
Yaitu seseorang beramal dan memperlihatkan amalannya kepada manusia,
mengharapkan suatu kebaikan duniawi bagi dirinya ketika mereka
melihatnya. Riya’ tergolong syirik kecil yang memiliki beragam jenis dan
bentuknya. Banyak sekali hadits yang menyatakan kekhawatiran Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap riya’ yang akan dialami oleh umatnya.
Ma`qil bin Yasar menuturkan sebuah kisah, “Aku pernah bersama Abu Bakar ash-Shidiq
radhiyallahu anhu pergi menuju Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata “Wahai Abu Bakar, pada kalian ada syirik yang lebih tersembunyi
daripada langkah seekor semut”. Abu Bakar bertanya, “Bukankah syirik
adalah seseorang telah menjadikan selain Allah sebagai sekutu
bagi-Nya?”… Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Allah, Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya
Subhanahu wa Ta’ala,
syirik (kecil) lebih tersembunyi daripada langkah seekor semut. Maukah
engkau aku tunjukkan sesuatu (doa) yang jika engkau mengucapkannya, maka
akan lenyaplah (syirik tersembunyi itu) baik sedikit maupun banyak?
Ucapkanlah:
الَلَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari perbuatan
kesyirikan terhadap-Mu dalam keadaan aku mengetahuinya, dan aku memohon
ampun kepada-Mu dari apapun yang aku tidak mengetahuinya). (HR.
Bukhari).
Ketiga: Mendatangi Dukun, Peramal Dan Sejenisnya.
Mempercayai omong kosong, penipuan dan kedustaan dukun dan paranormal
termasuk penyakit yang menjangkiti sebagian masyarakat. Dengan adanya
kemajuan teknologi, seseorang tanpa sadar telah mendatangi atau
membenarkan dukun (paranormal) meski tidak mendatangi tempat praktek
manusia-manusia itu. Pasalnya, berbagai media massa sering kali
menyediakan produk-produk mereka (para dukun) seperti zodiak (ramalan
bintang), primbon biro jodoh, ramalan pekerjaan dan keberuntungan,
transfer kekuatan jarak jauh dan penglaris dagangan, serta produk
perdukunan lainnya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah
mengecam siapapun yang mempercayai mereka dengan ancaman kekufuran,
atau dengan gugurnya pahala shalat akibat menanyakan sesuatu kepada
mereka sekalipun tidak mempercayainya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun dan mempercayai ucapannya,
maka sungguh dia telah kufur terhadap (syariat) yang diturunkan kepada
Muhammad.”
Dalam lafazh lain, Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
“Barangsiapa mendatangi peramal, kemudian dia bertanya kepadanya
tentang sesuatu maka tidaklah diterima shalatnya sepanjang empat puluh
hari.” (HR. Muslim).
Keempat: Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua, Mengungkit-Ungkit Sedekah Yang Diberikan, Mendustakan Takdir.
Pelaku tiga perbuatan ini diancam dengan gugurnya pahala amalan yang mereka kerjakan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا : عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ
“Ada tiga golongan manusia yang Allah tidak akan menerima dari mereka
amalan wajib (fardhu), dan tidak pula amalan sunnat (nafilah) mereka
pada hari Kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya,
seorang yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang
mendustakan takdir.”
Kelima: Bergembira Atas Terbunuhnya Seorang Mukmin
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membunuh seorang Mukmin dan berharap pembunuhannya, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima darinya amalan wajib (fardhu) maupun amalan sunnat (nafilah)”. (HR. Abu Dawud).
Keenam: Mengakui Selain Ayahnya Sebagai Orang Tuanya
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
mengakui selain ayahnya (sebagai orang tua nasabnya), atau mengakui
selain tuannya sebagai majikan pemiliknya karena membencinya, maka
baginya laknat Allah
Subhanahu wa Ta’ala, laknat para malaikat dan seluruh manusia, serta Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima amalan wajib maupun sunnahnya”.
Ketujuh: Melanggar Batasan-Batasan Keharaman Allah
Subhanahu wa Ta’ala Saat Sendirian
Hal ini mungkin salah satu di antara yang dilalaikan atau bahkan
diabaikan oleh banyak di kalangan kaum Muslimin. Mungkin karena mereka
belum tahu atau tidak mau tahu. Padahal berdampak pada gugurnya pahala
amalan. Sudah seharusnya kita waspada terhadapnya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh
aku mengetahui banyak di kalangan umatku yang akan datang pada hari
Kiamat nanti dengan berbekal kebaikan sebanyak gunung-gunung Tihamah,
namun Allah menjadikannya bagaikan debu yang beterbangan”. Tsauban
bertanya, “Wahai Rasulullah,, tunjukkan kepada kami sifat mereka”!
Jelaskan kepada kami siapa mereka, agar kami tidak menjadi seperti
mereka tanpa kami sadari”. Lantas Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya
mereka adalah saudara-saudara kalian, dari jenis kalian, mereka
melakukan shalat tahajud sebagaimana yang kalian lakukan, namun mereka
adalah orang-orang yang apabila berada dalam kesendirian, mereka
melanggar batasan keharaman-keharaman Allah (berbuat maksiat).
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى هُدَاكَ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ،
وَوَفِّقْنَا لِكُلِّ خَيْرٍ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
أَقُوْلْ هَذَا الْقَوْلَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
Kedelapan: Bersumpah Dengan Nama Allah
Subhanahu wa Ta’ala Dan Bersaksi Bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala Tidak Akan Mengampuni Seseorang.
Ibadallah,
Ketahuilah bahwa rahmat Allah
‘Azza wa Jalla sangat luas, menaungi siapapun yang Dia
Subhanahu wa Ta’ala kehendaki. Allah
Subhanahu wa Ta’ala Maha mengampuni dosa apapun selain syirik, sebagai gambaran betapa besar kebaikan dan limpahan karunia dari-Nya
Subhanahu wa Ta’ala. Maka, seseorang tidak berhak menghalang-halanginya dari siapapun. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ada seseorang yang berkata “Demi Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak mengampuni si Fulan”. Padahal Allah
Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, “Siapakah orangnya yang telah bersumpah atas nama-Ku (dan
bersaksi) bahwa Aku tidak memberikan ampunan kepada si Fulan?!.. Sungguh
Aku telah ampuni si Fulan itu dan Aku gugurkan amalmu”.(13)
Orang yang melakukan hal tersebut telah menyebabkan orang lain berputus asa dari rahmat Allah
Subhanahu wa Ta’ala,
dan semakin menjadikannya tenggelam dalam kemaksiatan. Maka, seorang
yang menjadi penyebab tertutupnya pintu kebaikan dan terbukanya pintu
keburukan berhak untuk digugurkan pahala amalannya oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala , sebagai balasan yang setimpal.
Kesembilan: Meninggalkan Shalat Ashar
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meninggalkan shalat ashar, maka telah gugur amalnya”. (HR. Bukhari).
Hadits ini memperingatkan kita agar selalu menjaga shalat lima waktu, khususnya shalat ashar.
Kesepuluh: Pecandu Khamer (Minuman Keras).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa minum khamer, tidak diterima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuninya. Jika dia mengulanginya, tidaklah diterima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuninya. Jika dia mengulanginya tidaklah diterima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuninya. Jika dia mengulangi lagi ke empat kalinya tidaklah Allah
Subhanahu wa Ta’ala menerima shalatnya empat puluh hari, jika dia bertaubat Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima taubatnya, dan kelak Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan memberikannya minum dari sungai khabal”. Wahai Abu ‘Abdirrahman, apa itu sungai khabal? Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sungai (berisi) nanah penduduk neraka”. (HR. Tirmidzi).
Kesebelas: Kedurhakaan Isteri Kepada Suaminya
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga
golongan manusia, shalat mereka tidak melampaui telinga mereka; budak
yang kabur dari majikannya sampai dia kembali, seorang isteri yang
melewati malam hari dalam keadaan suaminya murka kepadanya, seorang imam
bagi sekelompok kaum padahal mereka membencinya”. (HR. Tirmidzi).
Semoga Allah
‘Azza wa Jalla senantiasa menggugah hati kita untuk mewaspadai segala hal yang akan menggugurkan amalan kita atau mengurangi keberkahannya.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ وَفِّق جَمِيْعَ وُلَاةِ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِكُلِّ قَوْلٍ
سَدِيْدٍ وَعَمَلٍ رَشِيْدٍ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا
كُنَّا.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتَ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ