Menggapai Kejayaan Umat
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} ,
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا }
أَمَّا بَعْدُ…
فَإِنَّ خَيْرَ الكَلَامِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ رَسُوْلِ
اللهِ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Kaum muslimin
rahimakumullah,
Sesungguhnya umat Islam pada hari ini berada dalam keadaan lemah,
sangat lemah. Kita dengar darah mengalir, luka-luka menganga, rumah
dihancurkan, orang-orang mengungsi, anak-anak menjadi yatim,
wanita-wanita menjadi janda, semua itu terjadi pada kita kaum muslimin.
Kita menjadi umat yang lemah, diremehkan, dan tertinggal. Musuh-musuh
Islam dari kalangan orang-orang kafir mencengkeram kita dan mengucurkan
darah kita. Mereka menodai kehormatan wanita-wanita muslimah dan
menghancurkan rumah-rumah kaum muslimin.
Keadaan ini adalah musibah yang besar. Umat ini berada dalam kondisi
sakit parah dan perlu segera diberikan solusi secara khusus agar menjadi
obat mujarab yang menyembuhkan mereka.
Ibadallah,
Orang-orang berbeda pendapat tentang bagaiamana pengobatan yang harus
ditempuh. Ketika berbeda pendapat dan berselisih kita diperintahkan
agar mengembalikan perselisihan tersebut kepada Kitabullah dan sunnah
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59).
Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (QS. Asy-Syura: 10).
Ibdallah,
Sebagian kelompok ada yang mengatakan, “Sesungguhnya sebab kelemahan
umat Islam adalah karena mereka dikuasai oleh orang-orang kafir. Kalau
orang-orang kafir ini tidak menguasai kaum muslimin, niscaya umat Islam
akan menjadi kuat”.
Kemudian mereka membuat formula sebagai solusinya. Mereka mengatakan,
“Oleh karena itu, umat Islam harus sibuk mempelajari
konspirasi-konspirasi dan tipu daya orang-orang kafir”. Kemudian
kelompok ini pun disibukkan dengan permasalahan politik atau hal yang
serupa dengannya.
Kelompok yang lain mengatakan, “Sebab lemahnya kaum muslimin karena
mereka dikuasai oleh pemimpin-pemimpin yang zalim”. Maka mereka
menjadikan hal ini sebagai isu utama untuk mengentaskan masalah
kelemahan umat.
Yang lain lagi menyatakan, “Sebab lemahnya kaum muslimin adalah
karena mereka meninggalkan jihad. Sekiranya kita kembali berjihad,
niscaya kita akan menjadi kuat. Dan kita hadapi saja mereka”.
Ada lagi yang menyatakan, “Lemahnya kaum muslimin dikarenakan mereka
berpecah belah. Sekiranya mereka bersatu, mereka layaknya menjadi tangan
yang satu yang memberikan kekuatan yang utuh yang mampu mengalahkan
musuh-musuh mereka”.
Tidak diragukan lagi, sebab-sebab ini adalah hal yang menjadikan umat
Islam lemah. Namun, hal ini bukanlah penyebab inti dan utama.
Kaum muslimin
rahimakumullah,
Perhatikanlah hal berikut ini:
Pertama: Orang yang mengatakan “Sebab lemahnya kaum muslimin karena kuatnya musuh mereka”. Telah dibantah oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala
dalam Alquran. Dia menjelaskan seandainya kita berpegang teguh dengan
agama kita, maka kekuatan musuh itu tidak akan memiliki dampak bahaya
pada kaum muslimin. Jika umat ini berpegang teguh pada ajarannya, Allah
akan menguatkan umat ini dengan sebab-sebab yang dinalar oleh akal.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (QS. Ali Imran: 120).
Kedua: Mereka yang mengatakan “Sebab lemahnya kaum
muslimin karena penguasa-penguasanya zalim”. Kita katakan, Allah telah
menjelaskan dalam Alquran bahwa penguasa itu satu tipe dengan rakyatnya.
Jika rakyatnya adalah orang-orang yang zalim, maka Allah akan
menjadikan penguasa mereka dari kalangan orang-orang zalim itu sendiri.
Dia berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu
menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan.” (QS: Al-An’am: 129).
Ketiga: Mereka yang mengatakan “Sebab lemahnya umat
Islam karena mereka berpecah belah”. Lalu mereka berpendapat, solusinya
adalah mempersatukan umat ini walaupun akidahnya berbeda-beda. Allah
Ta’ala menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi dicela dengan persatuan seperti ini. Dia berfirman,
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى
“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.” (QS. Al-Hasyr: 14).
Keempat: Adapun bagi mereka yang menyatakan bahwa
sebab lemahnya umat Islam ini karena meninggalkan jihad, maka kita
katakan Allah telah membantah pendapat mereka dengan menuntunkan untuk
tidak berjihad saat sedang dalam kondisi lemah. Ketika mereka tidak
mampu menghadapi musuh, tapi mereka malah memaksa berperang, maka mereka
malah mendapat dosa. Karena peperangan akan memperparah keadaan dan
kelemahan. Tidak mesti selalu, meninggalkan jihad adalah sebab lemahnya
umat Islam.
Jika demikian –kaum muslimin
rahimakumullah- apa yang
menjadi penyebab lemahnya umat Islam? Bagaimana kita bisa menjadi kuat
sebagaimana umat Islam terdahulu kuat di masa Khulafa-ur Rasyidin? Dan
juga umat Islam terdahulu dengan kerajaan-kerajaan mereka, kuat dalam
masa ratusan tahun lamanya.
Jawabannya adalah Allah yang Maha Bijaksana telah menjelaskan kepada
kita secara gamblang bahwa kelemahan kita saat ini dikarenakan dosa yang
telah kita lakukan.
Sesungguhnya maraknya kemaksiatan dan dosa di tengah-tengah kaum muslimin adalah sebab lemahnya mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ
أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada
musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya
(kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran:
165).
Dia juga berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41).
Firman-Nya juga,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu
menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan.” (QS: Al-An’am: 129).
Dan firman-Nya,
وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا
“dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak
karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi
manfaat kepadamu sedikit pun.” (QS. At-Taubah: 25).
Subhanallah! Perbuatan dosa adalah sebab yang mengacaukan barsan kaum
muslimin di Perang Hunain, padahal jumlah mereka saat itu banyak dan
keadaan mereka superior atas musuhnya.
Kaum muslimin
rahimakumullah,
Renungkanlah keadaan ini dan bandingkanlah dengna keadaan kita saat
ini. Betapa banyak syirik besar menyebar di masyarakat kita dan di
negeri-negeri kaum muslimin. Betapa banyak kita saksikan makam dan
kuburan yang diagungkan dan disembah selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Baru-baru ini terjadi di salah satu negeri Islam, pada hari maulid
Nabi, mereka berkumpul di makam orang yang mereka sebut sebagai orang
shaleh atau wali. Kemudian mereka menyembelih 3000 hewan sembelihan
untuk penghuni makam tersebut. Setelah itu mereka meminta-minta kepada
penghuni makam. Mereka telah menyekutukan Allah
‘Azza wa Jalla. Mereka telah berbuat maksiat kepada Allah dengan kemaksiatan terbesar yakni syirik akbar. Allah
Subhanahu wa Ta’ala sangat murka dengan perbuatan yang demikian. Dia berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48).
Dan firman-Nya,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS.
Al-Maidah: 72).
Ibadallah,
Betapa banyak kuburan dan mayit yang dijadikan tempat meminta selain
Allah. Mereka adukan kebutuhan mereka di kala sulit dan ditimpa musibah.
Betapa banyak bid’ah yang tersebar di timur dan barat negeri kaum muslimin.
Adapun perbuatan maksiat dan memperturutkan hawa nafsu, tidak perlu
diperdebatkan lagi. Hal ini tersebar di negeri-negeri Islam di dunia
ini. Kita sama sekali tidak sulit menemukan wanita-wanita muslimah
membuka auratnya sebagaimana orang-orang Barat melakukannya.
Kita temukan cara berpakaian wanita muslimah tidak ada bedanya dengan
non muslimah. Hingga kita tidak bisa membedakan mana yang muslimah dan
mana yang bukan.
Subhanallah! Dimanakah ayah-ayah yang bertanggung jawab atas mereka?
Dan dimanakah suami-suami yang semestinya melindungi mereka?
Dan masih banyak lagi kemaksiatan semisal riba, sihir atau
perdukunan, zina, gibah, dll. Kita memohon kepada Allah yang tiada
sesembahan yang benar kecuali Dia, agar menjaga kita dan menganugerahkan
kasih sayang-Nya kepada kita.
Kaum muslimin
rahimakumullah,
Setelah begitu banyak dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan, di
antara kita ada yang masih bertanya “mengapa umat Islam lemah dan
tertinggal?”
Ibdallah,
Jika kita menginginkan kejayaan, datangnya pertolongan Allah, kuat,
dan dikokohkan kedudukan kita, maka hendaklah kita kembali kepada agama
kita. Kembali memurnikan tauhid kepada Allah. Mengikuti sunnah
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meninggalkan
kemaksiatan, baik yang besar maupun yang kecil. Apabila salah seorang
dari kita berbuat dosa dan maksiat, maka hendaknya yang lain peduli
dengan cara menasihatinya.
Tidak kita pungkiri, perbuatan dosa tersebar hingga di jalan-jalan. Namun kaum muslimin tidak berusaha mencegahnya. Allah
Ta’ala berfirman,
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ .
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا
يَفْعَلُونَ
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud
dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 78-79).
Jika mencegah kemungkaran sudah kita tinggalkan, maka apa yang kita
lakukan tersebut menjadi sebab terbesar lemahnya kaum muslimin. Demi
Allah, sekiranya bagian dari dunia kita diambil oleh orang lain, maka
kita akan berusaha mencegah orang itu agar tidak mengambil hak dunia
kita tersebut. Namun sayang, ketika hak agama –yakni Islam menjadi
lemah-, maka kaum muslimin berpikir ulang untuk mencegah orang yang
menyebabkan Islam menjadi lemah. Oleh karena itulah kita menjadi umat
yang lemah.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ مُنَّ عَلَيْنَا بِالاِسْتِقَامَةِ عَلَى
دِيْنِكَ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالتَوْحِيْدِ قَائِمِيْنَ، وَلِسُنَّةِ
نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّبِعِيْنَ،
اَللَّهُمَّ قَوِّ الإِسْلَامَ بِأَهْلِهِ وَقَوِّ أَهْلَهُ بِهِ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ .
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ
أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin
rahimakumullah,
Karena lemahnya kaum muslimin, orang-orang kafir pun sekarang berani mengejek dan mengolok-olok Nabi kita, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai mereka berlomba-lomba untuk mengolok-olok Nabi kita dan kekasih kita, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keadaan lemah ini pula yang membuat orang-orang kafir menguasai kaum muslimin.
Dalam keadaan lemah ini, kaum muslimin masih terbagi menjadi dua
kelompok. Pertama, kelompok yang tidak peduli terhadap permasalahan ini.
Ini benar-benar bentuk kelemahan yang sangat. Terkadang ketika diri
kita sendiri dicandai oleh sebagian teman kita dengan gurauan tertentu,
itu saja bisa membuat kita marah. Lalu bagaimana bisa ia tidak peduli
dengan kehormatan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelompok kedua, mereka yang berlebih-lebihan hingga menyakiti dan
menyerang orang-orang non muslim di negeri-negeri mereka. Atau membunuh
orang non muslim yang tidak bersalah. Atau mengadakan pengerusakan di
sana.
Perbuatan-perbuatan ini semakin menambah permusuhan dari kalangan orang-orang kafir dan olok-olok mereka terhadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun kian menjadi-jadi. Mereka juga kian mengintimidasi umat Islam yang
minoritas di negeri-negeri mereka. Oleh karena itu, wajib bagi kita
menjadi seorang muslim yang bijak. Hendaknya kita bisa membedakan dimana
kondisi lemah dan kondisi kuat. Namun tetap tidak takut terhadap
mereka. Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ
“Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran
ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS. Ar-Rum: 60).
Ibadallah,
Wajib bagi setiap muslim untuk berlaku bijak. Kita saat ini sedang
berada dalam kondisi lemah. Orang yang cerdas akan pandai melihat
hal-hal yang cenderung kepada kemaslahatan. Janganlah hanya mengandalkan
semangat dan emosi semata yang malah berakibat bencana bagi kaum
muslimin lainnya. Dan ia pun menjadi penyebab tidak diterimanya dakwah
Islam. Juga menjadi penyebab semakin tersebarnya olok-olok orang kafir
kepada Rasulullah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sungguh membuat kita sedih ketika melihat orang-orang yang merendahkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membuat gambar yang mereka sebut itu adalah Rasulullah. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling kita cintai lebih dari diri kita, ayah kita,
dan ibu kita. Dan gara-gara tindakan ceroboh kita, mereka malah semakin
menghina Nabi dan menyanjung para kartunis yang menghina beliau itu.
Kaum muslimin
rahimakumullah,
Hendaknya kita berdiri di barisan yang sama. Hendaknya kita juga
memiliki tekad yang satu. Yakni membela agama Allah dan agama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan kita berloyalitas
berdasarkan kelompok dan partai. Kita membela kelompok dan partai kita
semata. Walaupun terkadang kelompok dan partai kita berada dalam
kekeliruan, penyimpangan, atau bahkan menentang Islam.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالكَافِرِيْنَ اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْكَافِرِيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ .
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِكُلِّ مَنْ سَبَّ رَسُوْلَنَا صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللهُ شَلْ يَدَهُ، اَللَّهُمَّ جَمْدِ العُرُوْقَ
فِي دَمِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ عِبْرَةً وَآيَةً لِمَنْ وَرَاءَهُ يَا
رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ اَلَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَرْحَمَ
إِخْوَانَنَا فِي بِلَادِ الشَّامِ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ وَفِي كُلِّ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Aziz ar-Rais