Kebahagiaan Mana Yang Ingin Anda Raih?
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ بَلَّغَ
الرِسَالَةَ وَأَدَّى الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي
اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اليَقِيْنُ، وَمَا تَرَكَ خَيْراً
إِلَّا دَلَّ الأُمَّةَ عَلَيْهِ وَلَا تَرَكَ شَرّاً إِلَّا حَذَّرَ
الْأُمَّةَ مِنْهُ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ:
مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ
وَيَرَاهُ. وَتَقْوَى اللهَ جَلَّ وَعَلَا: عَمَلٌ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى
نُوْرٍ مِنَ اللهِ رَجَاءَ ثَوَابَ اللهِ، وَتَرْكٌ لِمَعْصِيَةِ اللهِ
عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ خِيْفَةَ عَذَابِ اللهِ.
Ibadallah,
Sebagian orang berkata, ‘Hidup itu yang penting happy’. Dari situ
kemudian mereka berbuat semaunya. Mereka tidak peduli dengan segala
macam aturan. Mereka ingin hidup bahagia, tapi melakukan perbuatan
maksiat yang membahayakan dirinya di akhirat. Mereka tertipu dengan
kebahagiaan sesaat yang mereka rasakan di dunia ini, sehingga mereka
tetap berani dan tetap nekad melakukan perbuatan yang dilarang agama.
Memang, hidup bahagia merupakan dambaan setiap makhluk. Namun banyak
orang yang tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa kebahagiaan hakiki
adalah kebahagiaan akhirat.
Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ
الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main
dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.” (QS. al-Ankabut: 64).
Ketika menjelaskan maksud ayat ini, Imam Ibnu Katsir
rahimahullah mengatakan, “Allah
‘Azza wa Jalla
berfirman (dalam rangka) memberitakan betapa dunia itu hina, akan
hancur dan akan sirna (pada saat yang telah ditentukan). Dan dunia ini
tidak kekal, dan sekedar mendatangkan kelalaian dan bersifat permainan.
Dia berfirman, “dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan”, maksudnya (akhirat itu) adalah kehidupan yang kekal, yang
haq, yang tidak akan binasa dan tidak sirna. Kehidupan akhirat
berlangsung terus-menerus selama-lamanya. Firman-Nya (yang artinya,)
“kalau mereka mengetahui”, maksudnya, jika manusia tahu, maka sungguh
mereka akan lebih mengutamakan sesuatu yang bersifat baqa’ (kekal)
daripada yang fana (akan binasa).”
Oleh karena itu, agar tidak salah langkah, tujuan dan prioritas dalam
mengejar kebahagiaan yang kita inginkan, di sini akan khotib sampaikan
beberapa hal terkait kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pertama: Bahagia di dunia dan Akhita
Ibadallah,
Inilah puncak kebahagiaan. Inilah yang selalu dimohon oleh hamba-hamba Allah
‘Azza wa Jallayang shalih, sebagaimana tertuang dalam firman-Nya:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿٢٠١﴾ أُولَٰئِكَ لَهُمْ
نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا ۚ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, “Ya Rabb kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari
(amal) yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
(QS. al-Baqarah: 201-202).
Ini juga merupakan doa dan permohonan Nabi Musa
‘alaihissallam dan kaumnya yang shalih, sebagaimana yang Allah
‘Azza wa Jalla beritakan dalam kitab-Nya:
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ
(Mereka juga berdoa), “Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia
ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada-Mu”.
(QS. al-A’raf: 156).
Derajat tertinggi ini akan diraih oleh orang-orang yang bertakwa dan
berbuat ihsan, sebagaimana kita ketahui bahwa ihsan adalah derajat agama
yang tertinggi, berdasarkan kandungan hadits Jibril
‘alaihissallam. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ ۚ قَالُوا خَيْرًا
ۗ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۚ وَلَدَارُ
الْآخِرَةِ خَيْرٌ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah
diturunkan oleh Rabbmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan)
kebaikan”. Orang-orang yang berbuat ihsan (sebaik-baiknya) di dunia ini
mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS.
an-Nahl: 30).
Kedua: Sengsara di dunia dan bahagia di akhirat.
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Ada lagi orang yang meraih kebahagiaan di akhirat, walaupun di dunia
mendapatkan berbagai macam musibah dan ujian, bahkan kesusahan dan
kecelakaan. Jenis manusia ini diberitakan oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ
النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ
يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ
نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ
النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ
صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ
بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا
رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Pada hari Kiamat nanti akan didatangkan seorang penduduk
dunia yang paling banyak mendapatkan kenikmatan, namun dia termasuk
penduduk neraka. Lalu dia dimasukkan sebentar di dalam api neraka,
kemudian dia ditanya, “Hai anak Adam, pernahkah engkau melihat kebaikan?
Pernahkah engkau mendapatkan kenikmatan?” Maka dia menjawab, “Tidak,
demi Allah, wahai Rabbku”.
Selanjutnya, akan didatangkan seorang yang paling sengsara di dunia,
namun dia termasuk penduduk surga. Lalu dia dimasukkan sebentar ke dalam
surga, kemudian dia ditanya, “Hai anak Adam, pernahkah engkau melihat
kesengsaraan? Pernahkah engkau menderita kesusahan?” Maka dia menjawab,
“Tidak, demi Allah, wahai Rabbku. Aku tidak pernah mendapatkan
kesengsaraan sama sekali, dan aku tidak pernah melihat kesusahan sama
sekali”. (HR. Muslim dan lainnya).
Ketiga: Bahagia di dunia dan celaka di akhirat.
Ibadallah,
Hadits shahih dari Sahabat Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu
di atas juga menjelaskan adanya jenis manusia yang berbahagia –secara
lahiriyah- di dunia, namun di akhirat akan mengalami kesengsaraan yang
sangat berat. Kita lihat bahwa kebanyakan tokoh masyarakat yang berharta
dan berpangkat adalah penentang dakwah para rasul. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا
إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ ﴿٣٤﴾ وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ
أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ ﴿٣٥﴾قُلْ إِنَّ
رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi
peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk
menyampaikannya.” Dan mereka berkata, “Harta dan anak- anak kami lebih
banyak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan
diazab”.Katakanlah: “Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezki bagi siapa
yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya).
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui.” (QS. Saba’: 34-36).
Cobalah perhatikan, orang kafir di bawah ini, bagaimana dia
bergembira dan berbahagia di dunia, namun di akhirat dia mendapatkan
penderitaan yang tidak akan tertahan. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman :
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ ﴿١٠﴾ فَسَوْفَ يَدْعُو
ثُبُورًا ﴿١١﴾وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا ﴿١٢﴾ إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ
مَسْرُورًا ﴿١٣﴾ إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ
“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia
akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di
kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia menyangka
bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan
demikian), yang benar, sesungguhnya Rabbnya selalu melihatnya”. (QS.
al-Insyiqaq: 10-15).
Lihatlah tokoh-tokoh kafir zaman dahulu dan sekarang. Lihatlah
Firaun, Haman, Qorun, dan lainnya. Janganlah kita tidak silau dengan
kebahagiaan mereka yang bersifat sementara, tidak terperangah dengan
limpahan harta yang mereka miliki, karena tempat kembali orang-orang
kafir adalah neraka.
Oleh karena itu, jangan sampai seseorang bercita-cita meraih
kebahagiaan di dunia saja. Karena dunia itu bersifat sementara, akan
hancur dan sangat hina di sisi Allah
‘Azza wa Jalla. Sesungguhnya Allah
‘Azza wa Jallamencela orang-orang yang berdoa dan memohon kepada-Nya hanya untuk mendapatkan kebaikan dunia. Allah
‘Azza wa Jallaberfirman:
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
Maka di antara manusia ada orang yang berdoa, “Ya Rabb kami, berilah
kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bagian (yang
menyenangkan) di akhirat. (QS. al-Baqarah: 200).
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ،
وَنَفَعْنَا بِهَدْيِ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَقَوْلُهُ القَوِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتِ، لَهُ الْحَمْدُ أَمَرَ
بِالفْضَائِلِ وَالصَّالِحَاتِ، وَنَهَى عَنِ الْبَغْيِ وَالعُدْوَانِ
وَالرَّذَائِلِ وَالْمُنْكَرَاتِ، أَحْمَدُ رَبِّي عَلَى نِعَمِهِ
الظَاهِرَاتِ وَالْبَاطِنَةِ الَّتِي أَسْبَغَهَا عَلَيْنَا وَعَلَى
المَخْلُقَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ إِلَهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ
شَيْءٌ مِنَ الأَقْوَالِ وَالأَفْعَالِ وَالإِرَدَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَعَثَ اللهُ
بِالْبَيِّنَاتِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ السَّابِقِيْنَ إِلَى
الخَيْرَاتِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَاتَّقُوْا اللهَ –عَزَّوَجَلَّ- وَأَطِيْعُوْهُ، وَكُوْنُوْا دَائِمًا
عَلَى حَذْرٍ وَخَوْفٍ مِنَ المَعَاصِي، فَإِنَّ بَطْشَ اللهُ شَدِيْدٌ.
Keempat: Celaka di dunia dan celaka di akhirat.
Ibdallah,
Jenis manusia terakhir, adalah orang yang celaka di dunia dan akhirat.
Nas`alullah as-salamah wal ‘afiyah.
Orang yang tidak memahami dan jauh dari ajaran Islam yang benar dan
jauh dari kemudahan rezeki di dunia, hidup sengsara, namun anehnya ia
memiliki cita-cita dan keinginan yang sangat buruk (seperti berbuat
maksiat atau merusak bila memiliki kekayaan).
Sesungguhnya keempat jenis manusia ini dijelaskan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sabda beliau sebagai berikut:
وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ: قَالَ إِنَّمَا الدُّنْيَا
لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ:عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ
يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ
حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا
وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ
لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا
سَوَاءٌ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا
فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ
وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا
بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا
عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ
فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
Dan aku akan menyampaikan satu perkataan kepada kamu, maka hafalkanlah! Beliau bersabda: Sesungguhnya dunia itu untuk 4 orang:
- Hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa harta (dari jalan
yang halal) dan ilmu (agama Islam), kemudian dia bertakwa kepada Rabbnya
pada rezeki itu (harta dan ilmu), dia berbuat baik kepada kerabatnya
dengan rezekinya, dan dia mengetahui hak bagi Allah padanya. Hamba ini
berada pada kedudukan yang paling utama (di sisi Allah).
- Hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa ilmu, namun Dia
(Allah) tidak memberikan rezeki berupa harta. Dia memiliki niat yang
baik. Dia mengatakan, “Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat
(baik) seperti perbuatan si Fulan (orang pertama yang melakukan kebaikan
itu)”. Maka dia (dibalas) dengan niatnya (yang baik), pahala keduanya
(orang pertama dan kedua) sama.
- Hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa harta, namun Dia
(Allah) tidak memberikan rezeki kepadanya berupa ilmu, kemudian dia
berbuat sembarangan dengan hartanya dengan tanpa ilmu. Dia tidak
bertakwa kepada Rabbnya padanya, dia tidak berbuat baik kepada
kerabatnya dengan hartanya, dan dia tidak mengetahui hak bagi Allah
padanya. Jadilah hamba ini berada pada kedudukan yang paling buruk (di
sisi Allah).
- Hamba yang Allah tidak memberikan rezeki kepadanya berupa harta dan
ilmu, kemudian dia mengatakan: “Seandainya memiliki harta, aku akan
berbuat seperti perbuatan si Fulan (dengan orang ketiga yang melakukan
keburukan itu)”. Maka dia (dibalas) dengan niatnya, dosa keduanya
sama.(2)
Inilah berbagai jenis kebahagiaan yang ada, jangan sampai kita salah
langkah dalam memilih dan menggapai hakekat kebahagiaan. Karena
sesungguhnya orang yang berakal akan lebih mengutamakan akhirat yang
kekal abadi ketimbang kenikmatan duniawi yang fana. Hanya Allah yang
memberikan taufik. Wallahu a’lam…
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَآمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ
أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا
لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari di majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIV/1431H/2010).