Keutamaan Bersyukur dan Pahala Bagi Orang-Orang Yang Bersyukur
Khutbah Pertama :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْعَلِيُّ الكَبِيْرُ،
اَلعَلِيْمُ القَدِيْرُ، أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ
الظَّاهِرَةِ وَالبَاطِنَةِ، وَأَسْأَلُهُ دَوَامَ الشُّكْرِ عَلَى
نِعَمِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ إِلَيْهِ المَصِيْرُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ اَلبَشِيْرُ
النَّذِيْرُ، وَالسِّرَاجُ المُنِيْرُ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
اَلَّذِيْنَ جَاهَدُوْا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ لِنُصْرَةِ دِيْنِ
اللهِ حَتَّى أَشْرَقَتِ الأَرْضُ بِالهُدَى وَالنُّوْرِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَاتَّقُوْا اللهَ تَبْلُغُوْا رِضْوَانَهُ وَجَنَّاتَهُ، وَتَنْجُوْ مِنْ غَضَبِهِ وَعُقُوْبَاتِهِ.
Ibadallah,
Sesungguhnya Rab kalian yang Maha Mulia mengingatkan kalian dengan
nikmat-nikmat yang umum dan yang khusus agar kalian bersyukur kepadaNya.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ
خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ
إِلا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan
bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari
ketauhidan)?” (QS. Fathir: 3).
Allah juga berfirman,
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ
بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٧)
“Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah
diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan Kami
taati”. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi
hati(mu).” (QS. Al-Maidah: 7).
Dan firman-Nya,
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الأرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS. Luqman: 20).
Dan Allah mengabarkan kepada kita bahwasanya seluruh karunia berasal dari-Nya agar kita menunaikan hak Allah
Ta’ala dalam beribadah dan bersyukur. Dan kita berharap tambahan kepada-Nya. Allah berfirman,
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS.
An-Nisaa: 79).
Maka kebaikan-kebaikan yang dirasakan oleh manusia semuanya adalah
semata-mata karunia dari-Nya dan kasih sayang dari segala sisi. Dan
keburukan-keburukan dikarenakan oleh manusia dan Allah telah menetapkan
dan mentaqdirkannya, dan Allah tidaklah zalim sedikit pun kepada siapa
pun.
Orang-orang mengenal banyak kenikmatan, akan tetapi lupa akan
mayoritas kenikmatan, sungguh betapa sering kenikmatan Allah giringkan
kepadamu –wahai manusia- manjadikanmu menikmatinya sementara engkau
tidak menyadarinya. Betapa banyak keburukan dan musibah yang Allah tolak
darimu sementara engkau tidak menyadarinya.
Allah berfirman tentang penjagaan manusia:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah.” (QS. Ar-Ra’du: 11).
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berfikir.” (QS. Al-Jaatsiyah: 13).
Dan banyak dari anggota badan yang bergerak dengan sendirinya –diluar
kesadaran manusia- untuk kemanfaatan badan dan berlangsungnya kehidupan
badan. Allah berfirman,
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ (٢١)
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Ad-Dzaariyat: 21).
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).
Barangsiapa yang tidak mampu menghitung nikmat Allah maka tentu ia tidak tahu mayoritas karunia-Nya.
Allah memberi karunia kepada kita untuk kita gunakan dalam
menjalankan ketaatan-Nya dan beribadah kepada-Nya, untuk memakmurkan
dunia dan memperbaikinya. Allah berfirman,
كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
“Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. An-Nahl: 81).
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ (٧٨)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.” (QS An-Nahl: 78).
Maka bersyukur atas karunia adalah dengan mengumpulkan beberapa perkara:
Pertama: Dengan mencintai Sang Pemberi Karunia atas karunia-Nya.
Kedua: Tunduk kepada Allah yang maha suci atas karunia-Nya, disertai
keyakinan hati bahwasanya seluruh nikmat adalah semata-mata karunia dan
pemberian Allah dalam segala hal, sang hamba asalnya tidak punya hak
atas nikmat tersebut.
Ketiga: Memuji Rab dengan lisan atas karunia-karunia tersebut.
Keempat: Menerima karunia tersebut dengan menunjukkan kemiskinan dan kefaqiran kepada Allah.
Kelima: Mengagungkan karunia tersebut dan menggunakannya pada perkara yang dicintai oleh Allah.
Barangsiapa yang menggunakan karunia Allah pada perkara yang dicintai
oleh Allah dan diridhainya serta menjadikannya sarana untuk menegakan
agama pada dirinya, menjalankan kewajiban-kewajiban yang diwajibkan
kepadanya, dengan berbuat baik kepada makhluk Allah maka ia telah
mensyukuri karunia tersebut. Dan barangsiapa yang menggunakan karunia
Allah pada perkara yang dibenci oleh Allah atau menghalangi hak-hak yang
wajib pada karunia tersebut maka ia telah kufur nikmat (mengingkari
nikmat).
Ummul Mukminin Asiyah
radhiallahu ‘anha menulis kepada Mu’awiyah
radhiallahu ‘anhu:
إِنَّ أَقَلَّ مَا يَجِبُ لِلْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَنْعَمَ عَلَيْهِ
أَلَّا يَجْعَلْ مَا اَنْعَمَ عَلَيْهِ سَبِيْلاً إِلَى مَعْصِيَتِهِ
“Sesungguhnya minimal yang wajib atas orang yang mendapat karunia
kepada Sang Pemberi karunia adalah tidak menjadikan karunia tersebut
jalan untuk bermaksiat kepada-Nya.”
Keenam: Hendaknya nikmat tersebut tidak menjadikannya sombong dan
tertipu, dan syaitan membisikannya bahwa ia lebih baik dari orang lain
karena nikmat tersebut, dan ia tidaklah terkhususkan dengan nikmat
tersebut kecuali karena ia memiliki keistimewaan dibandingkan yang
lainnya.
Hendaknya ia mengetahui bahwasanya Allah menguji dengan kebaikan dan
keburukan agar Allah mengetahui orang-orang yang bersyukur dan
orang-orang yang bersabar. Dan keimanan setengahnya adalah bersyukur dan
setengahnya lagi bersabar. Allah berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَةِ اللَّهِ
لِيُرِيَكُمْ مِنْ آيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ (٣١)
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di
laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian
dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi
banyak bersyukur.” (QS. Luqman: 31).
Dan diatas manzilah bersyukur atas nikmat adalah bersyukur karena
musibah dan keburukan, serta memuji Allah atas perkara-perkara yang
dibenci yang menimpa seorang muslim. Dan para pemilik manzilah ini
adalah orang yang pertama kali dipanggil untuk masuk ke surga, karena
mereka senantiasa memuji Allah dalam segala kondisi.
Allah telah memerintahkan kita untuk bersyukur, Allah berfirman,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (١٥٢)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152).
وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٦)
“Tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maidah: 6).
وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (١١٤)
“Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An-Nahl: 114).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ
“Cintailah Allah karena nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kalian” (HR. At-Tirmidzi).
Bentuk syukur yang terbesar adalah beriman kepada Rabbul ‘alamin, dan
ia adalah bentuk bersyukur atas nikmat risalah Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang diutus sebagai rahmat terhadap seluruh manusia. Dan setelahnya
adalah bersyukur atas tiap-tiap kenikmatan masing-masing, bahkan
terhadap kenikmatan yang terkecil, meskipun tidak ada kenikmatan Allah
yang kecil.
Dan bentuk kekufuran yang terbesar adalah kufur kepada Alquran dan
sunnah, maka tidak ada faedahnya bersyukur atas kenikmatan apapun jika
dibarengi dengan kekufuran terhadap Islam. Allah berfirman,
وَمَنْ يَكْفُرْ بِالإيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٥)
“Barangsiapa yang kafir terhadap keimanan maka hapuslah amalannya dan
ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Maidah: 5).
Dan Allah telah manjanjikan bagi orang-orang yang bersyukur
berkesinambungannya kenikmatan, bertambahnya dan keberkahannya. Allah
berfirman,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (٧)
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Dan orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang meraih kemenangan dengan kebaikan dunia dan akhirat. Allah berfirman,
وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ
الآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (١٤٥)
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 145).
Orang-orang yang bersyukur merekalah yang selamat dari hukuman di
dunia, keburukan-keburukan di dunia dan selamat dari penderitaan di
akhirat. Allah berfirman tentang kaum Nabi Luth
‘alaihissalam:
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلا آلَ لُوطٍ نَجَّيْنَاهُمْ
بِسَحَرٍ (٣٤)نِعْمَةً مِنْ عِنْدِنَا كَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ شَكَرَ (٣٥)
“Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang
membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. mereka
Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari kami.
Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Al-Qamar: 34-35).
Dan bersyukur merupakan kedudukan para Nabi, para Rasul, dan hamba-hamba Allah yang beriman. Allah berfirman tentang Nabi Nuh
‘alaihissalam:
إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا (٣)
“Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS. Al-Isra': 3).
Allah berfirman,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٢٠)شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (١٢١)
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah Dia
termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang
mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya
kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nahl: 120-121).
Allah berfirman,
يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاتِي وَبِكَلامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (١٤٤)
“Hai Musa, sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia
yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara
langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku
berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang
bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 144).
Aisyah
radhiallahu ‘anha berkata,
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat malam hingga
kedua kakinya pecah-pecah”. Maka Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah
engkau sholat malam hingga kedua kakimu pecah-pecah padahal Allah telah
mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang?”. Maka
Nabi berkata, “Mengapa tidakkah lebih baik aku menjadi hamba yang
bersyukur?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Maka orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang Allah
khususkan kepada mereka kenikmatan yang tidak diberikan kepada selain
mereka. Allah berfirman,
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ
بِالشَّاكِرِينَ (٥٣)
“Dan Demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya)
dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang
Kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang
diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah
lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?” (QS.
Al-An’am: 53).
Dan orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang khusus di sisi Allah, oleh karenanya mereka sedikit. Allah berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ (١٣)
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (QS. Saba': 13).
Wahai orang yang bersyukur, tetaplah terus bersyukur dan istiqomah,
barangsiapa yang benar bersama Allah maka Allah akan memenuhi janji-Nya.
Allah berfirman,
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ (٤٠)
“Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya aku penuhi janji-Ku
kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS.
Al-Baqarah: 40).
Jangan sampai engkau ditutup oleh setan –wahai hamba yang bersyukur-
sehingga engkaupun kurang dalam bersyukur atau kau merubah bersyukur
menjadi kufur terhadap nikmat, kondisi juga akan berubah kepadamu dari
kebaikan menjadi keburukan dan kejelekan. Allah berfirman,
سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ وَمَنْ
يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ
شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢١١)
“Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda
(kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka”. dan
Barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu
kepadanya, Maka Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.
Al-Baqarah: 211).
Barangsiapa yang senantiasa bersyukur maka Allah akan menambahkan
kenikmatan baginya, dan barangsiapa yang berpindah dari kemaksiatan
menuju keridoan Allah maka akan berubah kondisinya dari hal yang
dibencinya kepada hal yang disukainya. Barangsiapa yang mentaati Allah
dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan maka Allah akan mengatur
urusannya dan memberi taufiq kepadanya dan membaguskan kesudahannya
dalam segala perkara. Dari Anas
radhiallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Jibril dari Allah berfirman:
“Barangsiapa yang merendahkan wali-Ku maka ia telah mengumandangkan
perang dengan-Ku. Dan Aku tidaklah bimbang terhadap perkara yang hendak
Aku lakukan sebagaimana kebimbangan-Ku dalam mencabut nyawa seorang
mukmin. Ia benci kematian sementara aku tidak ingin melakukan sesuatu
yang ia tidak sukai, padahal ia harus meninggal.
Dan sesungguhnya diantara hamba-hamba-Ku yang beriman ada yang
menghendaki sebuah pintu dari ibadah, maka Aku pun menahannya agar ia
tidak dimasuki oleh ujub yang akhirnya merusak amalannya. Tidaklah
hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku sebagaimana ia menunaikan apa
yang Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan dirinya
dengan yang sunnah-sunnah hingga Aku mencintainya. Barangsiapa yang Aku
mencintainya maka aku baginya menjadi pendengaran, penglihatan, tangan,
dan penolong. Ia berdoa kepada-Ku maka Aku kabulkan, ia meminta
kepada-Ku maka aku berikan. Ia telah berbuat kebaikan demi Aku maka Aku
memberikannya kebaikan.
Dan diantara hamba-hamba-Ku ada yang tidak baik keimanannya kecuali
disertai kekayaan. Kalau Aku menjadikannya miskin, maka hal itu akan
merusaknya. Dan diantara hamba-hamba-Ku ada yang imannya tidak baik
kecuali dengan kemiskinan. Kalau Aku lapangkan hartanya, maka akan
merusaknya. Dan di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak baik keimanannya
kecuali dengan sakit, kalau Aku menyehatkannya maka akan merusaknya.
Dan diantara hamba-hambaKu ada yang tidak baik keimanannya kecuali
dengan kesehatan, kalau Aku menjadikannya sakit maka akan merusaknya.
Aku mengatur hamba-hamba-Ku dengan ilmu-Ku tentang apa yang ada di
hati-hati mereka, sesungguhnya Aku maha mengetahui lagi maha mengenal”
(HR Ath-Thabrani, dan sebagian lafalnya memiliki syawahid dalam riwayat
yang shahih).
Maka hendaknya engkau –wahai hamba Allah- bersama orang-orang yang bersyukur yang Allah mencurahkan kebaikan kepada mereka.
Al-Imam Ibnul Qoyyim
rahimahullah menyebutkan sebuah atsar ilahi:
Allah berfirman: Orang yang mengingat-Ku orang yang bermujalasah
dengan-Ku, orang yang bersyukur kepada-Ku adalah orang yang mendapatkan
tambahan-Ku, orang yang taat kepada-Ku adalah orang yang mendapatkan
kemuliaan-Ku, dan para pelaku maksiat tidaklah Aku menjadikan mereka
putus asa dari rahmat-Ku jika mereka bertaubat, maka Aku kekasih mereka,
dan jika mereka tidak bertaubat maka Aku menjadi Tabib mereka, Aku
menguji mereka dengan musibah-musibah untuk mensucikan mereka dari
kesalahan-kesalahan.”
Dan sungguh Allah telah memerintahkanmu untuk termasuk mereka yang beruntung, Allah berfirman,
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (٦٦)
“Karena itu, Maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az-Zumar: 66).
Allah telah menyebutkan kenikmatan-kenikmatan secara khusus dalam
kitab-Nya karena manfaatnya dan karena keberkahannya bagi umat hingga
hari kiamat.
Dan diantara washiat Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bermanfaat adalah sabda beliau:
“Wahai Mu’aadz sesungguhnya aku mencintaimu, maka hendaknya di setiap dubur (akhir) setiap sholat engkau berkata:
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah tolonglah aku untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan
baik dalam beribadah kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa-i).
Dan al-Hamdu dan asy-Syukru saling bercampur makna keduanya disamping
masing-masing memiliki makna detail yang khusus. Dan setiap waktu Allah
memiliki nikmat-nikmat yang khusus dan umum. Dan bersatunya umat
merupakan karunia bagi umat dan kekuatan bagi agama Allah dan penjagaan
bagi teraturnya kemaslahatan dunia.
Dan membaiat Pelayan Dua Kota Suci, Raja Salman bin Abdil Aziz
hafizahullah, yang telah dilakukan baru saja dan baiat terhadap wakilnya Pangeran Muqrin bin Abdil Aziz
hafizahullah, dan baiat kepada wakil dari wakil Raja yaitu Pangeran Muhammad bin Nayif
hafizahullah
akan merealisasikan manfaat-manfaat, maslahat-maslahat,
keuntungan-keuntungan agama dan duniawi bagi negeri dan penduduknya,
serta terpenuhinya banyak kebaikan dan hilangnya makar dan kejahatan
syaitan terhadap negeri ini. Sebagaimana telah berlaku baiat-baiat
sebelumnya. Allah mengingatkan kita untuk bersatu dan melarang kita dari
perselisihan. Allah berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103).
Dan ini adalah baiat dari Ahlu Al-Hil wa Al-Aqd dari kalangan para
pangeran/pemimpin dan para ulama serta para pemuka merupakan kelaziman
–secara syar’i- bagi yang hadir maupun yang tidak hadir. Dan seluruh
pemduduk wajib terkena baiat, barangsiapa yang memandang bahwa baiat
tersebut tidak wajib baginya maka ia adalah seorang mubtadi’ dan ia
tidak memberi kemudharatan kecuali hanya kepada dirinya sendiri. Allah
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Mensyukuri nikmat manfaat-manfaatnya bagi orang yang bersyukur baik
di dunia maupun akhirat. Lalai dari bersyukur mendatangkan kemudorotan
bagi yang lalai itu sendiri. Allah berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢)
“Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur,
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ،
وَنَفَعْنَا بِهَدْيِ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَقَوْلِهِ القَوِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ إِلَى الخَيْرَاتِ،
وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ بِعَدْلِهِ وَحِكْمَتِهِ فَاتَّبَعَ الشَهَوَاتِ،
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ
الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ كعبةُ المَكْرُمَاتِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ ذَوِيْ الطَّعَاتِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَاتَّقُوْا اللهَ قِيَامًا بِشُكْرِهِ، وَاذْكُرُوْهُ حَقَّ ذِكْرِهِ.
Ibadallah,
Allah
Ta’ala berfirman,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى
لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلا تَزِرُ
وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ
الصُّدُورِ (٧)
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu
dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu
bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada
Tuhanmulah kembalimu, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam
(dada)mu.” (QS. A-Zumar: 7).
Ketahuilah bahwasanya seorang hamba bagaimanapun ia berusaha untuk
taat kepada Rabnya dan mendekatkan dirinya kepada Allah dengan berbagai
ibadah, maka ia tidak akan bisa menegakkan rasa syukur kepada Rabnya
dengan sempurna. Akan tetapi cukup baginya untuk mengerjakan yang
wajib-wajib dan tidak malakukan perkara-perkara yang dilarang. Hendaknya
ia mengetahui kalau bukan karena rahmat Allah, maka ia termasuk
orang-orang yang merugi. Hendaknya ia selalu beristighfar dari
kekurangan, dan memperbanyak doa kepada Rabnya agar ditolong dan diberi
taufik.
Dari Ibnu ‘Abbas
radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:
رَبِّ اجْعَلْنِي لَكَ شَكَّارًا، لَكَ ذَكَّارًا، لَكَ رَهَّابًا، لَكَ
مِطْوَاعًا، لَكَ مُخْبِتًا، إِلَيْكَ أَوَّاهًا مُنِيبًا، رَبِّ تَقَبَّلْ
تَوْبَتِي، وَاغْسِلْ حَوْبَتِي، وَأَجِبْ دَعْوَتِي، وَثَبِّتْ حُجَّتِي،
وَسَدِّدْ لِسَانِي، وَاهْدِ قَلْبِي، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ صَدْرِي
“Wahai Rabku jadikanlah aku hamba yang selalu bersyukur kepada-Mu,
selalu berdzikir kepadamu, selalu takut kepada-Mu, selalu taat
kepada-Mu, selalu menghiba kepada-Mu, selalu kembali kepada-Mu. Wahai
Rabku, terimalah taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkanlah doaku,
kokohkanlah hujjahku, luruskanlah lisanku, tunjukilah hatiku, dan
bersihkanlah dadaku dari penyakit-penyakit.” (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi).
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)).
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ. اَللَّهُمَّ احْمِ
حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي
أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ
وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ
الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
للَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَتُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْحَمْ
مَوْتَانَا وَمَوْتَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاشْفِ مَرْضَانَا
وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ فَرِجّْ هُمُ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ
المُسْلِمِيْنَ وَفَرِّجْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ
عَنِ المَدِيْنِيْنَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا
قَيُّوْمُ أَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ. { رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ }.{ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }.
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Asy-Syaikh Ali bin Abdirrahman Al-Hudzaifi (Imam dan Khotib Masjid Nabawi)
Oleh Abu Abdil Muhsin Firanda